Akhlak Mulia Melalui Pendekatan Afektif

Kesimpulan penelitian ini adalah implementasi pendidikan afektif melalui pendekatan humanis dapat membentuk akhlak mulia peserta didik pada tingkat dasar. Kesimpulan ini memperkuat penelitian Mc. Phail tentang Concideration model of Value Education yang berkesimpulan bahwa esensi pendidikan afektif/moral model konsiderasi adalah pertimbangan, perawatan dan saling menghormati yang difokuskan pada beberapa nilai prioritas yang menekankan harmonisasi kelompok dalam dan luar sekolah.

Pembentukan akhlak mulia melalui penerapan pendidikan afektif yang direpresentasikan pada sikap perhatian, sikap kasih sayang, dan sikap lemah lembut terdapat bukti yang meyakinkan dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kesadaran ibadah, prestasi akademik, dan perilaku terpuji peserta didik pada pendidikan tingkat dasar.

Sikap perhatian menciptakan suasana belajar terarah, terkontrol dan terukur. Aktivitas jiwa guru tertuju pada kondisi peserta didik untuk dimengerti, dipahami, dievaluasi dan diperbaiki serta dioptimalkan potensinya, dan ditunjang sikap kasih sayang yang menciptakan suasana belajar penuh kehangatan dan keharmonisan dalam berkomunikasi antar guru dan peserta didik. Aktivitas jiwa guru yang menghormati, menyenangi, mengakui dan menjunjung tinggi eksistensi peserta didik tercermin dalam sikapnya yang penyantun dan penyayang layaknya orang tua terhadap anaknya dan dilengkapi sikap lemah lembut dalam menciptakan suasana belajar nyaman (learning is fun), senang, gairah, dan segar. Aktivitas jiwa guru yang humanis, demokratis dan berintegritas tercermin dalamsikapnyayang lembut, menarik, hangat, empati, bersahaja, menghindari sikap egois, arogan, dan otoriter.

—–

PDF lengkap di ResearchGate

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

2 Comments

  1. Jika kemampuan dasar berpikir yang dimaksud adalah kemampuan intelektual dan memecahkan masalah/ kognitif, maka berpengaruh sebagaimana dalam Teori Bloom dan hendaknya tiap potensi anak baik kognitif, afektif dan konatif dikembangkan secara bersamaan bukan parsial.

    Berdasarkan pada analisa yang saya dapatkan dalam disertasi di atas, guru memaknai kejujuran anak masih dalam taraf luaran saja semisal tidak menyontek, mengerjakan tugas dengan baik dan bisa dipercaya oleh guru ketika ada tugas.

    Nampaknya perlu dilakukan penelitian mendalam lagi bagaimana persepsi guru tentang kejujuran peserta didik dan bagaiaman mengembangkannya dalam kultur warga sekolah.

    Terima kasih.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *