Setiap kita pasti memiliki orang tua, maka bersyukurlah jika kita masih mempunyai kedua orang tua kita. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan keberadaan mereka. Selagi mereka masih hidup dan ada bersama kita, menemani hari-hari kita. Caranya dengan banyak berbakti kepada ibu, bapak kita, atau umi abi kita.
Berbakti kepada orang tua, akan melahirkan banyak kebaikan; terangkatnya musibah, lenyapnya masalah dan kesedihan. Sebagai bukti konkretnya, yaitu kisah tiga orang yang terperangkap di sebuah goa sempit karena sebongkah batu besar menutupi mulut gua.
Mereka berdo’a dan bertawasul dengan amal shalih yang pernah mereka kerjakan. Salah seorang di antara tiga orang itu, bertawassul dengan baktinya kepada kedua orang tua. Dia memanjatkan do’a kepada Allah, dengan lantaran baktinya tersebut, hingga akhirnya menjadi sebab sirnanya kesengsaraan yang menghimpit.
Dalam kisah nyata ini, kita sebagai seorang mukmin harus meyakini bahwa bakti kepada orang tua, menjadi salah satu faktor hilangnya musibah.
Dengan berbakti kepada orang tua, hal itu akan menambah keberkahan hidup kita. Coba perhatikan hadits Nabi Muhammad SAW berikut: “Barangsiapa berbakti kepada orangtua, maka dia akan memperoleh kebahagiaan panjang umur yang penuh keberkatan” (HR. Imam Abu Ya’la dan Thabrani bersumber dari Mu’adz bin Jabal)
Seorang ulama besar dari Mazhab Hanafi bernama Al-Hafidz Badrudin Al-Aini menyebutkan sebuah hadits yang sungguh menggetarkan hati. Beliau mengutip sebuah hadits dari Abdurrahman bin Samurah bahwa Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya tadi malam aku bermimpi dengan sebuah mimpi yang mengherankan dalam mimpiku. Aku melihat seorang laki-laki dari umatku didatngi oleh malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Tiba-tiba datanglah amalan berbakti kepada ayahnya lalu menolak malaikat maut dari orang tersebut”. (Umdatul Qaari, Sarh Shahih Bukhari 11/181)
Hadits ini memberikan satu pemahaman baru bahwa berbakti kepada orang tua bisa menambah umur. Itulah kemuliaan yang Allah SWT berikan kepada anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mematuhi perintahnya. Namun, tidak semua perintah harus ditaati. Contohnya, kita harus mematuhi yang baik-baik, misalkan membersihkan dan membereskan kamar, menyapu lantai, mengepel, mencuci piring, belanja ke warung dan lain sebagianya yang dapat menyenangkan hati ayah ibu ita.
Adapun perintah yang harus kita tolak yaitu mengajak kepada kejelekan, misalnya murtad (keluar dari Islam), meminum khamr (yang memabukkan), berjudi, meninggalkan shalat dan puasa, serta kejelekan yang lain yang dapat merugikan diri kita dan orang lain.
Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36: “Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [Qs. An-Nisaa’ : 36]
Dalam Surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran: “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Qs. Al-‘Ankabuut (29): 8] Lihat juga Surat Luqman ayat 14-15.
Adapun keistimewahan berbakti kepada orang tua yaitu :
- Amalan yang paling utama
- Ridha Allah, bergantung kepada orang tua
- Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
- Akan diluaskan rezeki
- Akan Dimasukkan Ke Surga oleh Allah ‘Azza wa Jalla
Rasulullah telah menghimbau dengan sabdanya: “Barangsiapa ingin panjang umur dan beroleh rizki melimpah ruah, maka hendaklah dia berbakti kepada orangtua dan menyambung tali persaudaraan.” (HR Imam Ahmad dari Anas bin Malik).
Imam Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menyuguhkan sebuah riwayat bersumber dari Tsauban, bahwa Rasulullah pada suatu ketika pernah menegaskan bahwa seseorang adakalanya mendapat kesempitan ekonomi sebagai akibat dari dosa yang dilakukan. Dan tidak ada yang dapat menolak takdir Allah kecuali doa, serta tidak ada yang dapat menambah keberkatan umur kecuali dengan berbakti kepada orangtua. Jadi, dalam konteks ini Rasulullah menggariskan, bahwa kelapangan rizki serta keberkatan hidup dapat digapai dengan memperbanyak taubat dan meningkatkan birrul-walidain.
Imam Hakim juga mengetengahkan sebuah riwayat yang bersumber dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah telah berpesan, “Berbaktilah kepada kedua orangtuamu, tentu anak-anakmu kelak akan berbakti kepadamu. Barangsiapa dimintai maaf oleh saudaranya hendaklah dia memaafkannya, baik dia berada di pihak yang benar maupun di pihak yang salah. Apabila dia tidak melakukannya, maka kelak tidak akan dapat mendatangi telagaku di sorga.”
Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadis bersumber dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah pernah berpesan: “Berbaktilah kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu. Peliharalah kehormatan istri orang lain, niscaya istrimu juga akan terpelihara dari perbuatan tercela.”
Jadi, orang tua adalah cermin masa depan anak. Bila dalam rumah tangga terbina hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati, maka sudah barang tentu anak-anak pun pada masa mendatang akan selalu menjunjung tinggi perintah orangtua, memelihara dan menjaganya ketika sudah lanjut usia.
Sebab pada awal mulanya orangtua tersebut telah memberikan contoh langsung dalam bentuk perbuatan berbakti kepada orangtua. Artinya, orangtua tersebut telah melakukan birrul walidain di hadapan anak-anak, sehingga mereka tidak merasa berkeberatan mengikuti jejak langkah orangtuanya.
Kebiasaan dalam rumahtangga akan dibawa oleh anak-anak dalam mengarungi jenjang rumahtangga baru. Karena itu suasana damai, saling menghormati, dan penuh kasih harus diciptakan setiap saat. Cara yang paling tepat adalah dengan memelihara dan memenuhi hak masing-masing.
Imam Nasai menyuguhkan sebuah riwayat bersumber dari Aisyah, bahwa Rasulullah pernah bercerita: Ketika beliau memasuki sorga, mendengar sebuah qiraah (bacaan Al-Qur’an). Beliau bertanya: “Siapa dia?” Jawabnya: “Dia adalah Haritsah bin Nukman yang selalu berbakti kepada ibunya.” Suara merdu alunan kalam Ilahi tersebut sebagai balasan atas kebaikannya dalam berbakti kepada orangtua. Dan memang Haritsah bin Nukman seorang yang paling berbakti kepada orangtua, sehingga memperoleh kedudukan serta derajat tinggi di sorga.
Pada suatu ketika ada seorang lelaki datang kepada Abi Darda’, lalu bercerita. Dalam ceritanya dia berkata: “Ayahku hingga kini masih selalu mengatur diriku, sekalipun aku sudah dinikahkan. Bahkan sekarang memerintahkan kepadaku agar menceraikan istriku.”
Abi Darda’ mendengar pengaduan lelaki tersebut langsung berkata: “Aku bukan termasuk model orang yang akan menyuruh kamu mendurhakai orangtua, dan bukan pula orang yang memerintahkan kepadamu untuk menceraikan istri. Tetapi kalau kamu bersedia mendengarkan, aku akan menyampaikan sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah.
Beliau pernah bersabda: “Ayah adalah pintu surga yang paling tengah. Maka bila kamu mau, peliharalah pintu itu. Dan jika tidak, maka tinggalkanlah.” Demikian Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab Shahihnya.
Imam Baidhawi menjelaskan tentang maksud hadis di atas, bahwa amal perbuatan yang paling tepat untuk dijadikan sarana masuk sorga, serta jalan yang paling tepat untuk meraih derajat yang mulia dan kedudukan yang luhur di dalam sorga, adalah berbakti kepada kedua orangtua, menghormati, menyantuni, dan memelihara serta mengendalikan diri jangan sampai menyinggung apalagi menyakiti perasaan maupun badannya.
Imam Al-Hifni menegaskan, bahwa pengertian yang terkandung dalam hadis tersebut adalah bahwa taat dan berbakti kepada orangtua merupakan penyebab yang mengantar seseorang masuk pintu sorga yang paling utama, dan bersukaria di dalamnya.
Jadi, yang dimaksud: Ayah adalah pintu sorga yang paling tengah bukanlah suatu pengertian kongkrit. Tetapi sejalan dengan sebuah riwayat hadis marfu’yang menegaskan: “Pintu sorga yang paling tengah selalu terbuka bagi mereka yang berbakti kepada kedua orangtua. Barangsiapa berbakti kepada kedua orangtua, baginya dibukakan pintu sorga. Dan barangsiapa durhaka kepada kedua orangtua, maka pintu sorga tertutup buatnya.”
Jadi, surga hanya diberikan kepada seseorang yang berbakti kepada orangtua. Dan pintu neraka terbuka luas bagi mereka yang mendurhakainya. Demikian Ibnu Syahin mengetengahkan sebuah riwayat dalam kitab At-Targhib, dan Imam Dailami dalam kitab Musnadul-Firdaus.
Keberkatan hidup, kebahagiaan lahir batin bagi seseorang sangat tergantung pada bagaimana dia menyikapi terhadap orangtua. Semakin tinggi tingkat ketaatan dan kebaktiannya, maka keberkatan hidup yang semakin luas pun menyertainya.
Semoga kita semua dapat memahami dan mengamalkan teladan dari kisah-kisah sahabat yang semuanya diriwayatkan dalam hadist Nabi SAW, Aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin..
Ref: Berbagai Sumber
Artikel terkait