Beberapa bulan lalu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim meluncurkan sebuah kurikulum yaitu Kurikulum Merdeka Belajar (KMB).
Kurikulum ini dibuat sebagai tindakan evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya yatiu Kurikulum 2013 (Kurtilas). Kurikulum merdeka belajar ini telah mulai diujicobakan pada setidaknya 2500 sekolah penggerak dengan sistem pembelajaran berbasis pada proyek tertentu (Project Based Learning).
Nah, sebelum membahas apa saja sih kelebihan dan kekurangan kurikulum merdeka belajar, yuk cari tau apa sih kurikulum itu dan apa maksud dari program merdeka belajar.
Kurikulum
Secara bahasa, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti pelari dan “curere” yang memiliki arti tempat berpacu. Sehingga kurikulum dapat diartikan sebagai trek atau lajur yang harus diikuti seseorang untuk mencapai tujuannya.
Pengertian kurikulum tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 yaitu:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Merdeka Belajar
Kemudian pengertian dari program merdeka belajar adalah program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka. Guru kini tidak lagi berperan untuk menjalankan kurikulum saja namun menjadi penghubung antara kurikulum dan minat siswa.
Jadi, Kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Para pelajar dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar
Sebuah kurikulum pastinya punya kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam proses penerapannya termasuk kurikulum merdeka belajar.
Nah, untuk mengetahui lebih jelas kelebihan dan kekurangan kurikulum ini, yuk kita bahas secara tuntas pada ulasan di bawah ini
Kelebihan Kurikulum Merdeka Belajar
1. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai lebih simple dan intens
Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa, Pada proses pembelajaran diubah menjadi lebih menyenangkan, mendalam, dan sederhana.
2. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai lebih bebas dan leluasa
Contohnya pada siswa jenjang SMA nantinya tidak akan ada kelas peminatan IPA, IPS dan Bahasa. Sehingga siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minatnya masing-masing siswa. Selain itu, sekolah memiliki wewenang menerapkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat siswa serta guru dapat mengajar sesuai perkembangan siswa dalam menerima materi pelajaran.
3. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai relevan dan interaktif
Kurikulum Merdeka Belajar menerapkan proses pembelajaran melalui kegiatan proyek. Diharapkan dengan proses pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan lebih luas pada siswa agar aktif dalam mengeksplorasi isu-isu aktual yang terjadi saat ini dan dapat mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar
1. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai kurang matang dalam persiapannya
Mengingat Kurikulum Merdeka Belajar ini masih seumur jagung usai diluncurkan oleh Mendikbud ristek beberapa bulan lalu, Kurikulum Merdeka Belajar ini masih perlu dilakukan pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam agar efektif dan tepat dalam penerapannya.
Kurikulum merdeka awalnya adalah kurikulum prototipe yang diuji cobakan di sekolah-sekolah penggerak, sampai sekarang belum ada evaluasi menyeluruh tentang keampuhan kurikulum merdeka untuk mengatasi learning loss. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang diterapkan terbatas di sekolah penggerak yang sebelumnya disebut kurikulum prototipe, yang kemudian diresmikan menjadi kurikulum merdeka.
Tahap uji coba dalam kajian terbatas, menurut pak Doni belum dilakukan secara menyeluruh karena pembelajaran berbasis proyek dokumennya baru muncul setelah semester awal sehingga di sekolah penggerak belum memiliki panduan yang utuh dan lengkap untuk melaksanakan Kurikulum Merdeka. Bahkan belum ada hasilnya kecuali hasil survei persepsi dari para guru.
Mengingat Kurikulum Merdeka Belajar ini masih baru yang usau diluncurkan oleh Mendikbud ristek pada beberapa bulan lalu. Kurikulum Merdeka Belajar ini masih perlu dilakukan pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam. Tujuannya tidak lain agar dapat efektif dan tepat pada sasaran kepada siswa dan mahasiswa yang ikut dalam penerapannya.
2. Sistem pendidikan dan pengajaran yang belum terencana dengan baik
Pada bagian prosedur pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada Kurikulum Merdeka Belajar belum membahas tentang upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sehingga bisa disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar belum menuju kepada sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.
3. Kurangnya SDM dan sistem belum terstruktur
Karena Kurikulum Merdeka Belajar ini masih baru pastinya harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu dan memerlukan persiapan yang matang agar mempunyai sistem yang terstruktur dan sistematis. Selain itu juga perlu mempersiapkan SDM ( guru/pengajar ) sebagai pelaksana kurikulum tersebut.
4. Evaluasi kurikulum 2013 dan kurikulum darurat pada masa pandemi
Berdasarkan kajian Kemendikbudristek menyimpulkan bahwa kurikulum 2013 terlalu luas materi, terlalu banyak muatannya, buku teksnya banyak dan administrasinya berat. Sedangkan kurikulum darurat, menurut Kemendikbudristek hasilnya baik karena dapat mengurangi learning loss selama pandemi.
Seandainya kurikulum darurat itu baik, kenapa bukan kurikulum darurat itu yang dilanjutkan. Jika kurikulum 2013 sangat banyak isi, materi muatan dan beban administrasi kenapa solusinya menawarkan kurikulum alternatif, bukan menata kembali isi kurikulum, menata muatan materi dan kemudian menyederhanakan administrasi yang harus dilakukan pihak guru.
Menurut Doni, penawaran Kurikulum Merdeka saat ini kurang tepat, karena tidak menjawab pertanyaan. Hasil evaluasi kementrian isi, materi dan muatan terlalu luas, dan dalam kurikulum 2013 adalah masalah sosialiasai, sehingga sosialisasi dan pelatihan yang seharusnya diintensifkan bukan merubah kurikulum.
5. Tidak ada Bukti Ilmiah Keefektifan Kurikulum Merdeka
Menurut pak Doni, klaim bahwa Kurikulum Merdeka efektif itu tidak meyakinkan, dan tidak ada bukti-bukti ilmiah argumentatif yang diperoleh melalui metode penelitian yang meyakinkan.
Ada tiga alasan, pertama, metode untuk membuktikan bahwa kurikulum merdeka itu efektif masih dipertanyakan karena dilakukan melalui survei persepsi dan studi etnografis. Efektivitas nilai hasil belajar harus dilakukan asesmen belajar yang berkelanjutan dari proses kurikulum Merdeka, sehingga kita sebenarnya belum tahu. Maka ketika ditawarkan Kurikulum Merdeka secara Nasional justru mengkhawatirkan dan perlu dipertanyakan.
Kedua, Sasaran Kurikulum Merdeka pada sebagian besar sekolah adalah sekolah yang sudah berakreditasi A dan B, ada sekolah C yang menjadi sekolah penggerak di Papua tetapi itu sekolah baru, sementara sarana, prasarana dan guru bagus. Rata-rata ada sekolah bagus dan unggulan.
Ketiga, Kurikulum Merdeka ini bagus dalam pendampingannya karena kementrian memilih instruktur dari non kementrian, bukan widyaswra seperti biasanya. Membuka kesempatan kepada semua orang yang biasa melatih, diberi materi dan pendampingan selama 9 bulan di hotel maupun di sekolah. Maka apakah Kurikulum Merdeka itu bagus karena struktur kurikulumnya atau proses pelatihannya? Memaksakan kurikulum Merdeka pada semua sekolah tanpa pendampingan dan pelatihan akan menjadi bencana bagi sekolah
Referensi
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, “Luncurkan Kurikulum Merdeka, Mendikbudristek: Ini Lebih Fleksibel!”. Februari 12 2022 (https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/luncurkan-kurikulum-merdeka-mendikbudristek-ini-lebih-fleksibel, diakses 6 Juni 2022)
Channel Youtube Pendidikan Karakter Utuh oleh Pak Doni, 10 Kritik atas Kurikulum Merdeka (TPDS#14), link: https://www.youtube.com/watch?v=0cTvA7lVu5c (diakses pada 6 Juni 2022)
Baca juga analisa kami tentang Kurtilas dan KTSP