Orientalis dan Perhatian Mereka terhadap Bahasa Arab

ORIENTALIS DAN BAHASA ARAB – Penetapan tanggal 18 Desember sebagai Hari Bahasa Arab Sedunia dicetuskan oleh UNESCO pada 18 Desember 1973 dimana Majelis Umum dan Komite PBB memutuskan bahwa Bahasa Arab menjadi bahasa resmi PBB yang ke-6 bersama 5 bahasa lainnya, yakni Inggris, Tionghoa, Prancis, Rusia, dan Spanyol. Maka setiap tanggal 18 Desember dirayakan sebagai hari bahasa Aran dunia atau Arabic Languade Day (LAD).

Perayaan hari bahasa Arab secara internasional merupakan kesempatan untuk menekankan pentingnya bahasa Arab sebagai komponen otentik dari identitas budaya dan peradaban bangsa Arab, dan kesempatan untuk memobilisasi upaya individu dan kelembagaan di tingkat lokal dan internasional untuk melindungi bahasa arab serta untuk memajukan perannya dalam pengetahuan manusia.

UNESCO juga telah memasukkan Kaligrafi Arab ke dalam Warisan Budaya Takbenda. Usulan tersebut diajukan oleh koalisi 16 negara berbahasa Arab, termasuk Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Palestina. (link)

Maka, artikel sederhana ini berusaha menghadirkan bacaan kepada pembaca tentang pentingnya bahasa Arab, tujuan orientalis mempelajari bahasa Arab dan para tokoh orientalis yang memiliki perhatian terhadap bahasa Arab.

Selamat membaca.

Pentingnya Bahasa Arab

Tidak ada yang menyangkal bahwa bahasa arab adalah bahasa yang darinya muncul ilmu-iulmu islam. Ia ibarat sebuah lidah bagi tubuh bahkan hatinya. Karena bahasa arab adalah lidah islam dengannya al-Quran diturunkan.

Jika kita menengok pada kejayaan yang telah dirasakan umat islam dahulu, akan kita dapatkan bahwa kejayaan itu erat sekali dengan kuatnya pemahaman mereka terhadap nash-nash dari al-Quran. Sehingga kaitan antara bahasa arab dengan agama islam sangat erat, bahkan akan kita dapatkan bahwa qaidah-qaidah dibuat oleh para ulama untuk menjaga dan membela al-Quran.

Sejak dahulu para ulama sangat mementingkan pengetahuan bahasa arab, mereka mendahulukannya dari ilmu yang lain agar bisa memahami hukum-hukum dan sisi I’rabnya. Maka belajar bahasa arab hukumnya wajib bagi para penuntut ilmu sebagaimana telah dicontohkan oleh ulama terdahulu.

Bahasa Arab telah berkembang secara internasional selama berabad-abad, menjadi sumber daya tarik dan minat banyak orang, bahkan bahasa Arab adalah bahasa yang paling indah di dunia. Satu-satunya bahasa Al-Quran dan bahasa resmi negara-negara Islam.

Bahasa yang dipilih Allah adalah bahasa Arab. Dia mengirim bukunya yang berharga (Al-Quran) yang ditulis dalam bahasa Arab, bahasa nabi terakhir. Karena alasan ini, adalah kewajiban bagi setiap orang untuk belajar bahasa Arab.

Setiap muslim harus belajar membaca dan berbicara bahasa Arab, bahasa Nabi, agar dapat memahami dan menafsirkan ayat-ayat Allah melalui doa dan membaca Al-Quran. Bahasa Arab adalah bahasa Nabi, maka sangat penting bagi setiap muslim untuk belajar bahasa Arab agar dapat memahami Al-Quran.

Bahasa Arab berkembang pesat selama Abad Pertengahan dan warisannya telah meluas melampaui Islam ke dalam seni, sastra Arab puisi Arab, dll.), sains, tradisi, komunikasi, dan banyak lagi.

Perkataan Ulama tentang petingnya bahasa Arab

  1. Umar bin Khatab, beliau bertutur: “pelajarilah bahasa arab karena ia termasuk bagian dari agamamu dan pelajarilah ilmu faraidh karena ia bagain dari agamamu.”
  2. Umar pernah menulis kepada Abu Musa al-Asary: “amma ba’du: pelajarilah sunnah dan pelajarilah bahasa arab, serta arabkan al-Quran, karena ia turun dalam bahasa arab.”
  3. Ibnu Abbas mengatakan: “Saya tidak mengetahui apa makna dari ayat “Fathirissamawati walardh” sehingga saya mendengar seorang perempuan arab yang mengatakan: “ana fathartuha: ana ibtada’tuha.” Dan ia juga mengatakan: “jika ada makna al-Quran yang tersembunyi maka carilah dalam syair karena syair adalah diwan arab.”
  4. Ar-Raazi mengatakan: “sumber untuk mengetahui al-Quran dan sunnah adalah bahasa arab baik nahwu atau sharafnya, dan banyak ilmu islam yang menggunakan bahasa ini, maka apa saja yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu tersebut, dan seorng mukallaf itu mampu, maka hukumnya wajib.
  5. Imam Syafi’I mengatakan: “barangsiapa yang ahli dalam masalah nahwu, akan terbuka baginya semua ilmu.” Dan juga “tidaklah aku ditanya tentang permasalahan fiqih kecuali aku menjawabnya dengan kaidah nahwu.” Dan juga “aku tidak ingin belajar bahasa arab kecuali agar bisa membantuku mempelajari fiqih.”
  6. Ibnu Jinni mengatakan bahwa kebanyakan sebab sesatnya orang yang belajar syariat dan melenceng dari cara yang benar adalah lemahnya mereka dalam masalah bahasa arab.”
  7. Abu Hayan ketika memuji Sibawaih: “banyak ahli tafsir dan lainnya yang merujuk kepada perkataan Sibawaih, ia seorang ahli dalam masalah ini dan menjadi sandaran setiap masalah.”
Baca juga:   Al-Quran = Bio Energi

Tujuan Orientalis Mempelajari Bahasa Arab

Para peneliti Islam mendefinisikan, ORIENTALIS adalah, para non arab dan non muslim, yang mengkaji dan melakukan penelitian terhadap aqidah, syariat, bahasa, Al Quran dan peradaban Islam dengan tujuan mencari kejelekan dan membuat keraguan pada agama Islam.

Prof. Hajredin Hoxha dalam seminar memperingati hari bahasa Arab yang pernah saya ikuti menjelaskan tentang pentingnya arab fushah, dan masuknya bahasa Inggris dan Perancis ke negara Arab membuat bahasa Arab semakin terpinggirkan. Arab Amiyah juga menjadi salah satu program dari orientalis.

Tokoh Orientalis yang Mencurahkan Perhatian dalam Bahasa Arab

Sigrid Hunke

Sigrid Hunke was born on 26 April 1913. She studied philosophy, psychology, and science of religion wiht Martin Heidegger, Eduard Spranger, Karlfried graf Durkheim, Ludwig Ferdinand Clauss and Hermann Mandel. In 1941, she received her PhD under supervision of Clauss in the philosopical faculty ar Unibesity of Berlin (now Humboldt University). In 1942 Hunke married the diplomat Peter H. Schulze, with whom she lived in Tangier until 1944.

Sigrid Hunke, Orientalis dari Jerman. Sangat senang dengan negeri Arab melebihi negerinya sendiri, hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk meneliti bangsa Arab dan mempertahankan argumentasinya atas Arab dan berusaha selalu ada di sampingnya.

Hunke telah menerbitkan banyak buku dan penelitian ilmiah tentang Arab dan Islam. buku pertamanya Arrojul wal mar’ah (laki-laki dan perempuan) di terbitkan pada tahun 1955, buku ini cukup memikat karena ia ditulis dengan bahasa sejarah, buku lainnya fadhlul arab alal ghorb (keutamaan arab atas barat).

Buku lainnya “Allahs Sonne Uber Dem Abendland Unser Arabisches” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Faruq Baidhun dan Kamal Dasuqi dengan judul “Syams al-‘Arab Tastha’ ‘ala al-Gharb: Aatsaar Hadhaarah al-‘Arabiyyah fii Uruubiyah” (Matahari Arab Bersinar di Barat: Jejak Peradaban Arab di Eropa).

Ia percaya tentang tentang kehebatan Arab atas barat dan menurutnya hampir semua ilmu di Barat bersumber dari Arab, mulai dari teori angka sampai kedokteran. baginya perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa ini disebabkan faktor seorang bernama Muhammad.

Muhammad telah memberikan semangat yang luar biasa atas setiap pengikutnya baik laki-laki mau pun perempuan. bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban agama. seperti yang di sabdakan “carilah ilmu mulai dari buaian sampai mati“. hal inilah baginya yang mendorong kaum muslim untuk terus mencari ilmu, melakukan penelitian, pengamatan dan percobaan. hal ini untuk membuktikan kebesaran Allah dalam penciptaan dalam segala bidang.

Raghib As-Sirjani dalam buku ‘Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia’ menuliskan hasil studi banding Sigrid Hunke antara peradaban Islam pada saat itu dan kondisi bangsa Eropa. Ia mengatakan bahwa ahli fikih Andalusia Syaikh Ath-Tharthusy saat berkeliling di negara Eropa dikejutkan dengan hal-hal yang membuat bulu kulit berdiri. Hal ini disebabkan dia adalah seorang muslim yang diwajibkan mandi dan berwudhu sebanyak 5 kali dalam sehari.

Berikut tulisan Hunke,

‘selama-lamanya kamu akan melihat mereka itu kotor. Sesungguhnya mereka tidak membersihkan diri mereka dan tidak mandi kecuali satu atau dua kali dalam satu tahun dengan air dingin. Adapun pakaian mereka tidak mereka cuci setelah mereka pakai hingga pakaiana tersebut menjadi kain yang kumuh dan rusak”.

Hunke menambahkan,

‘Sesungguhnya hal seperti ini tidak bisa dipahami orang Arab yang biasa bersih atau tidak kuat menanggungnya. Kebersihan tubuh baginya tidak hanya sekadar kewajiban agama. kebersihan tubuh juga merupakan kebutuhan mendasar untuk menghadapi panasnya cuaca di lingkungan mereka”. Kemudian Hunke menyebutkan bahwa kota Baghdad pada abada 10 Masehi penuh dengan ribuan pemandian panas dan dilengkapi dengan pelayanan pembersihan tubuh dengan sabut dan penghiasan”.

Berikut adalah quote dari Sigrid Hunke atas kekagumannya terhadap bahasa Arab.

Baca juga:   Jangan Hina Dia
orientalis dan bahasa Arab

“Bagaimana mungkin manusia mampu mengalahkan keindahan Bahasa Arab dan lafalnya yang jelas serta kharismanya yang tiada tara, padahal negeri-negeri tetangganya saja yang pernah ia taklukkan jatuh karena daya tariknya” – Sigrid Hunke (1913-1999).

August Fischer

August Fischer (1865-1949 M), orientalis Jerman spesialis bahasa Arab, menolak pandangan orientalis-orientalis yang mencoba mengasalkan al-Qur’an dari tradisi Yahudi-Kristen. Baginya, Muhammad Saw. hidup di tengah-tengah tradisi paganisme sehingga Muhammad Saw. sejatinya terpengaruh oleh tradisi dan bahasa penyair-penyair Arab.

Dengan hipotesa itu, ia menyimpulkan bahwa ada relasi kuat antara gaya bahasa perdukunan Jahiliyah (kahin) dengan bahasa al-Qur’an. Di sinilah letak urgensi mengatahui syair Jahiliyah dalam menginterpretasikan al-Qur’an.

August Fischer juga menulis Qur’an Abi al-A’la al-Ma’arri (Leipziq: Hirzel, 1942). Dalam buku ini, ia mengajukan analisis filologis terhadap kitab al-Fusul wa al-Gayah, karya Abu al-A’la al-Ma’arri, yang dianggap oleh beberapa kalangan sebagai tandingan al-Quran. Analisisnya sampai pada konklusi bahwa tuduhan, yang mengatakan bahwa al-Ma’arri hendak menandingi al-Quran, adalah tidak benar.

orientalis dan bahasa Arab

Jika kita mengecualikan Cina, tidak ada bangsa lain yang berhak dibanggakan dengan limpahan kitab-kitab ilmiahnya selain bangsa Arab. – August Fischer (1865-1948)

Ernest Renan

Renan adalah seorang filosof dan sejarawan Kristen terkemuka di Perancis. Soekarno dan Hatta banyak menyitir konsepnya tentang pembentukan sebuah bangsa. Selama karirnya, ia menulis filsafat dan sejarah Kristen hingga lalu tertarik sejarah sosial dan intelektual Islam.

Pertemuan dan debatnya setelah dengan Jamaludin Afghani pada 1883 di Universitas Sorbonne tentang Islam dan ilmu pengetahuan, mengubah ketertarikannya pada Islam. Selain tentang Ibn Rusyd, ia menulis “Mahomet et l’origine de l’islamisme (Muhammad dan asal-usul Agama Islam)”.

Ia juga menulis naskah “L’Islam et la science (Islam dan pengetahuan dan)”. Renan,tampaknya, adalah tipe orientalis Barat yang menulis Islam secara lebih objektif, jauh dari semangat Euro-Christian Centrism.

Sebagai sejarawan agama Kristen, Renan membela fakta bahwa Islam dan ilmu pengetahuan itu seia sekata. Islam adalah sumber pengetahuan. Hanya saja, ia menyayangkan mengapa ilmu pengetahuan dan kemajuan di dalam Islam itu justru dipadamkan sendiri oleh penganutnya yang fanatik.

Menurut Renan, fanatisme Islam itu memusuhi akal. Namun, Renan juga memberi pencerahan pada Barat untuk tidak melupakan sumbangan dan kontribusi besar Islam dan para pemikirnya pada “Jalan pencerahan” dan peradaban Barat. Sumber: Tweet Bapak Andar Nubowo link

Berikut adalah salah satu tanggapan Ernest Renan tentang Bahasa Arab yang banyak dinukil para penulis di dunia Islam dan Barat.

“The Arabic language suddenly began to be extremely perfect, and this is the strangest thing that happened in human history, as it has neither childhood nor old age”

orientalis dan bahasa Arab

Carlos Alfonso Nallino

Ia lahir di Turin, dan belajar sastra di Universitas Turin. Pada usia 21 ia menerbitkan risalah pertama tentang geografi dan astronomi Arab. Ini diikuti oleh sebuah karya tentang Al-Battani (1899–1907) yang membuatnya mendapatkan pengakuan internasional. Dari tahun 1896 ia mengajar di Istituto Universitario Orientale of Naples dan kemudian di Universitas Palermo (1902–1913).

Pada tahun 1900 ia menerbitkan sebuah buku tentang dialek Arab Mesir, yang memberinya izin Raja Fuad I dari Mesir untuk bekerja di Universitas Khedive Mesir. Di antara murid-muridnya adalah Taha Husain, yang kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri.

Kemudian Nallino menjadi profesor biasa di Universitas La Sapienza Roma, di mana, pada tahun 1921, ia mendirikan Istituto per l’Oriente, yang menerbitkan majalah Oriente Moderno. Pada tahun 1933 dia diangkat menjadi anggota Royal Academy of Arab Language di Kairo, dan dia adalah anggota Italian Accademia Nazionale dei Lincei dan Royal Academy of Italy.

Pada tahun 1938 ia melakukan perjalanan selama dua bulan di Semenanjung Arab, tetapi ia meninggal tak lama kemudian di Roma karena krisis jantung setelah hanya menerbitkan volume pertama dari studi tentang perjalanannya.

Baca juga:   Webinar IELC: ‘Helping Student Think like Muslims’ bersama Salatu Sule
orientalis dan bahasa Arab

Sang orientalis Italia, Carlo Alfonso Nallino (1872-1938 M) berkata: “Bahasa Arab mengungguli seluruh bahasa dalam keindahan dan keanggunannya, dan lisan ini tidak mampu menggambarkan kualitas keindahannya”.

George Sarton

Di ranah sejarah sains, nama George Alfred Leo Sarton selalu disebut dengan takzim. Meski hanya sedikit pihak mendukungnya, Sarton tak gentar untuk terus mengonstruksi sejarah sains hingga diakui sebagai sebuah disiplin ilmu.

Dalam esai George Sarton: The Father of the History of Science, Eugene Garfield menggambarkan Sarton sebagai figur penting pembentukan sejarah sains sebagai disiplin ilmu.

Salah satu pikiran pokok Sarton yang menarik ialah pengakuannya bahwa setiap peradaban memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi kemajuan kemanusiaan. Ia tidak setuju dengan pandangan bahwa Timur adalah Timur dan Barat adalah Barat, dan keduanya tak akan pernah bertemu. Bagi Sarton, bukti-bukti historis telah menunjukkan kontribusi penting peradaban Timur maupun lainnya.

Pencapaian terbesar di masa kuno, menurut Sarton, adalah berkat kecerdasan Yunani, sedangkan pencapaian terbesar di Abad Pertengahan adalah berkat kecerdasan kaum Muslim. Karena itu, Abad Pertengahan memang abad kegelapan dan penuh peperangan bagi Barat, namun merupakan abad kegemilangan dan penuh cahaya pengetahuan bagi Muslim di Timur.

Sarton juga menunjukkan bahwa pencapaian keilmuan Muslim jauh di atas pencapaian Yunani dan Bahasa Arab menjadi bahasa sains utama yang bersifat progresif, terutama pada abad ke-8 hingga abad ke-11 Masehi. Keilmuan Muslim melampaui tataran teoritis mengingat dukungan eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwannya.

Sarton, dengan sikapnya yang tidak bias terhadap peradaban tertentu maupun sains tertentu, telah berusaha keras meletakkan sejarah sains pada tempat yang tepat. Sikap inilah yang agaknya semakin diikuti oleh sejarawan sains Barat dengan semakin memberi porsi yang selayaknya terhadap kontribusi ilmuwan Muslim, khususnya di masa lampau, kepada kemanusiaan.

Meskipun, di Indonesia sendiri, para ilmuwan Muslim ini belum memperoleh tempat yang layak dalam pengajaran di sekolah maupun kampus. Guru dan murid lebih mengenal Isaac Newton ketimbang al-Hasan ibn al-Haytham, padahal ilmuwan ini telah mendahului Newton dalam beberapa gagasannya.

“Allah berikan fleksibilitas kepada Bahasa Arab hingga ia mampu menyusun wahyu dengan sangat baik” “dan Bahasa Arab adalah bahasa termudah dan terjelas yang pernah ada di dunia”

Gustav Freytag

Salah satu novelis termasyhur Jerman Gustav Freytag (1816 –1895M) menyatakan, “Bahasa arab adalah bahasa paling kaya kosa katanya di dunia.” Senada dengan itu ahli sastra dari Columbia University, William York Tindall(1903 – 1981) berkata “Bahasa arab memiliki karakter yang lembut dan fleksibel sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.”

Kemudian Dr Abdul Wahab Azam menjelaskan,  “Bahasa Arab adalah bahasa yang sempurna dan unik. Lafadz dan kosa katanya mampu menggambarkan hampir seluruh fenomena alam dan setiap apa yang terbetik di hati manusia. Setiap maknanya tergambar jelas di setiap bentuk pengucapannya. Seakan-akan setiap kosa katanya adalah lintasan pikiran, rasa hati, dan refleksi kehidupan.”  Demikian para ahli bahasa menyaksikan bahwa bahasa arab adalah bahasa yang spesial. Lalu apa sajakah keistimewaan bahasa arab?

“Bahasa Arab bukan hanya bahasa terkaya di dunia, bahkan para ahli dalam kompilasi kosakata tidak mampu menyebutkan jumlahnya”

Germanus (Orientalis Hungaria)

“Sesungguhnya di dalam Islam ada sebuah sandaran penting (al-Qur’an) yang senantiasa menjaga pesona Bahasa Arab dan eksistensinya, hal ini tidak pernah diraih oleh generasi manapun dari zaman ke zaman. Berbeda halnya dengan bahasa kuno lainnya yang semisal (akhirnya punah juga)” “Faktor kedua yang membuat Bahasa Arab terus terjaga adalah fleksibilitas yang tiada duanya”

Philip K. Hitti sejarawan Arab, Kristen Maronit, dan orientalis. Mengatakan tidak ada bahasa yg lbih menyentuh perasaan dbanding bahasa Arab.

Snouck Hurgronje bukan hanya menguasai ilmu Islam, tapi juga ahli dalam bahasa Arab dan bahasa Ibrani. Dan ini yg dilakukan para orientalis. [ ]

ASR Page Ranking Technology
Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *