Indonesia dianugerahi keberagaman suku bangsa yang sangat unik. Suku Mentawai di Kepulauan Mentawai mempunyai budaya tato yang sungguh unik!
Tato yang menghiasi tubuh mereka tentunya memiliki bentuk yang unik, bukan seperti tato yang biasa kita jumpai sekarang. Motif tato ini disesuaikan dengan status sosial atau profesi orang tersebut. Ada tato penjaga hutan, pemburu, kepala suku, dan lain-lain.
Pemburu akan ditato dengan gambar binatang hasil tangkapannya, seperti burung, babi, kera, rusa, atau buaya. Sementara sikerei (tetua adat) biasanya memiliki tato bintang sibalu-balu di tubuhnya. Bagi suku Mentawai, tato merupakan bentuk ekspresi seni dan sudah seperti pakaian abadi yang akan dibawa mati.
Tato bagi suku Mentawai juga merupakan simbol keseimbangan alam dan keindahan. Benda-benda seperti batu, hewan dan tumbuhan juga diabadikan di tubuh mereka dalam bentuk tato. Bentuk lain yang bisa dijumpai adalah busur panah, mata kail, duri rotan, hingga tempat sagu.
Tato suku Mentawai disebut dengan istilah titi, sedangkan orang yang pandai menato disebut sipatiti atau sipaniti. Tidak semua orang dapat menjadi sipatiti atau sipaniti. Biasanya sipatiti atau sipaniti diberi seekor babi atau beberapa ekor ayam sebagai balas jasa bagi seni rajah yang berhasil mereka kerjakan.
Proses pembuatan tato masih sangat tradisional. Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Jarum akan dicelupkan ke pewarna yang terbuat dari sari tebu dicampur arang yang menempel di kuali. Setelah itu, jarum akan diketok-ketokkan ke kulit, hingga pewarna masuk ke dalam kulit dan terbentuk garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai. Terbayang kan sakitnya seperti apa? Hii..
Biasanya pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Selama beberapa hari, kulit yang baru ditato akan bengkak dan mengeluarkan darah. Membayangkan saja para traveler sudah ngeri, apalagi yang melakukan.
Proses pembuatan tato suku Mentawai pun tidak boleh sembarangan, harus mengikuti sejumlah prosedur adat. Sebelum sipatiti mulai membuat tato, ada ritual upacara yang dipimpin oleh sikerei (tetua adat). Biasanya membutuhkan waktu persiapan berbulan-bulan.
Tuan rumah lalu mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Tidak semua orang sanggup menjalani prosesi ini karena biaya yang disiapkan untuk upacara membuat tato ini terbilang cukup mahal sebab dapat menghabiskan jutaan rupiah.
Konon, tato Mentawai termasuk seni tato tertua di dunia, bahkan lebih tua dari tato Mesir. Namun sayang, kini hanya sebagian kecil saja suku Mentawai yang masih mempertahankannya. Ancaman ini disebabkan karena perkembangan zaman dan masuknya ajaran agama ke kelompok suku Mentawai yang dulunya animisme.
Hal itu sungguh sangat disayangkan karena masih ada ratusan motif tato khas Mentawai yang dilukiskan di tubuh penduduk asli Mentawai belum sempat terdokumentasikan. Padahal tato itu bisa menjadi bukti kekayaan budaya masyarakat Mentawai kepada masyarakat dunia.
Para traveler yang tertarik untuk melihat secara langsung dapat berkunjung ke desa Madobak, Ugai dan Matotonan yang ada di hulu sungai Siberut Selatan, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Atau Anda juga bisa menjelajah pedalaman Kalimantan untuk bertemu dengan suku Dayak dan melihat langsung kekayaan budaya mereka. Dijamin Anda akan terpana dan berdecak kagum akan warisan budaya yang mereka pertahankan.
Bahkan ada beberapa turis mancanegara yang sengaja datang langsung untuk minta ditato oleh penduduk setempat dengan motif yang sama. Mereka percaya tato itu akan memberikan perlindungan dan keberuntungan, walau sakitnya minta ampun. Wah, ada-ada saja, lewat tato, suku Mentawai dan Dayak dikenal seantero dunia.
Berdasarkan informasi dari padangkita.com. Kepala bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mentawai, Laurensius Saruruk menjelaskan Tato Mentawai dan Sikerei ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda nasional pada 2016 dan 2019 oleh Dirjen Kebudayaan.
Laurensius mengatakan pemkab Mentawai sedang mengupayakan agar tato dan Sikerei bisa menjadi warisan budaya tak benda tingkat dunia di UNESCO.
Sedangkan untuk tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai akan mengajukan beberapa warisan budaya lainnya.
Sumber:
Padangkita.com dan video dari Kompas TV