Asbabun Nuzul
Alwahidi menyebutkan dari Ats Tha’labi dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun kepada orang Yahudi Madinah yang mengajak anak, saudara dan kerabatnya yang masuk Islam agar berpegang teguh dan mengikuti ajaran Muhammad karena dia itu benar, meski demikian mereka tidak melaksanakan ajakan tersebut untuk diri mereka sendiri. (Asbabun Nazul oleh Alwahidi hal 13)
As-Suudi juga menyebutkan bahwa orang Bani Israil itu mengajak manusia untuk mentaati Allah, bertaqwa dan mengerjakan kebaikan, tapi mereka menyelisihinya sehingga Allah menghukum mereka. (Tafsir Ibnu Katsir 1: 85)
Allah mengecam perbuatan mereka itu karena orang yang memerintahkan kepada suatu kebaikan, seharusnya dia adalah orang yang paling getol dalam mengerjakan kebaikan itu dan berada paling depan daripada yang lainnya.
Intisari Tafsir
Allah swt memerintahkan kepada Bani Israil agar mengingat-ingat nikmat-Nya dengan mengaplikasikannya melalui perbuatan taat pada Allah, Rasul dan Al-Quran yang dibawanya; menepati janji yang telah mereka ucapkan kepada Allah sehingga Allah-pun akan merealisasikan janji-Nya, takut kepada Allah dan tidak takut kepada selain-Nya, serta beriman kepada Al-Quran bukan malah menjadi orang yang pertama mengingkari atau kafir terhadapnya.
Disamping itu, Allah swt juga melarang mereka untuk mencampur adukkan antara yang benar dan yang batil seperti dalam hal menjelaskan perihal keimanan terhadap kenabian Muhammad saw. Selanjutnya Allah swt memerintahkan mereka agar takut kepada-Nya dalam masalah tersebut dan mengancam mereka; bahwa jika mereka menyembunyikan kebenaran, maka Allah swt akan menimpakan azab-Nya.
Allah swt juga memerintahkan mereka untuk bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menegakkan shalat karena shalat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar, mendekatkan diri pada ridha Allah yang berat dikerjakan kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang rendah diri, berpegang teguh pada ketaatan, dan merasa hina karena takut kepada-Nya.
Kita telah diberi nikmat yang begitu banyak oleh Allah swt, selayaknya kita mensyukuri nikmat-nikmat tersebut lewat hati, lisan dan anggota badan kita. Abu Bakar Al Jazairi berkata: “Mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dapat diimplementasikan melalui pengakuan terhadap nikmat, memuji Allah Ta’ala atas hal itu serta menggunakan kepada hal-hal yang diridlai-Nya”. (Tafsir Ibnu Katsir dan Aysar at-Tafaasiir li Kalaam ‘al-Aliy al-Kabiir oleh Abu Bakar Al Jazairi)
Hadits
Dari Jabir bin Abdullah r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang diberi suatu pemberian kemudian ia mempunyai sesuatu hendaklah ia balas memberinya, jika tidak mempunyai sesuatu hendakah ia memujinya. Siapa yang memujinya (si pemberi) berarti ia telah bersyukur, dan siapa yang menutupinya maka ia telah mengkufurinya (nikmat).” (HR Abu Dawud no 4179)
Panduan Amal
Di antara sifat orang yang beriman adalah bersyukur ketika mendapat berbagai kenikmatan, dengan mengucapkan lafadz “Alhamdulillaah” dan ucapan yang sejenisnya. Arti bersyukur adalah memuji Dzat yang telah memberikan berbagai kenikmatan dan kebaikan. Tapi tidak cukup hanya memuji dengan lisan saja, karena syukur itu mempunyai tiga rukun yaitu: pertama: mengakui nikmat tersebut dengan batin (di dalam hati); kedua: membicarakannya secara zhahir; dan ketiga: meminta bantuan dengan nikmat tersebut didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Maka kesimpulannya, syukur nikmat itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan. Adapun hati bertugas mengakui nikmat tersebut semata-mata dari Allah walaupun sebab dan perantara dari yang lain dan mencintai Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut. Lisan bertugas menyanjung dan memuji Dzat yang telah memberikan nikmat dan tugas anggota badan adalah menggunakan nikmat tersebut untuk ketaatan kepada Allah dan menahan jangan sampai digunakan untuk kemaksiatan.
Berkata Al-Hasan: “Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat ini, karena sesungguhnya menyebutnya merupakan rasa syukur, dan sungguh Allah telah memerintahkan Nabi-Nya agar menceritakan nikmat Rabbnya. Allah berfirman: “Dan terhadap ni’mat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. Adh-Dhuhaa:11)
Dan berkata Syuraih: “Tidaklah seorang hamba ditimpa dengan suatu musibah kecuali Allah memberikan kepadanya tiga kenikmatan: musibah itu tidak berkaitan dengan agamanya; musibah itu tidak lebih besar daripada apa yang telah ada; dan jika musibah itu mesti terjadi maka sungguh telah terjadi (sebagai ujian baginya).” (Tazkiyatun Nufus oleh Ibnu Rajab Al Hanbali)
Khazanah Pengetahuan
Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada Bani Israil
Allah swt memanggil mereka dengan Bani Israil karena mereka adalah anak cucu dari Israil as atau Nabi Ya’qub dan sekarang dikenal dengan nama bangsa Yahudi. Kata Israil sendiri adalah kata A’jami yang bukan dari bahasa Arab yang maknanya Abdullah (hamba Allah).
Nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan untuk Bani Israil sangat banyak, belum ada satu umat pun yang mendapat nikmat sebesar mereka; di antara nikmat-nikmat tersebut adalah:
-
Allah telah memilih dan mengutamakan mereka dari umat yang lain di zamannya.
-
Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman Firaun yang menimpakan mereka siksaan yang sangat pedih
-
Allah meneggelamkan musuh mereka, Firaun dan bala tentaranya di depan mata mereka
-
Allah menerima taubat setelah mereka menyembah sapi betina
-
Allah memberikan mereka al-kitab dan al-furqan
-
Allah membangkitkan mereka setelah mati agar mereka bisa bersyukur
-
Allah menaungi mereka dengan awan, menurunkan manna dan salwa serta Allah pancarkan untuk mereka dua belas mata air
-
Allah menjadikan dari mereka para nabi, raja dan member mereka apa yang tidak diberikan untuk umat yang lain (At-Tashil litakwil At-Tanzil oleh Abu Abdullah Musthafa: 473)
Doa Ma’tsur
Doa mensyukuri Nikmat
Dari Mu’adz bin Jabal bahwa Rasulullah saw. menggandeng tangannya dan berkata: “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu. Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.” (HR. Mutafaqun Alaih)