Doa Menjaga Kehormatan (Terjaga dari Zina, Asusila dan LGBT)

AHMADBINHANBAL.COM – Fenomena LGBT masih menjadi isu yang ramai dibicarakan baik pada level nasional dan internasional. Kita sebagai orang tua yang baik hendaknya menjaga anak, saudara dan keluarga dari perilaku fahisyah dan khabistah ini.

Artikel ini hendak membahas tentang bahaya Zina, pornografi dan diakhiri dengan doa berdasarkan hadis dan sirah Nabi untuk menghindar dari perbuatan asusila dan LGBT.

Silakan dibagikan dan diajarkan kepada anak, saudara dan orang terdekat kita.

Jangan Dekati Zina

Zina dengan aneka sarananya teleh merajalela di negeri yang dulunya untuk merdeka harus ditebus dengan kucuran darah melawan penjajah Belanda dan lainnya. Namun setelah merdeka, bukannya rakyat semakin bersyukur dengan patuh kepada-Nya. Justru kemaksiatan dan kekejian yakni perzinaan merajalela.

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila zina dan riba tekah tampak nyata di suatu desa maka sungguh mereka telah menghalalkan azab Allah untuk diri mereka.” (HR Hakim)

Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra’: 32). 

Di sini Allah  menjelaskan tentang kejinya praktek zina dan kata “fahisyah” maknanya adalah perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang tinggi dan dapat diakui kekejiannya oleh setiap orang berakal bahkan oleh sebagian banyak binatang.

Sebagaimana disebutkan oleh Bukhari dari Amr bin Maimun, dia berkata: “Aku pernah melihat -pada masa jahiliyah- seekor kera jantan yang berzina dengan seekor kera betina. Lalu datanglah kawanan kera mengerumuni mereka berdua dan melempari keduanya sampai mati.”

Bahaya Zina

  • Pertama, pembunuhan, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dihalalkan darah seorang muslim kecuali dengan tiga hal; Orang yang sudah kawin lalu berzina, jiwa dengan jiwa dan orang yang meninggalkan agamanya serta meninggalkan jama’ah.” (HR Bukhari Muslim) Dalam hadits ini ada penggandengan antara zina dengan kufur dan membunuh Jiwa.
  • Kedua, zina dapat mendatangkan kefakiran, memperpendek umur dan membuat wajah pelakunya suram serta mendatangkan kebencian orang.
  • Ketiga, akan menyebabkan simpang siurnya hubungan nasab, kemudian merusak kehormatan wanita yang terjaga dan menjadikannya hancur.
  • Keempat, menghancurkan hati, membuatnya sakit kalau tidak sampai mematikannya, juga mendatangkan perasaan gundah gelisah dan takut.

Kisah Pemuda yang Minta Izin Berzina

Maka sebagai bentuk Amar Ma’ruf nahi mungkar kita harus aktif mengingatkan umat dari bahaya perilaku Zina, Pelecehan seksual dan LGBT. Amar ma’ruf dan nahi mungkar tersebut harus dilakukan dengan cara yang hikmah, penuh kelembutan, dan kesantunan. Mengajak kepada kebaikan tanpa menyinggung perasaan dan menyakiti. Memberikan penjelasan dengan hati-hati dan arif. Dengan beritu orang yang diajak lebih berpeluang menerima.

Rasulullah Saw sendiri telah memberikan contoh bagaimana melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dengan cara yang baik dan arif.

Dalam sebuah hadis sahih dari Abi Umamah dalam hadits riwayat Ahmad, disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw didatangi seorang pemuda yang meminta izin untuk melakukan perbuatan zina. Para Sahabat yang saat itu berada di sisi Rasulullah Saw menjadi naik pitam. Mereka menjadi sangat marah karena melihat seakan-anak pemuda tersebut melecehkan Islam dan tidak menghargainya.

Pemuda tersebut dengan terang-terangan meminta izin kepada seorang Nabi mulia yang jelas-jelas melarang perbuatan tersebut. Bahkan disebutkan bahwa Umar bin Khatab ra mencabut pedangnya karena sangat marah kepada pemuda tersebut. Namun Rasulullah Saw mencegah Sahabat-Sahabatnya melakukan hal tersebut dan jangan terbawa emosi dan melakukan perbuatan aniaya. Kemudian terjadilah dialog yang panjang antara Rasulullah saw dengan pemuda itu.

Rasulullah saw: Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudari-saudari mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan bapakmu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan ibumu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan ibu mereka.

Kemudian Rasulullah saw memegang dada pemuda itu seraya berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya!” Setelah peristiwa itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif. (Hadis ini diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim)

Demikian Rasulullah Saw memberikan contoh bagaimana beramar ma’ruf nahi mungkar yang benar dan arif. Seorang pemuda yang tadinya bersikukuh meminta izin kepada Rasulullah Saw untuk melakukan perbuatan zina, kemudian berbalik membenci perbuatan tersebut, karena hatinya yang telah dibuka oleh Rasulullah Saw dengan dakwah yang menentramkan.

Akhirnya pemuda tersebut menjadi muslim yang baik dan lurus. Berjuang membela agama Islam sampai akhir hayatnya. Sehingga Allah Swt mengganti setiap keburukan dan kesalahan masa lalunya dengan kebaikan dan pahala yang besar. Allah Swt mengampuni dosanya dan menghapus kesalahan-kesalahannya.

Nilai-Nilai Tarbawiyah

[ ] Rasulullah saw merupakan karakter pendidik yang menguasai semua aspek psikis anak didiknya. Mendengar pertanyaan sang pemuda, beliau tidak memperlihatkan sikap reaktif seperti menghakimi atau memarahi. Beliau bersikap tenang dengan menunjukkan penerimaan (dengan memanggil pemuda tersebut) dan memperkenankan pemuda tadi duduk di dekatnya.

Dalam masalah ini terdapat dua hal pokok yang menarik perhatian pemuda tadi, yaitu Rasulullah saw tidak memarahinya serta memperkenankan dirinya duduk di dekat beliau. Itu merupakan langkah awal yang baik dalam memecahkan masalah pemuda tersebut.

Rasulullah melakukan face to face untuk memudahkan sang pemuda menerima pesan yang ingin disampaikan. Langkah ini juga menunjukkan bagaimana Rasulullah Saw menempatkan sang pemuda layaknya Sahabat; pendekatan ini penting dilakukan pada anak yang sudah mencapai tahap baligh.

[ ] Rasulullah saw menggunakan sistem dialog karena melalui dialog seorang anak didik dapat melontarkan pendapat kepada pendidiknya. Dialog pun mampu membuka nalar serta naluri pendidik dan anak didik sehingga muncullah kesamaan ide. Semua menghasilkan buah positif yang memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak.

Melihat manfaatnya, kita hatus membuka dialog dan bersabar untuk mendengarkan pendapat-pendapat dan sumbangsih pemikiran anak-anak usia remaja. Hal demikian akan mempermudah terciptanya solusi yang bijak.

Baca juga:   Pernyataan Sultan Abdul Hamid (Payitaht Abdul Hamid) tentang Palestina

[ ] Masalah yang belia dialogkan berkisah pada masalah yang sedang dihadapi si pemuda tadi dan tidak keluar dari inti permasalahan atau tidak memecahkan konsentrasi pemuda tadi dengan masalah-masalah parsial. Dari sikap yang diperlihatkan Rasulullah saw ini dapat kita fahami bahwa pada zaman sekarang ini kita harus ikut terjun menghilangkan penyakit esensial yang menimpa anak-anak remaja dan kemudian menciptakan terapi yang mujarab untuk membebaskan mereka dari penyakit tersebut.

Ironisnya, ketika sebagian pemuda terkena wabah penyakit penyalahgunaan obat-obat terlarang, masyarakat malah membawa mereka ke tempat rehabilitasi. Padahal, tempat rehabilitasi tidak lebih dari sarang penyakit yang menambah ruwetnya permasalahan. Si pecandu akan berkomentar “Setelah masuk tempat rehabilitasi, saya diajari cara menggunakan obat terlarang dalam bentuk lain.” Sungguh pemuda ini telah menjadi korban kebodohan masyarakat.

Pada dasarnya, penyakit itu bisa dihindarkan jika kita menerapkan langkah preventif sebelum penyakit tersebut terjangkit, melalui konsentrasi dalam mewujudkan generasi rabbani yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan baik dalam tataran keluarga maupun dalam tataran pemerintahan. Demi Allah! Ini lebih mujarab daripada suntikan-suntikan kimiawi dan sistem-sistem mereka yang jelas-jelas gagal. Sayangnya mereka tidak mau mengerti.

[ ] Rasulullah saw tidak langsung menasehati bahwa berzina itu haram, dan sebagainya akan tetapi beliau terlebih dahulu melakukan diskusi dengan sistem tanya jawab yang merangsang penalaran dan self-reflective. Langkah ini bermanfaat untuk mengaktifkan korteks pre-frontal yang dapat membantu pemuda mengambil keputusan secara tepat. Rasulullah juga tidak menggunakan kata yang panjang dan berbelit, tetapi memancing penalaran secara induktif dan membiarkan pemuda menyimpulkan keputusan yang tepat.

Cara seperti ini merupakan solusi pendidikan yang paling cemerlang karena jawaban akan langsung keluar dari murid itu sendiri. Ketika Rasulullah saw bertanya Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu? Jawaban pemuda merupakan dalil pelarangan zina untuk dirinya sendiri. Selain itu jawaban “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.” Merupakan pengakuan atas kesalahan yang paling gambling. Secara rinci manfaat yang bisa kita ambil adalah:

  • Terjadinya interaksi esensial antara seorang anak didik dengan pendidiknya.
  • Pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.
  • Jawaban yang menggunakan kalimat negative merupakan metode pendidikan yang ilmiah dan realistis serta menjadi hujjah atas pelanggaran terhadap perbuatan tertentu, baik secara kemasyarakatan maupun kemanusiaan

[ ] Jumlah pertanyaan Rasulullah saw yang lumayan banyak dapat menjadi dalil keyakinan yang menunjukkan keingkaran pemuda itu terhadap perbuatan zina. Mari perhatikan dialog berikut.

Rasulullah saw: Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan. (dalil pertama)

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan. (dalil kedua)

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudari-saudari mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan bapakmu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan. (dalil ketiga)

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan ibumu?

Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan. (dalil keempat)

Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan ibu mereka.

Banyaknya dalil merupakan salah satu kiat pendidikan yang memperkuat hujjah dan alas an.

[ ] Di antara kiat penyembuhan yang digunakan Rasulullah saw adalah meletakkan tangannya yang mulia di dada orang yang mendapat problem. Ketika beliau meletakkan tangannya di dada pemuda tadi, dia pasti akan merasakan ketentraman serta ketenangan jiwa. Sebab, ketika itu beliau mendoakan si pemuda dengan inti doa yang mencakup pengampunan dosa, penyucian hati dan pemeliharaan kemaluan.

Pengampunan dosa dapat mengosongkan jiwa dari segala dosa dan membuka pintu baru untuk terciptanya aktivitas keimanan. Penyucian hati merupakan usaha untuk membersihkan hati dari noda-noda dosa sehingga hati menjadi bersih tanpa ada noda yang mengotorinya. Kemudian, pemeliharaan kemalun berarti menjaga kemaluan dari tindakan yang dimurkai Allah swt seperti benteng kokoh yang tinggi, jauh dari kerendahan diri.

Dengan demikian, doa Rasulullah saw bisa dikatakan sebagai doa yang sempurna dalam memecahkan permasalahan. Bercermin dari itu, tampaknya para pendidikan wajib menjadikan dosa sebagai salah satu sarana penyembuh penyakit hati anak didiknya. Rasulullah saw telah bersabda, “Ibadah yang paling utama adalah do’a” (shahih Jami’ ash-shaghir no 1108).

Doa juga dapat menghubungkan hati pendidik dan anak didik kepada sang Khaliq sesuai dengan firman-Nya: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan doamu” (QS. Ghafir: 6)

Doa Menjaga Kehormatan 1

Maka amalkan doa berikut agar anak dilindungi dari perbuatan zina atau kejahatan seksual:

Doa untuk orang lain

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ

Allahummaghfir dzanbahu (ha), Wathohhir qalbahu (ha), Wahashshin farjahu (ha)

(*”hu” untuk laki-laki “Ha” untuk perempuan)

“Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Doa untuk diri sendiri

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبِيْ وَطَهِّرْ قَلْبِيْ وَحَصِّنْ فَرْجِيْ

Allahummaghfir dzanbii, Wathohhir qalbii, Wahashshin farjii

“Ya Allah ampunilah dosaku, sucikanlah hatiku, dan jagalah kemaluanku.”

doa perlindungan dari zina dan kejahatan seksual - ahmadbinhanbal.com

Ini adalah doa yang diucapkan Nabi saw setelah berdialog dengan seorang pemuda yang minta ijin kepada Nabi agar diperbolehkan berzina. Setelah dialog yg mencerahkan, Nabi menempelkan telapak tangannya ke dada sang pemuda, dan berdoa seperti di atas. Semenjak itu sang pemuda tumbuh menjadi sosok yg soleh dan membenci perzinaan.

Rasulullah Saw mendoakan pemuda tersebut dengan tiga hal:

  1. Agar Allah mengampuni dosa
  2. Mensucikan hati, dan
  3. Menjaga kemaluan

Doa ini dapat memberikan kita sebagai orang tua dan guru, beberapa pemahaman:

  • Orang tua hendaknya selalu mendoakan agar anak terjauh dari perbuatan menyimpang.
  • Untuk berhenti dari perilaku menyimpang, anak perlu menyadari bahwa perbuatan yang dia lakukan adalah tercela (dosa) dan dia perlu bertaubat, kemudian mensucikan diri dari dorongan syahwat dan berusaha untuk menghindarinya.
  • Rasulullah mengucapkan doa di atas sampai terdengar kepada pemuda, hal ini mengindikasikan pentingnya role model bagi pemuda, umumnya pemuda memiliki orang yang dia hormati dan teladani untuk meminta saran, orang tua jangan membiarkan kesempatan ini hilang untuk menyampaikan ekspektasi tersebut kepada anak.

[ ] Setelah peristiwa itu, tidak lagi tersirat dalam benak pemuda tadi untuk berzina. Tidak diragukan lagi, dia akan mendayagunakan pikiran dan potensinya untuk hal yang membuahkan hasil dan memberikan manfaat bagi diri dan masyarakatnya, seperti menyibukkan diri dalam belajar, jihad, atau aktivitas lain yang membantu perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Potensi tersebut merupakan modal besar yang dapat diharapkan hasilnya.

Baca juga:   Lailatulkadar Menurut Muhammad Syahrur

Beberapa syawahid dan keterangan dari para ahli ilmu tentang pentingnya doa ini untuk anak-anak kita, para pemuda dan pemudi agar terhindari dari dosa dan maksiat terkait dengan Zina dan sebagainya.

Syaikh Muhammad Al-Anshori menceritakan kisah temannya yang ingin terbebas dari dosa khalwat dan maksiat lainnya, suatu hari dia datang kembali dan memberitahukan bahwa dia sudah terhindari dari dosa-dosa khalwat dengan membaca sesering mungkin doa Nabi di atas.

Syaikh Hani bin Salim bin Suhail Al-Bus’idi juga meminta kita para orang tua untuk mengajarkan doa Nabi ini kepada anak-anak agar membantu mereka menjauhi dan meninggalkan perbuatan Zina.

Semua mengetahui bahwa zina itu berbahaya dan termasuk dosa besar. Namun orang yang merasa aman pun dari zina sebenarnya bisa terjerumus dalam zina. Hanya dengan doa lalu pertolongan Allah yang datang, itulah yang dapat menyelamatkan kita dari zina.

Doa Menjaga Kehormatan 2

Doa lain yang bisa dipraktikkan untuk melindungi diri agar tidak terjerumus dari perbuatan Zina dan lainnya adalah:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِن شَرِّ سَمْعِيْ وَمِنْ شَرِّ بَصَرِيْ وَمِنْ شَرِّ لِسَانِيْ وَمِنْ شَرِّ قَلْبِيْ وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّيْ

Allahumma innii auzubika min syarri sam’ii wa min syarri basharii wa min syarri lisaanii wa min syarri qalbii wa min syarri maniyyii

“Ya Alllah aku berlindung kepadaMu dari kejelekan pada pendengaranku, dari kejelekan pada penglihatanku, dari kejelekan pada lisanku, dari kejelekan pada hatiku serta dari kejelekan pada mani atau kemaluanku”. (An Nasai, Abu Dawud dan AtTirmidz)

doa agar tidak terjerumus zina

Syakal bin Humaid pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas ia meminta pada beliau sesuatu yang berharga untuk dunia dan akhiratnya. Dia tidak meminta kepada Nabi perihal dunia, harta, dan jabatan. Dia meminta diajarkan doa.

Atas ketulusannya, Nabi ingin mengajarkan sahabat mulia ini sebuah doa yang dapat bermanfaat untuk agama dan dunianya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa dengan beliau memegang tangannya lalu beliau ajarkan, ucapkanlah,

“Allahumma inni a’udzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri basharii, wa min syarri lisanii, wa min syarri qalbii, wa min syarri maniyyi.”

Allahumma inni : Berdoa kepada Allah Swt menggunakan ismun jami’ yaitu nama Allah yang agung.

a’udzu bika min syarri sam’ii : aku berlindung kepadaMu dari kejelekan pada pendengaranku, yaitu apa saja yang datang kepada pendengaran manusia dari berbagai kejelekan seperti sumpah palsu, perkataan kufur, bohong dan lainnya.

wa min syarri basharii : dari kejelekan pada penglihatanku, yaitu menggunakan penglihatan untuk melihat hal hal yang haram seperti film porno dan mesum, pandangan pandangan jelek dan penuh maksiat.

wa min syarri lisanii: dari kejelekan pada lisanku, yaitu perkataan bohong, menghina, laknat atau perkataan yang tidak memberikan manfaat kepada manusia.

wa min syarri qalbii: dari kejelekan pada hatiku, yaitu ketika hati tidak penuh dengan mengingati Allah Swt, atau hati berpaling kepada selain Allah Swt berupa ibadah hati seperti pengharapan dan rasa takut.

wa min syarri maniyyi: serta dari kejelekan pada mani atau kemaluanku, yaitu terjerumus dari hal hal yang diharamkan Allah swt atau terjerumus pada hal hal yang menejurmus zina seperti melihat, meraba, berjalan ke arah zina bahkan ada keinginan berzina.

Maka doa ini sungguh agung, Nabi mengajarkan kita sebuah doa yang melindungi tubuh sebagai nikmat Allah agar terjaga dari keburukan dan kejahatan.

Doa Menjaga Kehormatan 3

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يقول  : اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Artinya:

“Bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa  berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu Al-Hudaa (petunjuk), At-Tuqaa (ketakwaan), Al-‘Afaaf (terjaganya kehormatan), dan Al-Ghinaa (rasa cukup).” (HR. Muslim no. 2721).

(Al-‘Afaf) artinya adalah menahan diri dari hal yang tidak pantas, baik berupa perkataan, maupun perbuatan. 

Dalam hadis di atas, lafazh (al-‘Afaf) disebutkan setelah (at-Tuqa) adalah penyebutan dari suatu yang umum, yaitu ketakwaan (at-Tuqa) kepada suatu yang khusus, yaitu penjagan diri (al-‘Afaf). Karena makna takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan, sedangkan makna al-‘Afaf adalah menjaga diri dari apa yang larang oleh Allah. 

Bentuk-bentuk al-‘Afaf

Al-‘Afaf atau al-‘Iffah mempunyai beberapa bentuk, diantaranya adalah sebagai berikut;

(1). ‘Iffatu al-Jawarih, yaitu menjaga anggota badannya, seperti tangan, kaki, mata, telinga dan kemaluannya dari perbuatan haram

(2). Al-‘Iffah fi Kasbi al-Mal, yaitu menjaga diri dari meminta-minta kepada manusia dan menghindari dari pekerjaan yang haram. 

(3). Al-‘Iffah ‘An Wuqu’ fi al-Fahisyah, yaitu menjaga diri dari terjerumus dalam perzinaan dan tidak mendekatinya serta tidak melihat hal-hal yang menyebabkan hawa nafsunya bergelora. 

Doa Menjaga Kehormatan 4

Doa ini terinspirasi dari Kisah Nabi Yusuf Dan Zulaikha. Berikut petikan kisahnya sebagaimana disebutkan dalam surah Yusuf.

Sejak kali pertama, saudara-saudara kandung Yusuf as telah menaruh iri dan dengki kepada dirinya karena di mata Ya’qub, Yusuf lebih diistimewakan daripada mereka. Mereka berusaha mencelakakan Yusuf as, dengan menceburkannya ke dalam sumur tua, di tengah padang pasir yang jauh dari perkampungan penduduk.

Kemudian Allah swt mengeluarkan Yusuf as, dari dasar sumur itu melalui tangan para kafilah yang sedang menimba air pada sumur itu. Yusuf as lalu dibawa kafilah tersebut, dan dijual dengan harga yang sangat murah. Atas kuasa dari taqdir Allah swt, Yusuf as dibeli perdana menteri Mesir, orang kedua yang paling berpengaruh  di negeri itu setelah raja.

Nabi Yusuf diasuh dengan penuh kasih sayang oleh wanita tersebut, hingga tumbuh dewasa, dalam keluarga kerajaan itu. Ia begitu disayang oleh perdana mentri, hingga ia mendapat tempat tersendiri di mata keluarga kerajaan. Ia pun menjadi orang yang disegani di kalangan keluarga kerajaan, setelah perdana mentri Mesir dan istrinya.

Baca juga:   Biografi Imam Ahmad bin Hanbal dan Fitnah Khalqul Quran pada Masa Al-Makmun dan Al-Mu’tashim

Allah swt memberi karunia kepada Yusuf as berupa ketampanan, kegagahan sampai ada yang mengatakan, “Ketampanan Yusuf as, merupakan ikon ketampanan pria sepanjang masa”. Tetapi ketampanan dan kegagahan itulah yang menjadi embrio ujian dan cobaan dirinya. Dalam nikmat ketampanan dan kegagahan yang dimiliki Yusuf as itulah, prahara hidupnya bermula.

Sejalan dengan pertumbuhan Yusuf as menjadi pemuda dewasa, ketampanan dan kegagahannya membuat hati Zulaikha istri perdana mentri Mesir itu terkagum-kagum. Tumbuhlah benih-benih cinta dalam dirinya, yang kian subur karena seringnya mereka bertemu. Karena luapan cinta yang membara itu tak tertahankan, mulailah Zulaikha mengatur strategi agar bias meluapkan cintanya kepada Yusuf as. Dengan modal kecantikan dan kedudukan yang dimiliki, Zulaikha mencoba menarik perhatian dan cinta Yusuf as. Tetapi Yusuf as tetap bergeming.

Hari-hari yang berlalu menghadirkan pesona kecantikan Zulaikha di hadapan Yusuf suatu pesona yang mengandung fitnah. Zulaikha memang memiliki segalanya; kecantikan, nasab yang mulia dan kedudukan terhormat di masyarakat. Tetapi kecantikan iman di dada Yusuf as membuatnya bergeming dari semua itu. Justru sikap dingin yang ditunjukkan Yusuf semakin menggelorakan cinta Zulaikha.

Begitulah hari-hari berlalu di antara mereka, yang membuat Zulaikha semakin tenggelam dalam derasnya pusaran asmara. Hingga hilanglah kesabarannya. Ia nekat menanggalkan norma-norma susila, demi memburu cintanya. Dipanggillah Yusuf as dengan panggilan menggoda yang menyiratkan makna khusus dalam bercinta.

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”. (QS Yusuf: 23)

Keengganan Yusuf as itu sungguh merupakan hunjaman yang tak terperikan bagi Zulaikha dan sangat melukai hasrat kewanitaannya. Bagaimana tidak, ia adalah istri seorang perdana mentri Mesir, istri orang kedua yang paling berkuasa di negeri itu setelah raja. Zulaikha, yang sedang terpuruk dari kedudukannya yang mulia ke dalam kubangan syahwat dan godaan syetan, yang sedang menghambakan dirinya pada nafsu. Ia menggoda Yusuf as dengan ajakan dan rayuan yang menggetarkan hati.

Tetapi Yusuf as begitu tegar. Meski dalam usia muda yang penuh dengan hasrat dan kecondongan terhadap nafsu; meski kesempatan untuk menikmati keindahan tubuh, kecantikan wajah dari seorang wanita yang memiliki kedudukan tinggi yang melambungkan angan, telah terbuka lebar, Yusuf as dengan tegas menolak ajakan Zulakha.

Ia berpaling menghindari kemaksiatan dengan berlindung kepada Rabbnya,

“Aku berlindung kepada Allah”

Yusuf as sadar betul bahwa tuannya (perdana mentri Mesir, suami Zulaikha), telah menanamkan budi kebaikan kepada dirinya yang tiada tara; mengasuhnya sedari kecil, memberikan sandang pangan; memberikan kepercayaan penuh dengan dirinya. Adakah segenap kebaikan yang mereka torehkan itu harus dibalas dengan tindak kebejatan moral?

Itulah kesadaran yang membuat Yusuf as tahu diri. Kesadaran yang andai saja tidak miliki landasan religious hingga membuatnya konsisten dalam kebaikan dan terpelihara dari kejahatan sudah cukup mampu mencegahnya melakukan perbuatan yang menodai kehormatan tuannya.

Meski demikian, penolakan Yusuf as tersebut, bagi Zulaikha, adalah sebuah penodaan atas nilai-nilai kewanitaannya, dan merupakan hunjaman yang tak terperikan pada dadanya. Perasaan tersebut memicu geliat nafsu keangkuhan, kesombongan serta arogansinya. Maka, tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali berusaha mencumbu dan merangkul Yusuf as, dengan segala rayuan mautnya. Namun Yusuf as, juga tidak kalah gesit untuk berusaha mengelaknya.

Yusuf as berusaha melepaskan diri dari cengkraman Zulaikha dengan bergegas lari menuju pintu. Namun rangkulan yang kuat terlebih nafsu yang tak tertahankan membuat Zulaikha menjadi liar. Yang ada dibenak Yusuf as kala itu adalah berlari dan berlari menghindari sergapan Zulaikha.

Tetapi Zulaikha tak kalah gesit. Dengan kuat ia mencengkeram baju Yusuf as, dan berusaha mencegahnya lari, agar ia tetap bisa melampiaskan bara nafsu dalam hatinya. Cengkraman itu bergitu kuat, sehingga membuat baju Yusuf as robek.

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.

dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan Kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?”(QS Yusuf: 23-25)

Yusuf kemudian dipenjara dan mengatakan:

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

“Rabbis sijnu ahabbu ilayya mimma yadh’unani ilaihi. Wa illa tashrif anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun minal jahilin.”

Artinya :

“Ya Tuhanku, penjara lebih aku senangi daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”

Rabbis sijnu ahabbu ilaiya mimma yad’oo nanii, “Penjara lebih aku sukai daripada apa yang mereka ajak kepadaku”. Beberapa orang salah menafsirkan bahwa Yusuf menyukai atau melihat manfaat dari pilihan yang lain, namun ini bukanlah penafsiran yang benar. Sebaliknya, di antara dua pilihan tersebut, Yusuf as memilih penjara.

Dia kemudian melanjutkan, ilaihi wa illaa tasrif ‘anni kaidahunna asbu ilaihinna, “Dan jika Engkau tidak menghindarkan dari padaku rencana mereka, niscaya aku akan condong kepada mereka,” dia memohon pertolongan kepada Allah, jika Allah tidak memberinya kekuatan dan kemauan yang dibutuhkan pada saat-saat itu, dia akan menjadi korban dari apa yang mereka minta, dan Wa akun minal jahiliin, “jadilah kamu termasuk orang-orang yang jahil”.

Yusuf (as) dibenarkan tetapi Zulaikha meyakinkan suaminya bahwa untuk menyelamatkan kehormatannya, ia harus memenjarakan Yusuf (as). Aziz tahu bahwa Yusuf (as) adalah seorang pekerja yang terhormat, pelayan yang setia, dan tidak bersalah, tetapi ia merasa terdorong untuk menjauhkan Yusuf (as) dari pandangan Zulaikha dan mengirimnya ke penjara.



Referensi

Min Asalibir Rasul Fit Tarbiyah oleh Najib Khalid Al-‘Amr, terjemah: Tarbiyah Rasulullah, Gema Insani Press hal. 117-123

Jangan Dekati Zina – JUMAL AHMAD

Berhenti dari Ketagihan Pornografi – JUMAL AHMAD

Sila baca juga senarai tulisan lain tentang LGBT dan Homoseksual

  1. Islam dan Homoseksual
  2. Pandangan Al-Quran Tentang Homoseksual
  3. Homoseksual Dan Pendidikan Seks Dalam Islam
  4. Hukuman Pelaku Homoseksual dan Lesbian menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP
  5. Pandangan Siti Musdah Mulia tentang Feminisme dan Homoseksual
  6. Fenomena Transgender, Status Waria dan Hukum Operasi Kelamin
  7. Penyimpangan Sosial Pedofilia: Pencegahan dan Penanganan
  8. Hukum Masturbasi dan Onani dalam Islam dan Cara Menghindarinya
  9. Mushaharah (Perbesanan) Akibat Liwath (Sodomi)
  10. Doa Menjaga Kehormatan (Terjaga dari Zina, Perbuatan Asusila dan LGBT)

Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *