Ahmad bin Abu Duad

Ahmad bin Abu DuadAhmad bin Abu Duad adalah seorang ulama yang mempunyai kelebihan yang berbeda dengan ulama yang lain, tidak seperti Ahmad bin Hanbal yang terkenal akan ketaqwaaan dan keshalihannya, tidak seperti Abu Hanifah yang terkenal dengan ijtihad dan ilmu ushul fiqihnya, tidak seperti Said bin Musayib yang terkenal dengan kewara’an dan kezuhudannya dan tidak juga seperti Imam Bukhari yang terkenal dengan kekuatan hafalannya yang tak tertandingi. Akan tetapi Ahmad bin ABu Duad memilikki satu kelebihan (sebagaimana tokoh-tokoh yang pasti punya kelebihan tersendiri) yaitu ia adalah orang yang cerdas dan peka terhadap keadaan masyarakat, dalam satu sisi ia adalah seorang negarawan dan bersama dengan itu juga ia adalah seorang ulama.

Ia menguasai betul-betul para khalifah di masa Khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah khalifah brilian al-Makmun dan khalifah yang terkenal kuat al-Muktashim. Di hadapan mereka perkataan Ahmad bin Abu Duad di anggap sebagai sebuah undang-undang, dari perkataannya bisa menolong orang yang dhalim, bisa meringankan orang yang akan dihukum dan untuk menegakkan kebenaran. Akan tetapi amat disayangkan bahwa kemampuan yang ia milliki ini digunakan sepenuhnya untuk menolong dan menyebarkan mazhab Muktazilah dan menyiksa para imam Ahlu Sunnah.

Selanjutnya kita simak beberapa contoh dari kecedasan Ahmad bin Abu Duad yang semuanya kami sebutkan hanya sebagai contoh bukan untuk membatasi. Ketika masa Ahmad bin Abu Duad, Daulah terbagi menjadi dua bagian, yaitu negara Arab dan negara Turki dan tentara juga terbagi menjadi dua bagian yaitu tentara Arab dan tentara Turki. Pemimpin Turki ketika masa al-Mu’tashim adalah al-Afshin, ia melakukan penangkapan terhadap seorang pembesar dari negara Arab yang bernama Abu Dalaf dan perlu diketahui juga bahwa selain Abu Dulaf adalah seorang pembesar ia juga seorang pahlawan Arab dan seorang patriot yang disegani dan sampai mendapat pujian dari seorang penyair terkenal al-Akawwak. Al-Afshin menghukumi mati kepada Abu Dulaf, maka Ahmad bin ABu Duad pergi kepadanya dan sebenarnya ia juga sudah sering untuk mengunjunginya, ketika masuk ia melihat Abu Dulaf telah dikerangkeng di tengah-tengah, pedang-pedang telah siap berada di atas kepalanya sedangkan al-Afshin terus menghina dan mengutuknya. Ahmad bin ABu Duad berbicara kepadanya dengan hati yang lembut agar ia bersedia untuk memberi maaf kepada Abu Dulaf, tetapi malahan hal itu menambah ia semakin melampaui batas, maka ketika ia melihat bahwa al-Afshin semakin keras dan ia juga tahu bahwa kalau ia pergi maka Abu Dulaf akan dibunuh, ia mendatangi al-Afshin dan berkata kepadanya: “Sampai kapan aku harus meminta aagr engkau membebaskan Abu Dulaf aku terus meminta kepadamu dan engkau tidak mau? Aku adalah utusan dari al-Mu’tashim kepadamu, ia memerintahkan kepadamu agar engkau tidak menyakiti atau membunuhnya, karena ia akan memerangimu.” Lalu ia berkata kepada orang-orang yang datang: “Saksikanlah bahwa aku telah menyampaikan surat dari Amirul Mukminin dan al-Qasim (maksudnya Abu Dulaf) bisa hidup dan dimaafkan lalu ia pergi. Lalu ia bergegas untuk pergi kepada al-Muktashim dan mengatakan: “Aku telah menyampaikan satu surat yang engkautidak menyuruhku untuk menyampaikannya dan juga aku telah menyampaikan suatu khabar yang tidak engkau perintahkan.” Maka al-Mu’tashim menjawab: “Ya.. saya sudah tahu dan Abu Dulaf telah lepas dari cengkeraman al-Afshin.”

Baca juga:   Bagaimana Menyambut Bulan Ramadhan?

Pernah suatu waktu khalifah al-Mu’tashim marah kepada seorang lelaki dari Ahlu Jazirah dan ketika al-Mu’tashim mau menghukumnya Ahmad bin ABu Duad mulai angkat bicara, laluia merasa ingin sekali kencing dan sampai tidak bisa ditahan, ia takut jika ia keluar dari rungan tersebut untuk kencing dan belum mengatakan sesuatu lelaki tersebut akan dibunuh dan ketika ia tidak bisa menahan lagi ia mengumpulkan kain-kain yang bajyak sekali di sekitarnya, ia kumpulkan lalu kencing di atasnya dan lelaki tersebut bebas dari hukuman, ketika al-Mu’tashim berdiri ia berkata: “Kenapa pakaianmu basah.” Ia diam saja tapi ia terus betanya kepadanya, maka ia memberitahu apa yang terjadi dan Khalifah al-Mu’yashim tertawa karena kelakuannya tersebut.

Pernah suatu ketika khalifah al-Mu’tashim mengadakan suatu perkumpulan dengan para utusan dari rakyatnya di antara mereka ada ahlu tsughur (orang yang melakukan penjagaan di perbatasan negara islam) pendudik al-Haraman dan penduduk Masyriq, di antara mereka ada yang meminta dana uang sebesar satu juta dirham untuk menguruk sungai yang berada di tepi kota Khurasan dan mengalirkan airnya ke negara Atsha, maka Khalifah al-Mu’tashim bertannya: “Lalu apa yang aku dapatkan dari sungai ini?” maka Ahmad bin ABu Duad menjawab: “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya rakyatmu yag berada jauh disana medoakanmu kepada Allah sebagaimana keluarga dan orang-orang disekitarmu juga mendoakanmu.”

Dan ketika khalifah al-Mu’tashimmengalami sakit keras terjadi sebuah kisah yang amat mengagumkan, ketika Ahmad bin ABu Duad mengunjunginya dan khalifah sendiri sudah berada diujung kematian, ia berkata kepada sang khalifah ini “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya dipenjara terdapat beribu-ribu orang yang baik, mereka dan semua kelarga mereka mendoakanmu dan doa orang yang didhalimi hanyaakan menambah siksa bagi orang yang terkena musibah, jika engkau memberi izin niscaya mereka akan dilepaskan dan mereka akan memberikan doa kebaikan kepadamu, maka ia memerintahkan agar mereka yang berada dipenjara dibebaskan. Lalu ia berkata lagi: “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya mereka yang berada di dalam penjara akan kembali kepada keluarga mereka dengan tangan yang kosong, mereka tidak punyaapa-apa, seandainya saja engkau memerintahkan supaya harta mereka dikembalikan dan orang yang tiadk punya diberi sebagian harta.” Maka ia memerintahkan hal itu.

Baca juga:   Adab Pelajar Ilmu Hadits

Dan masih banyak kisah-kisah tentang Ahmad bin Abu Duad yang menggambarkan kecerdasanya dan manzilah yang ia dapatini tidak lain adalah karena kecerdasan dan ilmu yang ia miliki. Pernah dalam suatu majlis Khalifah al-Makmun duduk bersama qadhi Yahya bin Aktsam, lalu suatu saat ia menyuruh supaya ia mengajak seseorang bersamanya, maka qadhi Yahya bin Aktsam mengajak Ahmad bin ABu Duad untuk iktu majlis tersebut, lantas khalifah melihat ilmu, penjelasan dan akal yang dimiliki Ahmad bin Abu Duad, dan sang khalifah terus mendekat dengan qadhi ini dan mengangkatnya sebagai kementrain keadilan sebagai pengganti Yahya dan ia juga mewasiatkan hal itu kepada saudaranya al-Mu’tashim.

Berkenaan profil dari Ahmad Abu Daud, ia adalah seorang ulama pembesar dari sekte Mu’tazilah tetapi ada sebagian periwayat yabg mengatakan bahwa penisbatanya sebagai Mu’tazilah adalah penyandaran yang salah dan kebohongan. Selain sebagai ulama ia juga seorang ahli sejarah, hal ini terbukti ketika suatu waktu Khalifah al-Makmun bertanya kepadanya tentang siapa saja yangmasuk Islam dari kalangan Anshar ketika malam Aqabah, maka ia menyebutkan semua namanya beserta nasab mereka.

Selain itu ia juga seorang penyair tetapi sedikit syairnya, dan Da’bal dalam salah satu kitabnya telah memasukkan Ahmad bin Abu Daud ke dalam deretan para penyair dan ia juga meriwayatkan syair darinya. Bukti dari kecerdasan dan ketinggian posisinya di kalangan para Khalifah bahwa mereka tidak berbicara pertama kali, tetapi Ahmad bin Abu Duad-lah yang membuka pembicaraan dengan masyarakat dan para khalifah tersebut memiliki adab yang baik ketika dihadapan para ulama dan berbicara dengan bahasa yang lembut. Al-Makmun pernah ditanya: “Bagaimana jika ada seorang ulama yang duduk bersama khalifah?” ia menjawab: “Jika seorang Alim duduk bersama khalifah maka ia seperti Amirul Mukminin.” Inilah contoh dari adab para khalifah kepada Ahmad bin Abu Duad, di antara perkataan mereka yang lain: “Ada tiga orang yang engkau harus muliakan dan engkau ketahui kadar mereka: ulama, pemimpin yang adil dan para saudara. Maka barang siapa yang meremehkan ulama ia akan kehilangan dunianya, barang siapa yang meremehkan para pemimpin ia akan kehilangan dunainya dan siapa yang meremehkan saudara ia akan kehilangan kehormatannya.”

Baca juga:   Perjuangan Da'i Pedalaman Mentawai

Ia sangat dekat dengan para penyair, di antara mereka adalah penyair terkenal pada masa Abbasiyah yaitu Abu Tamam dan penulis syair terkenal al-Jahiz. Dan ada lagi orang yang memusuhinya, mereka adalah orang yang ternama, satunya memusuhinya dalam masalah agama yaitu Imam Ahlu Sunnah Ahmad bin Hanbal yang terkenal di dalam sejarah tentang fitnah Khalqul Quran dan musuh yang kedua adalah dalam masalah dunia yaitu seorang mentri sekaligus penyair Ibnu Ziyat. Antara dia dan Ibnu Ziyat terjadi perselisihan yang jelas nampak, dan di antara keduanya yang lebih mulia adalah Ibnu Ziyat, ketika Ibnu Ziyat masuk ke dalam majlis maka orang yang di dalam ruangan harus berdiri dan Ibnu Abi Daud jika melihat Ibnu Ziyat masuk ia berdiri untuk sholat tetapi dalam akalnya ia masih ada fikiran jelek kepada Ibnu Ziyat hingga ia hilang dari jalan.

Referensi: Rijal Min at-Tarikh: Ali ath-Thanthawi, Cetakan VIII 1990, Dar al-Manarah, Jeddah

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

3 Comments

  1. Setelah kerajaan dipegang oleh Al-Muktasim ulama Ahmad bin Daud masih tetap menjadi qadi kerajaan. Pada suatu hari Qadi kerajaan ini cuba mengadili Imam Hanbali dengan melakukan perdebatan akhirnya Ahmad bin Daud kalah kerana tidak dapat mengemukakan alasan yang lebih kuat. Walaupun demikian Imam Hanbali tetap dimasukkan kembali ke dalam penjara.

  2. Sebagai tambahan saya ingin menyampaikan penjelasan Imam Az-Zahabi dalam kitab Siyar Alam Nubala, Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad dan Imam Suyuthi dalam Tarikh Khulafa’ dalam bioggrafi Al-Makmun menuturkan bahwa Ahmad bin Abu Duad adalah orang yangg mengajak khalifah pada pendapat Al-Quran itu makhluk, ia musuh Imam Ahmad dan yang memprovokasi khalifah untuk membunuh Imam Ahamd dan mencapnya sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *