PENDAHULUAN
Pengembangan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual secara seimbang dalam dalam pendidikan dewasa ini merupakan hal yang penting dan hendaknya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dan penanganan yang serius dari semua pihak baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara, semua perlu mencurahkan perhatian, pikiran dan tindakan untuk membentuk dan mengembangkan secara seimbang antara ketiga kecerdasan tersebut.
Selama ini, pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi dipandang lebih menekankan pada aspek akademik yang berorientasi pada kecerdasan otak atau intelektual saja. Padahal lebih dari itu, pendidikan tentang kecerdasan emosional yang mencakup integritas, kejujuran, komitmen, kreativitas, kebijaksanaan dan keadilan masih terabaiakan.
Seperti yang ditemukan para ilmuan bidang psikologi pendidikan; di antaranya Daniel Goldman, Danah Zohar dan Ian Marshall bahwa kecerdasan manusia terdiri dari kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Sejumlah kemunduran dalam aspek kehidupan saat ini ditengarai sebagai akibat dari tidak berfungsinya sistem pendidikan dalam mengembangkan pribadi-pribadi yang handal, keluaran pendidikan hanya berkapasitas skill dan intelektual saja, tetapi rapuh dalam karakter dan moral. Akibatnya membaca kepada problem nasional berupa kerusakan moral dan kriminalitas.
Makalah ini akan membahas tentang upaya pengembangan potensi manusia secara keseluruhan melalui kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dan kiprah pendidikan Islam terkait upaya pengembangan potensi manusia tersebut. Secara berturut-turut makalah ini akan mencermati hal-hal yang terkait dengan kompleksitas manusia
KOMPLEKSITAS MANUSIA
Allah swt telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sangat sempurna dan dalam sebaik-baik bentuk. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt QS At-Tin : “…dan sungguh telah kemi ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.”.
Proses pembuatan manusia bukan sebuah proses yang tiba-tiba. Akan tetapi diciptakan dalam kerangka Khalifah (wakil) Allah swt di mukan bumi dan hamba Allah swt. Struktur manusia telah dibentuk sedemikian rupa, mulai bentuk fisik sampai struktur ruhaniahnya.
Dalam konteks psikologi disebutkan bahwa manusia diberi potensi-potensi yang dikenal dengan kecerdasan. Ada tiga macam kecerdasan yang dimiliki manusia : kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Dan berikut ini penjelasan selengkapnya.
KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)
Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa otak manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel aktif, minimal 100 milyar sel aktif sejak lahir. Masing-masing sel dapat membuat jaringan sampai 20.000 sambungan tiap detik. Sambungan-sambungan ini adalah kunci kekuatan otak sehingga Gordon Dryden menyatakan : “You are the owner of the world’s most powerful computer.” Yang artinya
KECERDASAN EMOSIONAL (EQ)
Daniel Goldman menemukan Emotional Intelegence. Dia menyatakan bahwa 75% kecuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya. Dan hanya 4% yang ditentukan oleh IQ-nya. Daniel Goldman memerinci aspek-aspek kecerdasan emosional manusia menjadi kecakapan pribadi dan kecakapan social. Kecakapan pribadi terdiri atas tiga factor yaitu kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi. Kecakapan social terdiri atas dua factor yaitu empati dan ketrampilan social.
Menurut Dameria, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen dasar sebagai berikut:
- Self-awareness (pengenalan diri), kemampuan mengenali emosi dan penyebab atau pemicu emosi tersebut. Orang tersebut mampu mengevaluasi dirinya dan mampu mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan.
- Self-regulation (penguasaan diri), kemampuan seorang untuk mengontrol dalam membuat tindakan secara hati-hati. Orang tersebut mampu memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.
- Self-motivation (motivasi diri), ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan bertanya “Apa yang salah dengan saya atau kita?”. Sebaliknya ia bertanya “Apa yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”
- Empathy (empati), kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.
- Effective Relationship (hubungan yang efektif), adanya empat kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan dan bukan pada konfrontasi yang tidak penting yang sebenarnya dapat dihindari. Orang yang mempunyai kemampuan intelegensia emosional yang tinggi mempunyai tujuan yang konstruktif dalam pikirannya.
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
Danah Zohar melangkah lebih jauh dengan menemukan Intelegensia Spiritual berdasarkan penemuan-penemuan neurologis yang diramu dengan fisikan quantum dan psikologi transpersonal.
Danah Zohar dan Ian Mashall dalam buku SQ; Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence mendefinisikan SQ sebagai berikut:
SQ, our deep, intuitive sense of meaning and value, is our guide ‘at the edge’. SQ is our conscience. We can use SQ to become more spiritually intelligent about religion. SQ takes us to heart of things, to the unity behind difference, to the potential beyond any actual expression. SQ can put us in touch with the meaning and essential spirit behind all great religions. A person high in SQ might practice any religion, but without narrowness, exclusiveness, bigotry or prejudice. Equally, a person high in SQ could have very spiritual qualities without being religious at all.
Dengan munculnya kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual tersebut runtuhlah legenda IQ yang menitik beratkan kemampuan intelej manusia pada kemampuan aritmetis, logis dan verbal. Intelek manusia lebih jauh dari yang disangka. Intelek manusia bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat satu dimensi sehingga bisa diukur dengan satu angka. Intelek manusia mempunyai dimensi-dimensi yang tidak terhingga, sedemikian hebatnya sehingga ada kata pepatah yang mengatakan “All children are born geniouses” (seluruh anak dilahirkan sebagai genius. Baik genius secara logis, genius secara emosional maupun genius secara spiritual.
PENTINGNYA PENGEMBANGAN KECERDASAN INTEGRATIF
Djoko Saryono menulis sejumlah alasan tentang pentingnya pengembangan kecerdasan integratif, yaitu kecerdasan emosi, intelektual dan spiritual.Pendidikan modern kita selama ini hasilnya sangat menekankan dan mengunggulkan kualitas intelektual atau kepandaian yang dilambangkan dengan IQ.
Pendidikan hanya mengedepankan kecerdasan otak dengan sejumlah materi pelajaran yang harus dikuasai dan dipahami oleh peserta didik, dan profil hasil belajarnya hanya diukur dari nilai-nilai akademik. Dengan demikian, anak dinyatakan hebat dan berhasil apabila mereka mendapatkan nilai rata-rata 9 atau memiliki nilai danem yang tinggi. Hal tersebut kenyataannya kurang berhasil atau malahan telah gagal dalam membentuk dan mengembangkan seseorang menjadi manusia-manusia yang bermartabat dan bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan justru sebaliknya.
Berdasarkan pandangan-pandangan dan teori-teori pendidikan mutakhir selalu menyerukan dan menyarankan agar pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan kecerdasan intelektual atau IQ saja, tetapi juga EQ (kecerdasan emosi) dan SQ (kecerdasan spiritual). Sudah bukan zamannya lagi pendidikan hanya mengagung-agungkan dan memuja-muja kecerdasan intelektual sementara pengembangan kecerdasan-kecerdasan yang lain diabaikan.
Telah menjadi tugas dunia pendidikan di mana pendidikan harus berpusat pada pengembangan pribadi dan intelektual, karena hal tersebut merupakan salah satu hak asasi manusia.
PERAN PENDIDIKAN ISLAM
Maka pendidikan Islam akan dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan dalam rangka mewujudkan pendidikan integratif yang mencoba secara maksimal mengembangkan ketiga potensi manusia tersebut. Terlebih dalam kondisi sekarang di mana tuntutan kepada sumber daya manusia yang unggul menjadi hal yang tidak dapat diabaikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas unggul adalah kunci kemajuan dan keberhasilan. Membangun SDM yang berkualitas tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan kecerdasan intelektual, tetapi harus didukung oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam konteks Islam, kecerdasan tersebut harus pula didesain oleh kesadaran akan kebenaran sejati yang didorong oleh kekuatan dan kesadaran untuk mencari ridla Allah SWT sehingga terbentuklah suatu pribadi yang memiliki komitmen dan integritas tinggi serta ketakwaan.
Profil hasil pendidikan Islam harus mampu membentuk karakter peserta didik yang memiliki multiple intelligence, baik yang berkaitan dengan intelektual, emosional, dan spiritual sehingga mereka mampu menghadapi problema hidup dan kehidupannya. Selalu berupaya memecahkan problema tersebut dengan motivasi yang tinggi serta mencari solusinya, yang pada akhirnya mereka dapat hidup mandiri dan memiliki prinsip hidup hanya kepada Allah SWT.
Pendidikan yang hanya mengedepankan kecerdasan intelektual saja dengan mengabaikan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dikhawatirkan akan menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi buta hati. Yang demikian ini terbukti betapa banyak orang berpendidikan tinggi, dengan sejumlah gelar di depan dan di belakang, tetapi masih tetap melakukan korupsi, kolusi, dan manipulasi. Banyak lulusan pendidikan yang tidak dapat berkiprah di dunia pekerjaan sehingga terjadilah pengangguran intelektual. Apabila populasi pengangguran meningkat, akan menimbulkan masalah sosial, seperti krisis moral yang dapat berbuntut pada multikrisis.
Kecerdasan emosional yang perlu dikembangkan dan diintegrasikan dalam pendidikan di antaranya empati, mengendalikan amarah, kemandirian, disukai, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kecakapan sosial, integritas, konsisten, komitmen, jujur, berpikir terbuka, memiliki prinsip, kreatif, bersifat adil, bijaksana, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi, motivasi, kemampuan bekerja sama, keinginan untuk memberi kontribusi, dan masih banyak lagi kualitas-kualitas emosional yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikan.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita secara profesional dalam konteks makna yang lebih luas; kecerdasan spiritual dapat dijadikan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional. Kecerdasan emosional yang perlu dikembangkan dan diintegrasikan dalam proses pendidikan, di antaranya adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa pada setiap prilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya, dan memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip hanya kepada Allah SWT.
Pendidikan perlu diorientasikan pada peningkatan kualitas pendi-dikan dengan mengedepankan nilai-nilai emosional dan spiritual, yang sinergis dengan nilai-nilai intelektual. Dengan demikian diharapkan akan terbentuk sumber daya insani yang berkualias dan bermakna bagi dirinya, bagi lingkungannya, bagi bangsa dan negara.
Kebijakan program pendidikan perlu ditingkatkan dengan mengem-bangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi, dan kecerdasan-kecerdasan yang dipaparkan di atas. Kecerdasan hati diawali dengan kejernihan hati. Hati yang jernih merupakan dasar untuk menentukan suatu kebijakan.
Kebijakan program pendidikan perlu mengedepankan nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai emosional sebagai dasar untuk meraih kecerdasan intelektual dan ini harus merupakan suatu paket dalam proses pendidikan yang tidak bisa terpisahkan. Selain itu, sistem pendidikan secara komprehensif perlu diorientasikan pada multiple intelligence.
PENUTUP
Sebagai kata akhir, melalui pendidikan yang mengedepankan kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual diharapkan akan tercipta kembali nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, yakni nilai-nilai keadilan, kemuliaan, kejujuran, kebenaran, dan nilai-nilai lain yang sesuai dengan anugerah suara hati yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan demikian, diharapkan akan membangkitkan kembali keyakinan akan jati diri sejati yang bisa melahirkan suatu prinsip dan karakter bangsa yang didasari oleh nilai-nilai mulia kemanusiaan yang pada akhirnya akan bisa memberikan kemajuan serta keberhasilan duniawi dan ukhrawi secara bersamaan. []
DAFTAR PUSTAKA
Quantum Quotient oleh Ir. Agus Nggermanto, Mizan Publishing, Bandung
ESQ, Emotional, Spiritual Quotient, Ary Ginanjar Agustian. Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2001.
Sumber yang lain dari buku dan internet
* Tugas UTS Materi Sistem Pendidikan Islam di INSIDA Jakarta