Mendidik Anak Melalui Teguran Langsung

Kita kerap menyaksikan kekeliruan yang dilakukan seorang anak. Sebagian orang tua atau guru dilema dalam mengambil keputusan apakah menegurnya atau membiarkan kesalahan anak dengan alasan masik kecil dan belum memahami banyak hal

Metode seorang pendidik sangat menentukan keberhasilan upaya mengatasi kekeliruan serta mendorong anak untuk tidak mengulangi kekeliruan yang sama. Rasulullah Saw telah memberikan contoh terbaik ketika mendidik dengan teguran langsung.

Mari kita belajar bagaimana Nabi mendidik dari anak kecil bernama Umar bin Abi Salamah berikut:

Umar bin Abi Salmah ra berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah Saw, ketika makan biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, ‘Hai ghulam, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”.

Hadits yang lain.

Asma binti Abu Bakar pernah memasuki rumah Rasulullah saw, waktu itu Asma memakai pakaian tipis, Rasulullah pun memalingkan mukanya sambil berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita apabila sudah cukup umur, maka dia tidak boleh menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya”. (HR. Abu Dawud)

Riwayat di atas menyiratkan beberapa nilai tarbawiyah (nilai yang berkenaan dengan tarbiyah) yang dapat kita terapkan dalam mendidik anak.

  1. Rasulullah Saw senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara seorang pendidik dengan anak didiknya, teguran pun bisa dilakukan melalui dialog terbuka dan diskusi.
  2. Waktu yang Rasulullah Saw pilih sangat tepat, Beliau segera menegur kekeliruan Umar bin Abi Salamah sebelum kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari. Jika dibiarkan kekeliruan akan dulit diluruskan.
  3. Kesalahan harus diluruskan sekalipun untuk anak kecil karena usia mereka masih optimal menyerap nasihat.
  4. Memakai pakaian yang tipis adalah kesalahan tehnik bukan moral. Asma adalah wanita yang baik akhlaknya, hanya saja pakaian yang dia pakai tipis, maka ditegur oleh Nabi Muhammad Saw.
  5. Orang tua dan pendidik hendaknya segera meluruskan kebiasaan jelek anak, dan hendaknya menjadi perhatian serius untuk orang tua dan pendidik di zaman sekarang.
  6. Rasulullah Saw memanggil dengan panggilan yang menyenangkan. Cara tersebut efektif menarik perhatian anak sehingga mereka tidak kesulitan menerima nasihat.
  7. Orang tua dan pendidik hendaknya menahan diri ketika anaknya salah dengan marah dan memanggil dengan panggilan yang jelek, hal itu hanya akan membuat anak semakin sulit menerima nasihat dan menjauh dari orang tua.
  8. Ketika melihat seorang anak melakukan kesalahan, menegur dengan cara yang baik dan memperhatikan perasaannya.
  9. Rasulullah Saw mengaitkan hati anak dengan Rabb ketika mulai bersantap dengan menyuruhnya membaca basmalah. Cara tersebut sesuai dengan fitrah anak untuk mencintai Allah Swt dan memberikan pengertian bahwa Allah yang memberi rizki makan, tanpa Dia kita pasti akan kelaparan.
Baca juga:   Metodologi Pendidikan Ibadah Pada Anak Usia Dini

Masya Allah, hadits di atas sudah mengajarkan banyak hal kepada kita bagaimana mendidik anak. Sungguh indah agama Islam, semua hal sudah disiapkan untuk kita melalui dalil dan kisah-kisah yang penuh hikmah.

Mengakhiri bahasan ini, saya ingin mengutip kata dari Dr. Muhammad Muhammad Badri dalam bukunya “Human Touch”, “Cintailah anak anak anda dengan cinta yang nyata; tunjukkan kesalahan mereka dengan lembut dan santun; bersabarlah menghadapi perilaku mereka; bersikaplah sesekali seakan akan anda mengabaikan kesalahan mereka; jadikanlah diri anda sebagai teladan mereka; gunakanlah cara dan metode yang tepat dalam melakukan itu. Gunakan bahasa cinta dan kasih sayang”.

Tentang meluruskan kesalahan anak, Dr. Muhammad Muhammad Badri mengingatkan, “Kita memulai dengan memberitahu anak sisi-sisi negatif perilaku itu, lalu mengajaknmya berdiskusi sewaktu ia tenang, santai dan antusias. Kita memulai dialog dengan pujian terhadap budi pekertinya yang pantas dipuji”.

Ketika mereka berbuat salah, Dr. Muhammad Muhammad Badri mengatakan, “Kita beri mereka kesempatan untuk mendengar tentang perbuatan mereka dengan tenang dan mencerahkan. Sebab, mungkin saja mereka tidak mengetahui dampak negatif dari kesalahan mereka ataupun dampak positif dari tidankan yang benar lantaran kita belum pernah memberitahunya. Semestinya, kita mencela diri kita sendiri; itu baru adil namanya.”

Demikian. Semoga bermanfaat.

Referensi:

  • 10 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak, Kavin Steede, Ph.D
  • Tarbiyah Rasulullah, Najib Khalid Al-‘Amr
  • Human Touch, Dr. Muhammad Muhammad Badri
Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *