Islam dan Homoseksual


Realita Homoseksual

Pakar Seksologi bernama Wimpie Pangkahila mengatakan bahwa seseorang berpotensi menjadi homoseksual karena beberapa sebab, di antaranya gangguan psikoseksual pada masa kanak kanak,  faktor biologis, faktor sosia kultural, dan faktor lingkungan.

Penelitian menunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan homoseksual terbentuk karena faktor biologis masih menjadi kontroversial.  Faktor yang sering disebut sebagai penyebab utama adalah pola asuh dan lingkungan. Contoh pola asuh yang salah  adalah orang tua yang mengasuh atau memperlakukan anak laki-laki seperti anak perempuan karena tidak punya anak perempuan.

Ini jangan dibiarkan, karena jika dibiarkan maka anak akan mengambil obat obat yang menambah penyakit feminim. Jika faktornya karena bergaul dengan perempuan, ubahlah keadaan tersebut dan didiklah dengan didikan lelaki.

Para orang tua, masyarakat dan pemerintah mestinya membendung penyakit ini agar tidak menular sehingga menimbulkan penyakit homoseksual yang terkutuk.

Pandangan Islam Mengenai Homoseksual

Menurut Prof. Dadang Hawari, para ahli membagi homoseks dalam dua kelompok yaitu.

  1. Ego Distonic Sexual Orientation (EDSO). Yaitu keadaan dimana seseorang merasa seksualitasnya tidak sesuai dengan citra diri yang diinginkan, sehingga menyebabkan orang tersebut mengubah orientasi seksualnya. Orang ini biasanya melakukan hubungan sesame jenis untuk menambah gairah hubungan seksnya dengan lawan jenis, namun mereka merasa bahwa hasrat homoseks mereka sebagai sesuatu yang tak diinginkan dan sumber petaka.
  2. EDSO termasuk gangguan jiwa. Ego Sintonic Sexual Orientation (ESSO). Mereka adalah pelaku homoseks yang berdamai dengan dirinya sendiri dan menganggap perilakunya itu “normal” sebab tidak disertai keluhan-keluhan kejiwaan.

Cara Agar Tida Terjerumus dalam Homoseksual

Untuk menghindari perilaku homoseksual, beberapa hal bisa dilakukan seperti:

  • Menjauhi dan menghilangkan rangsangan rangsangan terkait yang muncul. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki laki melihat aurat laki laki, jangan pula seorang perempuan melihat aurat perempuan. Janganlah seorang laki laki tidur satu selimut dengan laki laki begitu juga perempuan jangan tidur satu selimut dengan perempuan yang lain”. (HR. Muslim)
  • Memisahkan tidur laki laki dan perempuan, Nabi Saw bersabda: “Perintahkan anak-anak kalian shalat pada usia 7 tahun, pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia 10 tahun dan pisahkan di antara mereka tempat tidurnya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dihasankan oleh An Nawawi dalam Riyadhus Shalihin dan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud.
  • Membiasakan anak-anak bermain dengan alat ataupun jenis permainan sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasulullah SAW memerintahkan para orang tua mengajari anak-anak laki-laki berlatih memanah, berkuda, dan bermain pedang. Sedangkan, anak-anak perempuan, sebagaimana dilakukan Aisyah RA saat masih kecil, biasa bermain boneka.
  • Kita harus memberi tahu bahwa kasih sayang Allah tidaklah memihak. Allah akan mengubah kondisi suatu kaum hanya jika mereka berusaha untuk merubahnya (QS. 13: 11). Berjuang dan mempertahankan hal-hal yang menyucikan hati dan mengangkat jiwa manusia, bukan hawa nafsu yang menimbulkan dosa, dan mewujudkannya dalam perbuatan dan membiarkannya bertahan.
  • Jangan sering menyendiri, minta dukungan keluarga dan orang terdekat serta tetap bergaul dengan masyararat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya syetan itu bersama orang yang menyendiri, sedangkan ia akan menjauh dari dua orang.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani). []

Baca juga:   Konsep Dokter Muslim
Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *