Apakah Malam Lailatulkadar bisa Merubah Takdir dan Nasib?

AHMADBINHANBAL.COM – Qodho dan Qodar adalah salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh seluruh umat Islam. Percaya pada takdir yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kewajiban iman kepada Qodho dan Qodar juga disebutkan dalam hadis sahih. Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda, “Iman ialah percayanya engkau kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kepada Qodar Allah yang baik maupun buruk”. (HR. Muslim).

Qodho berarti penciptaan dan Qodar artinya ketentuan. Secara istilah, Qodar memiliki makna ketentuan Allah atas segala sesuatu sesuai dengan pengetahuan (al-‘Ilm) dan kehendak-Nya (al-Masyi-ah) yang azali (tidak bermula). Di mana sesuatu tersebut terjadi pada waktu yang telah ditentukan dan dikehendaki oleh-Nya.

Qadar mencakup apa pun yang terjadi pada seluruh makhluk di seluruh alam semesta ini. Mulai dari kebaikan, keburukan, kejahatan, keimanan, kekufuran, ketaatan, kemaksiatan, dan lain-lain. Qodar lah yang sering kita sebut juga sebagai takdir.

Qadha dan Qadar telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak akan pernah berubah. Inilah kepercayaan Ahlu Sunnah wal Jama’ah yang berbeda dengan faham Qadariyah yang meyakini bahwa kita bebas melakukan apa saja tanpa ada kawalan dari takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika semua sudah ditetapkan, apa gunanya konsep dosa dan pahala?

Karena kita tidak tahu apa yang telah ditetapkan untuk kita, dan kita punya pilihan untuk melakukan baik dan buruk. Maka apapun pilihan kita, itulah takdir yang tertulis di Lauh Mahfudz.

Disini Ahlu Sunnah wal Jama’ah berbeda dengan Jabariyyah yang menilai kita perlu berserah saja terhadap takdir, sebab apa pun yang kita perbuat, ada karena takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Faham Ahlu Sunnah selalu pertengahan/ wasathiyah dalam setiap perkara. Semua sudah ditetapkan, tetapi kita perlu berusaha dan bertanggung jawab atas pilihan kita.

Maka asasnya bahwa takdir di Lauh Mahfudz sudah ditulis dan tidak akan berubah. Namun ada cabangnya, dimana dalam hadis kita mendengar bahwa doa dapat merubah takdir. Takdir ini disebut dengan Takdir Mubram dan Takdir Muallaq.

Dalam Islam, ada dua macam takdir yang kita percayai. Pertama, takdir mubram yang berarti takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah ditetapkan oleh-Nya dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Kedua, takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah dengan cara berikhtiar atau berusaha serta berdoa.

Akan tetapi, menurut para ulama, macam-macam takdir juga terbagi berdasarkan waktu penciptaannya. Terdapat empat macam takdir, yaitu takdir azali, takdir ‘umri, takdir sanawi, dan takdir yaumi. Keempatnya juga merupakan bagian dari takdir mubram dan takdir muallaq.

Apa itu Takdir Mubram?

Takdir mubram merupakan ketentuan Allah yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah dengan cara apa pun. Ketentuan ini hanya ada pada ilmu Allah, tidak ada satu makhluk lain yang mengetahui hal tersebut selain Dia.  Hal ini karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikan takdir mubram sebagai ketentuan yang mutlak dan manusia tak akan bisa menentangnya.

Takdir azali pun termasuk bagian takdir mubram. Takdir azali merupakan takdir yang ditulis dalam Lauh Mahfudz, jauh 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Jadi takdir azali ini adalah takdir utama yang pasti terjadi bagi semua makhluk.

Baca juga:   Bantuan Sosial Untuk Masyarakat Buttui di Mentawai

Dalam hadis HR. Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda, “Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk-Nya, 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Dan ‘Arsy-Nya berada di atas air.”

Contoh Takdir Mubram yang Tak Dapat Diubah

Contoh takdir mubram yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain, yaitu kelahiran dan kematian manusia, gravitasi bumi, bencana, serta hari akhir.

1. Kelahiran dan Kematian Manusia

Seorang anak tidak dapat menentukan siapa ayah atau ibunya, waktu kelahiran, jenis kelamin, ras maupun bentuk fisiknya. Karena hal tersebut sudah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan inilah yang dinamakan takdir ‘umri.

Begitu juga mengenai kematian manusia. Tak ada manusia yang mengetahui kapan ia akan meninggal karena hal tersebut telah ditetapkan dan merupakan ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sesuai firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Quran surah Al-A’raf ayat 34.

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat menunda atau mempercepatnya sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)

2. Gravitasi Bumi

Contoh takdir mubram lainnya, ada gravitasi bumi. Manusia tidak akan bisa berjalan di bumi tanpa adanya gravitasi. Suatu benda juga pasti akan jatuh ke bawah karena ditarik oleh gravitasi bumi.

3. Bencana

Segala bencana yang sudah dan akan terjadi di muka bumi pun salah satu takdir mubram dan merupakan takdir azali. Pasalnya, bencana-bencana tersebut, baik bencana alam atau tha’un (wabah) telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebelum bumi dan langit diciptakan.

Hal itu tergambar pada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Quran, “Tiadalah suatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab (Lauh Mahfudz) dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid: 22).

4. Hari Kiamat

Demikian pula hari kiamat. Takdir azali ini salah satu takdir mubram yang sudah ditetapkan sejak puluhan ribu tahun lamanya sebelum penciptaan alam semesta oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak ada satu makhluk yang mengetahui kapan hari akhir itu akan datang.

Itulah beberapa contoh takdir mubram. Takdir yang tak dapat diubah.

Apa itu Takdir Muallaq?

Takdir muallaq merupakan ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dapat diubah oleh manusia dengan cara ikhtiar dan doa. Dimulai dari takdir ‘umri, takdir yang berada pada lembaran-lembaran yang ditulis para Malaikat setelah mereka meniupkan roh kedalam janin.

Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh HR. Muslim, “Sesungguhnya kalian dikumpulkan penciptaannya selama empat puluh hari dalam perut ibunya. Kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari), lalu menjadi segumpal daging, dan Dia mengutus seorang Malaikat untuk meniupkan roh padanya, serta diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat, yaitu untuk menulis ajalnya, amalnya, rezekinya, dan celaka atau bahagianya.” (HR. Bukhari Muslim)

Tulisan para Malaikat itu mengutip Lauh Mahfudz untuk catatan, seperti umur, rezeki, kesehatan, jodoh, dan seterusnya. Hal-hal tersebut dan hal lain yang dapat diubah dengan melibatkan ruang usaha dan doa bagi manusia di dalamnya, maka semua itu merupakan takdir muallaq.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Quran surah An-Najm ayat 39-40 yang artinya, “Dan seorang manusia tak akan mendapat selain apa yang telah diusahakannya, dan usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal pula”.

Baca juga:   Apakah Malam Ganjil di Malam Jumat di 10 Malam Terakhir Sudah Pasti Lailatul Qadar?

Kemudian setiap malam Lailatul Qadar, manusia pun akan menerima takdir tahunannya untuk setahun ke depan. Takdir tahunan itu disebut sebagai takdir sanawi.

Ketika malam itu tiba, umat Islam berlomba-lomba melantunkan doa dan sedang melaksanakan ibadah puasa, sehingga kita dapat memohon agar takdir kita menjadi lebih baik.

Dalam Al-Quran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhaan: 4)

“Pada malam Lailatul Qadar, turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 4-5)

Bahkan, sesungguhnya tak hanya pada malam Lailatul Qadar saja kita berdoa untuk berubahnya takdir muallaq, menjadi seperti yang kita inginkan. Pasalnya, setiap manusia juga memiliki takdir harian yang disebut sebagai takdir yaumi.

Oleh sebab itu lah, takdir muallaq bias diubah dengan doa. Sesuai firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat (bukan dalam artian jarak), Aku kabulkan permohonan orang-orang yang berdoa, jika ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memohon doa kepada-Ku dan beriman kepada-Ku, semoga mereka mendapatkan petunjuk” (QS. al-Baqarah: 186).

Dalam beberapa hadis yang diriwayatkan, Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah merubah suatu takdir melainkan doa” (HR. Al Hakim, Hasan). Kemudian, “Tak ada sesuatu yang dapat menolak Qodar kecuali doa” (HR. at-Tirmidzi).

Dalam kitab shahih Al-Mustadrak yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Sikap waspada tidak mampu menolak takdir. Doa memberikan manfaat kepada hal-hal yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Pada saat musibah itu turun, doa segera menghadapinya. Keduanya saling bertarung hingga tiba hari kiamat”.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pun turut menjelaskan mengenai perihal mengubah takdir dengan doa. Berlandaskan hadits Tsauban Radhiyallahu anhu yang di dalamnya Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba terhalang dari rezekinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah, kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat, dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur.” (HR. Ahmad No. 22438, Ibnu Majah No. 22438, dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad).

Dari hadis tersebut, Syaikh Abdul Aziz menuturkan bahwa berdoa itu adalah bagian dari takdir, dan takdir itu pasti terjadi. Atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah doa itu dikabulkan dan tidak dikabulkan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga yang menakdirkan dan mencegah segala sesuatu, baik karena doa, sedekah, atau amal salih. Allah Subhanahu Wa Ta’ala pula yang menjadikan perkara-perkara di hadis tersebut sebagai sebab-sebab dari semua itu (rezeki, panjang umur, dan lainnya), yang tidak lepas dari ketetapan-Nya.

Contoh Takdir Muallaq yang Dapat Diubah

Contoh takdir muallaq juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain, seperti ketika seseorang mengalami sakit.

Sebagai Maha Pencipta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah yang menciptakan penyakit dan obat atas penyakit yang dibuatnya. Saat manusia ditakdirkan sakit atau mengalami musibah, masih ada kesempatan untuk berusaha bangkit, berobat, dan berdoa agar sembuh. Selain itu, berikut beberapa contoh lain takdir yang dapat diubah dalam kehidupan kita.

Baca juga:   Event Lebarun di Masjid Agung Al-Azhar

1. Kepandaian

Kepandaian, kecerdasan, atau kepintaran seseorang merupakan salah satu contoh takdir muallaq. Beberapa orang mungkin saja memang memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata. Sementara itu, sisanya tergolong normal, bahkan ada juga yang mengalami kesulitan mengingat serta memahami sesuatu.

Akan tetapi, kondisi tersebut bisa kamu ubah dengan belajar lebih giat lagi setiap harinya. Kamu pun bisa mengambil les privat di luar jam sekolah biasa.

2. Kesehatan

Kesehatan juga termasuk takdir muallaq. Selama kita hidup, kita diberi kemampuan untuk senantiasa menjaga kesehatan tubuh. Jika tidak menderita penyakit genetik atau bawaan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kita masih bisa berusaha mendapatkan tubuh yang sehat dengan berikhtiar mengatur pola makan, berolahraga, hingga menjaga kebersihan.

3. Rezeki

Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah mengatur rezeki dengan porsi terbaik untuk semua makhluk-Nya. Namun, kamu pun tidak akan mendapatkannya jika kamu tak berusaha semaksimal mungkin. Misalnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan rezekimu menjadi seorang miliarder, tetapi kamu hanya pasrah menerima nasib tanpa berusaha lebih keras lagi untuk meraihnya. Maka ketetapan tersebut tak akan terpenuhi karena minimnya usaha yang kamu lakukan.

4. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan termasuk sifat yang bisa kamu raih seiring waktu dan usaha serta merupakan takdir muallaq. Tentunya kebijaksanaan tidak datang begitu saja dari pasrah menerima nasib atau mengikuti arus kehidupan.

Agar kamu semakin bijak dalam menjalani kehidupan, kamu harus menerima dan mau belajar dari kesalahan serta memiliki sudut pandang berpikir yang baik. Tak hanya itu, kemampuan untuk jujur pada diri sendiri maupun orang lain juga berperan penting.

Kesimpulan

Perjalanan hidup di dunia ini sangatlah dinamis. Tak jarang juga penuh tantangan dan rintangan yang tidak mungkin bisa dihindari karena takdir yang telah ditetapkan. Namun, ketika kita menghadapi masalah tersebut, kita harus menyikapinya dengan bijak dan cerdas.

Seseorang tidak akan pandai jika ia malas belajar, tidak akan menjadi sehat dan bugar jika tak pernah berolahraga, dan tak mungkin menjadi kaya jika tak mau bekerja. Walaupun Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menentukan semuanya, tapi selama manusia itu hidup tetap harus berusaha mengubah nasibnya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk paling mulia diantara makhluk-makhluk-Nya yang lain. Setiap manusia pun dikaruniai akal pikiran dan organ-organ tubuh untuk bergerak, sehingga semua potensi dalam diri yang telah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala wajib kita gunakan untuk meraih semua impian dan harapan yang kita miliki.

Dengan beriman kepada takdir dengan benar, maka ia akan senang hati untuk selalu berusaha dan berjuang dalam menjalani kehidupannya. Demi mengubah takdir muallaq menjadi lebih baik, maka kamu diharuskan untuk selalu berusaha atau ikhtiar dan terus berdoa serta tawakal dalam menunggu keputusan dari-Nya. [ ]

Jumal Ahmad – Islamic Character Development

Baca juga artikel lain tentang Lailatulkadar

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *