Hanung Bramantyo Bikin Film ”Santri Homoseks” Dan Klarifikasinya

 Hanung Bramantyo kembali meresahkan umat Islam lewat film yang dibuatnya. Kali ini Hanung memproduksi film kisah 2 orang gay yang diangkat dari sebuah puisi esay, karya Danny JA.  Film dengan inisial CTBDR (Cinta Terlarang Batman Dan Robin) ini menceritakan percintaan sejenis (homo seks) dua orang santri bernama Amir dan Bambang. Di pesantren, Amir dan Bambang selalu bersama hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. 

Dalam salah satu adegannya, dua orang lelaki tersebut yang mengenakan pakaian berciri Muslim duduk bersandingan, sedangkan di sebelah mereka seorang perempuan berjilbab juga duduk. Sementara itu, kedua lelaki yang merupakan santri tersebut saling berpegangan tangan. Sedangkan si perempuan juga memegang tangan si lelaki yang di tengah.

Amir dan Bambang terlibat asmara dikarenakan intensitas kebersamaan mereka sehari-hari di Pesantren. Amir yang digambarkan sebagai sosok yang taat beribadah, mempunyai kelainan seksual genetis yakni menyukai sesama pria. Meski telah mencoba saran ibunya untuk segera menikah, bahkan dengan dua wanita sekaligus, namun akhirnya pernikahan itu kandas. Amir tetap menaruh benih-benih cinta pada Bambang, yang kemudian menjadi aktifis gay Internasional.

Dalam syariat Islam, gay, lesbi itu sudah dilarang, ini justru disebarkan dengan film, dengan latar belakang pesantren lagi. Pesantren itu adalah tempat untuk belajar, mempelajari agama Islam dan membina akhlak para santri agar bisa menjadi manusia yang berkualitas dan berakhlakul karimah. Film ini justru mengisahkan kisah cinta sesama jenis. Tidak sesuai dengan realita yang ada dan tidak menggambarkan kehidupan dunia pesantren yang sebenarnya.

Rencananya film ini secara luas akan diputar pada bulan Oktober 2012 untuk menyambut Hari Anti Diskriminasi Nasional, namun sebuah organisasi yang memayungi Lesbian, Gay, Biseks dan Transeksual/Transjender (LGBT) yang bergerak di bidang media, telah memutar film ini dalam komunitas LGBT. Ironisnya pemutaran film tersebut dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2012 jelang 10 hari terkhir di bulan Ramadhan.

Baca juga:   Menatap Peluang Dakwah Mentawai dalam Kaca Mata Buya Mas’oed Abidin yang Masih Relevan Sampai Sekarang

Menyikapi film homo karya Hanung Bramantyo itu Sekjen FPI, KH. Ahmad Shabri Lubis menyerukan kepada seluruh kalangan pondok pesantren untuk protes terhadap pemutaran film tersebut.

“Kalangan pondok pesantren sudah mesti melakukan protes dan juga menuntut supaya film ini dibatalkan,” tegasnya saat dihubungi voa-islam.com.

“Ini adalah agenda untuk merusak citra pondok pesantren,” tambahnya.

Ustadz Shabri menyatakan jika pelecehan terhadap Nabi Muhammad di luar negeri saja umat Islam bisa marah, maka jangan sampai ada film yang merusak citra Islam yang membuat umat Islam di Indonesia marah.

Selain itu, ia juga meminta ketegasan pemerintah khususnya Lembaga Sensor Film jika film yang seperti itu masih beredar maka  FPI akan menggugatnya.

“kita minta ketegasan pemerintan dan Lembaga Sensor Film, jika film seperti ini yang merusak akhlak, mengandung pelecehan pondok pesantren dan santri masih beredar akan kita gugat,” tutupnya.

Menurut Habib Muhsin, Hanung bisa diseret ke pengadilan dengan pasal penghinaan terhadap agama.

“Ini sudah pelecehan terhadap Islam. Hanung bisa diseret ke pengadilan, agar tidak mengulangi lagi perbuatannya yang melecehkan Islam,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga mengatakan, penyebaran ide-ide liberal baik melalui film maupun diskusi mendapat dukungan dana dari pihak asing.

“Pihak asing itu berkeinginan menghancurkan bangsa Indonesia dengan menyebarkan paham liberal, termasuk mendanai film-film seperti karya Hanung,” pungkasnya.

Bagi yang pernah menuntut ilmu di pesantren tentunya tahu apa saja kegiatan di Pesantren. Mereka para santri itu dari pagi sampai malam sibuk dengan berbagai macam kegiatan. Baik kegiatan menuntut ilmu, mengaji, olahraga, kerja bakti, dll. Tidak ada yang namanya kisah cinta-cinta terlarang segala. Film ini jelas-jelas akan merusak citra pondok pesantren. Sungguh penghinaan terhadap dunia pesantren. Karena film ini, orang awam malah takut memasukkan anaknya ke pesantren.

Baca juga:   Sejarah Syi’ah Membunuh Jamaah Haji dan Mencuri Hajar Aswad

Hanung Bramantyo Klarifikasi tentang Film ‘Cinta Terlarang Batman dan Robin’

Hanung Bramantyo, yang sebelumnya diberitakan membuat film tentang dua santri homoseksual memberikan klarifikasi atas berita tersebut. Melalui akun Twitternya, 20/09 malam, ia memberikan beberapa penjelasan mengenai kabar yang beredar tersebut. Ia menyatakan bahwa dirinya bukanlah sutradara film Cinta Terlarang Batman dan Robin sebagaimana kabar yang beredar beberapa hari ini.

Saat ini dirinya memang sedang mempersiapkan beberapa film yang akan dirilis, yaitu Perahu Kertas 2, Gending Sriwijaya, dan film biografi BJ Habibie. Selain itu, tidak ada film lain.

Dengan me-retweet akun @captainugros, disebutkan bahwa film Cinta Terlarang Batman & Robin adalah film berdurasi 40 menit, ditulis dan disutradarai oleh Rahadi MA. Film ini merupakan film yang dibuat oleh komunitas Denny JA dan tidak ditayangkan di bioskop, serta bukan untuk memeriahkan Hari Anti Diskriminasi bulan Oktober ini.

Sementara itu, Rahadi MA, sutradara film Cinta Terlarang Batman dan Robin mengatakan, “Kami tidak tahu dari mana isu keliru tentang CTBR ini menyebar, dan diharapkan rangkaian pesan ini dapat mengklarifikasi.”

Selain itu ia menyatakan bahwa dirinya siap berdiskusi mengenai film yang dianggap melecehkan institusi pesantren dan Islam tersebut.

“Bagi yang sudah mnyaksikan #CTBR, dan mungkin ada ganjalan di hati, kami terbuka untuk diskusi. Bagi yang belum menyaksikan #CTBR, diharapkan untuk menahan diri dari umbar kebencian, apalagi dengan dasar yang keliru. Sekian klarifikasi tentang #CTBR. Islam adalah agama yang besar. Islam adalah agama yang damai. Itu selalu saya percaya,” pungkasnya.

Denny JA, Sang Penulis Esai

Film berjudul Cinta terlarang Batman dan Robin ini merupakan adaptasi dari sebuah buku esai puisi karangan Denny Januar Ali yang populer dengan nama Denny JA. Buku yang berjudul Atas Nama Cinta ini diterbitkan oleh Rene Book pada bulan April 2012 .Ia adalah Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

Baca juga:   Bagaimana Prosedur Mendapatkan NPYP?

Selain sebagai kolumnis di sembilan surat kabar nasional (1986-2005), Denny JA mulai mengawali karier sebagai Direktur Eksekutif Universitas Jayabaya Jakarta pada tahun (2000-2003). Ia juga dipercaya menjadi host untuk program politik di Metro TV dan Radio Delta FM pada tahun (2002-2004).

Kariernya kemudian mulai merambah dunia survei dan konsultansi politik. Pada tahun 2005 sampai sekarang Denny JA menjadi Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI), sebuah lembaga penelitian dan konsultan politik pertama berskala nasional yang berada di Indonesia. Saat ini Denny JA juga tercatat sebagai anggota WAPOR (World Association for Public Opinion Research) untuk periode 2007 sampai sekarang dan Ketua Umum AROPI (Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia) untuk periode 2007 – 2010, dan 2010- 2013. Di tahun 2012, Denny JA berkecimpung dalam dunia yang luas: akademik, politik, dunia usaha, sasta-budaya, media sosial, dan charity.

Dia juga dikenal sebagai salah satu tokoh berpaham liberal dan tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL), yang mencoba mengkampanyekan kembali liberalisme lewat puisi-puisinya dalam buku, film, seminar, dan lain-lain, lewat penerbit Rene Book yang juga sebelumnya menerbitkan buku tentang paham liberalisme yang sama-sama menuai kecaman, “Irshad Manji : Allah, Liberty, and Love”.

 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

One comment

  1. Tidak kalah hebohnya dengan film “Innocence Of Muslims” yang berisikan penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW dan agama Islam baru-baru ini muncul kembali sebuah film yg cukup kontroversial dimana film ini bertemakan homoseksual dengan latar belakang pesantren yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo. film ini rencananya akan diputar dalam secara luas pada bulan Oktober 2012, dalam rangka menyambut hari anti diskriminasi nasional.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *