Buku “Religiusitas, Refleksi, dan Subjektivitas Keagamaan,” karya Jumal Ahmad, menawarkan sebuah telaah mendalam mengenai tiga pilar penting dalam praktik keberagamaan individu.
Berawal dari penelitian tesis magister di bidang Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karya ini tidak hanya menyajikan hasil studi, tetapi juga kontribusi metodologis yang signifikan, terutama dalam pengembangan alat ukur keagamaan.
Berikut adalah tiga fokus utama yang menjadi inti dari pembahasan buku ini.
Merumuskan Religiusitas Islam: Islam, Iman, dan Ihsan
Bagian awal buku ini memaparkan pentingnya membedakan antara realitas dan spiritualitas, termasuk dinamika polarisasi keduanya. Namun, titik berat penelitian terletak pada upaya untuk mengukur Dimensi Religiusitas Islam secara akurat dan autentik.
Penulis mengidentifikasi adanya keterbatasan pada alat ukur religiusitas yang sudah ada, seperti Sahin Francis Scale toward Islam, yang dinilai masih tercampur dengan konteks non-Islam.
Keterbatasan ini mendorong penulis untuk melakukan pengembangan metodologi, yaitu dengan merumuskan pengukuran religiusitas yang berakar murni dari ajaran Islam.
Alat ukur yang baru dikembangkan ini didasarkan pada tiga fondasi keimanan dalam Islam: Islam, Iman, dan Ihsan. Melalui pengujian, alat ukur ini terbukti reliabel dan valid (memiliki cronbach alpha yang baik), menjadikannya instrumen yang kuat untuk mengukur tingkat religiusitas di kalangan responden, khususnya di Indonesia.
Kontribusi ini penting sebagai upaya untuk menghasilkan data keagamaan yang lebih otentik secara teologis.
Mengukur Refleksi dengan Kontinum Pembelajaran
Religiusitas yang baik tidak hanya berhenti pada ritual, tetapi juga melibatkan proses berpikir mendalam atau refleksi.
Dalam buku ini, bab tentang Refleksi membahas pengertiannya dan sejauh mana kontinum atau tingkatannya dapat diukur.
Untuk mengukur kemampuan refleksi keagamaan, penulis mengadaptasi kontinum pembelajaran reflektif dari David Kember. Kontinum ini digunakan untuk menilai kedalaman atau tingkatan kontinum keagamaan responden.
Tingkatan yang digunakan mencakup spektrum dari praktik tanpa sadar hingga kesadaran kritis:
- Habitual Action
- Understanding
- Reflection
- Critical Reflection

Dengan menggunakan kontinum ini, penelitian dapat mengukur sejauh mana peserta didik atau responden tidak hanya melakukan praktik keagamaan (aksi kebiasaan), tetapi juga sejauh mana mereka memahami, merefleksikan, dan bahkan merefleksikan ulang secara kritis (critical reflection) keyakinan dan praktik mereka.
Menangkap Kedalaman Subjektivitas Keagamaan
Pilar ketiga dari buku ini adalah Subjektivitas Keagamaan. Jika dua pilar sebelumnya, Religiusitas dan Refleksi, diukur secara kuantitatif melalui skala, maka Subjektivitas Keagamaan diukur menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu melalui semi wawancara.
Penggunaan wawancara memungkinkan peneliti untuk menangkap nuansa dan kedalaman pengalaman keagamaan individu yang tidak bisa dijangkau oleh pertanyaan skala tertutup.
Subjektivitas ini merujuk pada bagaimana individu secara personal menghayati, menafsirkan, dan merasakan imannya. Metode wawancara ini sendiri diadaptasi dari kerangka pengukuran yang dikembangkan oleh Dr. Abdulllah Sahin dalam bukunya New Direction in Islamic Education.
Secara keseluruhan, buku “Religiusitas, Refleksi, dan Subjektivitas Keagamaan“ merupakan sebuah kontribusi penting dalam studi Pendidikan Islam dan psikologi agama.
Buku ini tidak hanya memperkaya wacana teoretis tentang aspek batiniah keberagamaan, tetapi juga memberikan alat metodologis yang kokoh bagi peneliti lain untuk mengukur praktik keagamaan secara lebih tepat dan mendalam, berlandaskan prinsip-prinsip Islam yang murni.
F.A.Q
Judul lengkap buku ini adalah “Religiusitas, Refleksi, dan Subjektivitas Keagamaan”. Topik utamanya adalah telaah dan pengukuran tiga pilar mendasar dalam pengalaman keagamaan individu.
Buku ini dikembangkan dari penelitian tesis magister yang dilakukan oleh Jumal Ahmad di bidang Pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kontribusi paling penting adalah pengembangan alat ukur religiusitas Islam yang murni. Alat ini dikembangkan karena alat ukur yang sudah ada dinilai masih tercampur dengan konteks non-Islam.
Alat ukur ini dikembangkan berdasarkan tiga fondasi keimanan dalam Islam, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.
Ya, alat ukur ini terbukti reliabel dan valid, dengan memiliki cronbach alpha yang baik, sehingga cocok digunakan untuk mengukur religiusitas, khususnya di Indonesia.
Refleksi diukur menggunakan kontinum pembelajaran reflektif yang diadaptasi dari David Kember. Kontinum ini menilai kedalaman pemikiran responden dari praktik kebiasaan hingga refleksi kritis (critical reflection).
Tingkatannya mencakup:
Habitual Action
Understanding
Reflection
Critical Reflection
Religiusitas dan Refleksi diukur secara kuantitatif (skala), sementara Subjektivitas Keagamaan diukur secara kualitatif, yaitu melalui wawancara atau semi wawancara.
Tujuan wawancara adalah untuk menangkap nuansa, kedalaman, dan bagaimana individu secara personal menghayati, menafsirkan, dan merasakan imannya, yang sulit dijangkau oleh pertanyaan skala tertutup.
Referensi:
Maryellen Weimer, PhD, Four Levels of Student Reflection. June 26, 2012. https://www.facultyfocus.com/articles/teaching-and-learning/four-levels-of-student-reflection/
New Directions in Islamic Education – Abdullah Sahin – Introduction & Book Review, https://ahmadbinhanbal.com/new-directions-in-islamic-education-abdullah-sahin-introduction/
Pembelajaran Reflektif Meningkatkan Peran Mahasiswa Mendapatkan Pembelajaran Bermakna, https://ahmadbinhanbal.com/pembelajaran-reflektif-meningkatkan-peran-mahasiswa-mendapatkan-pembelajaran-bermakna/
Rethinking Islamic Pedagogy by Dr. Abdullah Sahin, https://ahmadbinhanbal.com/rethinking-islamic-pedagogy/






