Di antara keberuntungan seseorang adalah tertanam kuatnya rasa takut kepada Allah Swt. Dan di antara kerugian manusia dalah kecintaan kepada dunia dan menjadikannya sebagai cita-cita tertinggi, sehingga amal akhirat pun untuk meraih dunia.
Dimanakah kita kelak jika rasa takut itu nyaris tak ada atau bahkan sama sekali tidak ada dalam diri kita? Dengan siapakah kita kelak akan dikumpukan jika sekarang kita merasa berbangga-bangga dengan amal yang sedikit. Dan bahkan merasa terlalu banyak beramal sehingga meminta sebagian pahalanya di dunia, dan menyisakan sebagiannya untuk akhirat. Bukankah ini pertanda tidak adanya keyakinan yang kuat kepada-Nya?
Disunnahkan membaca doa memohon rasa takut kepada Allah karena ada kalanya suatu kondisi iman kita benar-benar down, benar-benar turun, tidak ada lagi rasa risi, rasa malu di dalam bermaksiat begitu pula kita beribadah hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Maka kita diperintahkan memperbanyak doa ini unutk menjadi pemisah antara dia dan maksiat. Ketika rasa takut (khasyah) sudah memenuhi jiwa, maka akan timbul rasa semangat (motivasi) beribadah, menghalangi diri dari maksiat dan menumbuhkan rasa takut hanya kepada Allah.
Bagaimana membangun rasa takut (khasyah) pada anak kecil?
Dalam suatu kajian pendek di channel Youtube, Ustadz Abdul Somad pernah mendapatkan pertanyaan ini dan beliau menceritakan pengalaman masa kecil bersama ibunya, ketika itu UAS membawa sesuatu dari jalan lalu sang ibu meminta agar barang itu dikembalikan ke tempat semula karena akan menjadi bebanmu nanti di akhirat.
Maka cara sederhana menumbuhkan rasa takut bermaksiat adalah mengingatkan anak dengan bahasa kita, akibat dan dosa yang ditanggung nanti di akhirat.
Sejenak, marilah kita tundukkan hati dan merenungi do’a ini.
838 – وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ: (اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تحول به بَيْنَنَا وَبَيْنَ معصيتك، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ اليقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مصائب الدُّنْيَا، اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا) رواه الترمذي وقال حديث حسن
“Ya Allah, berikanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menjadi penghalang di antara kami dan maksiat kepada-Mu, dan (berikanlah kami) ketaatan kepada-Mu yang menyampaikan kami kepada surga-Mu, dan berikanlah kami keyakinan yang memudahkan kami untuk menghadapi musibah dunia.
Ya Allah, berilah kami manfaat pada pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami selagi kami masih hidup, dan jadikanlah itu semua tetap dengan kami dan terpelihara sehingga kami mati.
Berikanlah balasan hukuman kepada orang yang mendhalimi kami dan bantulah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami dan janganlah engkau timpakan musibah pada agama kami dan jangan Kau jadikan dunia sebagai tujuan besar kami serta jangan Engkau jadikan pengetahuan kami hanyalah mengenai dunia semata-mata dan janganlah Engkau biarkan orang yang tidak mengasihi menguasai kami”
HR. At-Thirmidzi, Nasai dan Daruquthni.