Menari Di Atas Panggung (Catatan Untuk Guru) 

Saat berbuat baik, terkadang ada niat yang terselip show off agar dipuji dan disanjung. Maka ada istilah ‘our charater is what we do when we think no one is looking senafas dengan apa yang diungkapkan oleh J.C. Watts mengungkapkan ‘Character is doing the right thing when no body is looking’

Tidak aneh perilaku baik yang dilihat, belum dapat dipastikan orang itu baik. Sebaliknya perbuatan jelek biasanya disembunyikan karena malu dilihat orang lain. 

Kecendrungan manusia adalah ingin dipandang baik dan tidak ingin dipandang jelek. Inilah salah satu isyarat Nabi Muhammad saw bersabda;

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Kebaikan sesungguhnya dalam akhlak mulia dan dosa adalah sesuatu apa yang terbesit dalam dadamu dan kamu tidak suka hal itu nampak di tengah manusia”. (HR. Muslim)

Ada yang membedakan kepribadian dengan karakter. Personality is who we are, and what we do when every body is watching. Berbeda dengan character is who we are and what we do , when no body is watching.

Sungguh zaman sekarang sudah berubah, banyak perubahan perubahan yang terjadi termasuk dalam teori nilai nilaipun mulai bergeser. 

Media sosial apapun bentuknya menjadi salah satu gambaran perubahan zaman yang dahsyat. Setiap orang bisa mengekspresikan apa saja baik tulisan, suara, video, gambar dan lain sebagainya yang dilihat oleh semua orang.

 Batasan batasan nilai positif negatif semakin bergeser. Disaat kita deskripsikan pikiran dan hati di Media Sosial ini laksana menari dan bernyanyi diatas panggung !.

Melupakan bahwa kita sebagai makhluk sosial yang apabila melakukan sesuatu apa saja akan mempunyai dampak pengaruh kepada sekitar. Apalagi di dunia medsos persis on the stage. Seringkali lupa akan predikat diri kita sebagai guru yang akan jadi tauladan para murid murid.

Baca juga:   Mencintai dan Dicintai Karena Allah

Semestinya dalam teori nilai diatas tadi, saat kita berperilaku di media sosial harusnya menyadari kita ditonton banyak orang tak ubahnya sedang menari dan bernyanyi diatas panggung. Maka idealnya menunjukkan perilaku yang baik mengharumkan nama diri sendiri. 

Nah justru kadang anehnya saat seseorang  menuangkan pikiran dan perasaan di media sosial menggambarkan hal yang kurang baik.

 Wal hasil jadi tontonan yang membawa efek negatif termasuk membuat kesan buruk terhadap dirinya sendiri.. Entah apakah ia lupa bahwa ia sedang diatas panggung atau memang itu gambaran asli karakternya atau kepribadiannya ?.

Semestinya tidak semua yang ada dalam pikiran dan perasaan ini, kita bebas menuangkan semua di media sosial seperti kebanyakan orang orang melakukan hal itu. Apalagi predikat kita sebagai guru. 

Saya hanya mengjngatkan bahwa bukan hanya di medsos tapi dalam perilaku sehari haripun kita harus menjaga sikap dan tuturkata agar menjadi tetap indah serta menyejukkan. 

Maka penting sekali kami menyampaikan agar lebih berhati hati dalam memberikan komentar baik dalam sosial media atau tidak. Mari ikuti konsep para Sahabat dan Tabi’in ketika ada orang lain yang berbuat salah. 

Ulama besar, Ibrahim An Nakha’i, beliau mengatakan:

 ” إني لأرى الشيء أكرهه، فما يمنعني أن أتكلّم فيه إلا مخافة أن أُبتلى بمثله”.

“Aku melihat sesuatu yang aku tidak suka, tidak ada yang menahanku untuk berkomentar dan membicarakan dirinya kecuali karena aku khawatir aku yang akan ditimpakan masalahnya dikemudian hari.” (Mizan i’tidal: 1-7, Jilid 4)

Imam al-Bukhari (w.256H) menyebutkan,

أَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَا يُحَاسِبُنِي أَنِّي اغْتَبْتُ أَحَدًا

Aku berharap dapat bertemu dengan Allah (di akhirat nanti) dalam keadaan Dia tidak menghisabku pernah mengumpat siapapun’

Dalam riwayat lain beliau menyebutkan,

Baca juga:   Imam Al-Ghazali dan Filsafat Jiwa

مَا اغْتَبْتُ أَحَدًا قَطُّ مُنْذُ عَلِمْتُ أَنَّ الْغَيْبَةَ تَضُرُّ أَهْلَهَا

Aku tidak pernah mengumpat sesiapapun semenjak aku tahu bahawa (perbuatan) menggunjing ini memudaratkan pelakunya (dengan dosa dan azab)’[Siyar al-A’lam an-Nubala]

Abdullāh bin Mas’ud tidak berani memberikan komentar ketika melihat anjing. Kata beliau:

لو سخرت من كلب، لخشيت أن أكون كلبً

“Jika aku mencela dan merendahkan seekor anjing, aku khawatir aku akan dirubah seperti anjing atau Allāh berikan sifat-sifat buruk anjing itu kepada diriku.” (Mizan i’tidal: 1-7, Jilid 4)

Hasan Al Basri mengatakan dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Ash Shamt:

كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به

“Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allāh, maka Si Pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.”

Konsep di atas muncul berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang dihasankan oleh Imam Tirmidzi nomor 2506 dan dihasakan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arna’uth:

لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فيعافيه الله وَيَبْتَلِيكَ ».

“Janganlan anda mencela saudara anda terang-terangan karena dosa-dosa dia, karena bisa jadi Allāh akan mengampuni dia dan Allāh akan masukan anda ke dosa tersebut.”

Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut” (HR. Tirmidzi no. 2505)

Lalu bagaimana sikap kita jika ada yang menghina atau menggunjing kita? Biarkan, nikmati hidup anda dan jangam dibalas, biarkan Allah SWT yang akan membalasnya. 

Baca juga:   Cermin

Simak baik-baik hadits ini:

 وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

“Jika ada seseorang yang mencela anda karena dia tahu aib-aib anda. Jangan dibalas walaupun anda tahu aib-aib dia. Karena cukuplah caci maki dia kepada kita akan membuat dia terkena bencana dari Allāh Subhanahu wa Ta’ala.” (HR Abu Daud nomor 4084 dan Tirmidzi nomor 2722)

Islamic Character Development

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *