Haji Syiah di Karbala

Saat ini, sudah banyak orang-orang yang berbondong-bondong melakukan perjalanan ke tempat-tempat suci di seluruh dunia. Salah satu perjalanan suci yang populer dilakukan umat muslim adalah haji ke Tanah Suci Mekah dan Madinah. Namun, tidak hanya itu, umat muslim Syiah juga memiliki tempat suci lain yang sering menjadi tujuan perjalanan mereka, yaitu kota Karbala di Irak. Dalam artikel ini, mari kita jelajahi lebih dalam mengenai haji Syiah di Karbala.

Pendahuluan

Perjalanan haji Syiah ke Karbala merupakan sebuah perjalanan suci yang dilakukan oleh muslim Syiah dari seluruh dunia. Tujuan utamanya untuk mengunjungi makam dua panglima perang Islam, yaitu Imam Husain dan saudaranya, Abbas bin Ali. Namun, tidak hanya itu, perjalanan haji Syiah ke Karbala juga memiliki makna yang lebih dalam bagi umat muslim Syiah.

Kota Karbala terletak di provinsi Kerbala di Irak, sekitar 100-kilometer selatan Baghdad. Kota ini sangat penting bagi muslim Syiah karena di sinilah terletak makam dua tokoh penting yang menjadi simbol perjuangan mereka, yaitu Imam Husain dan Abbas bin Ali. Dalam sejarahnya, Karbala juga menjadi tempat terjadinya peristiwa tragis yang dikenal sebagai “Tragedi Karbala” atau “Karbalāʾīn”, di mana pasukan Umayyah menyerang kelompok kecil yang dipimpin oleh Imam Husain, dan menyebabkan terjadinya korban jiwa yang sangat besar.

Perjalanan haji Syiah ke Karbala sendiri terdiri dari beberapa tahapan, seperti persiapan, perjalanan, dan ritual-ritual yang dilakukan di sana. Selain itu, ada juga beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan perjalanan haji Syiah ke Karbala, seperti memiliki visa, dokumen perjalanan, dan lain sebagainya.

Dalam artikel ini, mari kita jelajahi lebih dalam mengenai perjalanan haji Syiah ke Karbala, mulai dari sejarahnya hingga persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu, mari kita juga lihat apa saja yang dilakukan oleh jamaah haji Syiah selama perjalanan mereka ke Karbala, dan apa makna dari ritual-ritual tersebut.

Peristiwa Karbala memiliki makna penting dalam keyakinan Syiah, karena dianggap sebagai perjuangan hak dan keadilan melawan kezaliman dan penindasan. Setiap tahunnya, umat Syiah dari berbagai belahan dunia melakukan perjalanan ziarah ke Karbala, terutama pada peringatan Ashura, yang merupakan hari kesepuluh bulan Muharram dalam kalender Islam.

Haji atau Ziyarah Karbala

Selama ziarah, para peziarah mengunjungi makam Imam Husain dan para syuhada di kompleks makam yang disebut Imam Husain Shrine. Mereka mengenakan pakaian khusus berwarna hitam sebagai tanda berkabung dan juga membawa bendera hitam yang melambangkan duka cita atas peristiwa Karbala.

Selama periode ziarah, kota Karbala menjadi tujuan utama bagi umat Syiah, dan infrastruktur di sekitar kompleks makam ditingkatkan untuk menampung jumlah peziarah yang besar. Komunitas lokal dan pemerintah Irak juga memberikan dukungan logistik dan keamanan selama masa ziarah.

Ziarah ini juga dianggap sebagai momen introspeksi dan pengingat akan nilai-nilai keberanian, pengorbanan, dan kesetiaan yang diajarkan oleh Imam Husain. Selain itu, ziarah ke Karbala juga menjadi ajang solidaritas dan kebersamaan antara umat Syiah yang berasal dari berbagai negara.

Haji Syiah di Karbala: Sejarah dan Makna

Sejarah perjalanan haji Syiah ke Karbala bermula dari tragedi yang terjadi pada tahun 680 Masehi. Saat itu, pasukan Umayyah menyerang kelompok kecil yang dipimpin oleh Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, dan menyebabkan terjadinya korban jiwa yang sangat besar. Peristiwa ini menjadi sangat penting bagi umat muslim Syiah karena simbol perjuangan dan ketabahan Imam Husain dan para pengikutnya secara tidak langsung menghilangkan pengaruh pemerintahan Umayyah yang ketika itu berkuasa di Irak. Selain itu, tragedi ini juga menjadi simbol perlawanan terhadap tirani dan tidak adilnya pemerintahan saat itu.

Sejak saat itu, makam Imam Husain di Karbala menjadi tempat suci bagi umat muslim Syiah, dan mulai dikunjungi oleh jamaah haji Syiah dari berbagai penjuru dunia. Selain mengunjungi makam Imam Husain, jamaah haji Syiah juga melakukan ritual-ritual tertentu yang memiliki makna yang sangat penting bagi mereka.

Baca juga:   Keberatan Ateis

Salah satu ritual yang dilakukan oleh jamaah haji Syiah di Karbala adalah menaburkan air di atas makam Imam Husain. Air ini diambil dari sumur Zamzam di Mekah, dan diyakini memiliki kekuatan sebagai obat dan penyembuh. Juga, ritual ziarah ke makam Abbas bin Ali juga merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh jamaah haji Syiah di Karbala. Abbas bin Ali sendiri merupakan saudara dari Imam Husain dan diyakini sebagai pahlawan yang sangat berani dalam peristiwa Tragedi Karbala.

Dalam perjalanan haji Syiah ke Karbala, jamaah haji Syiah juga melakukan ritual-ritual yang bertujuan untuk memperkuat ikatan mereka dengan Allah SWT dan para pengikut Imam Husain. Salah satu ritual tersebut adalah membaca doa dalam bahasa Arab, yang biasa disebut dengan Munajat. Munajat sendiri merupakan doa-doa yang berisi pujian dan permohonan kepada Allah SWT, serta mendesak agar umat muslim Syiah selalu mempertahankan kesucian dan ketaqwaannya.

hari arbain Syiah

Ziarah Arbain

Hari Arbain adalah peringatan 40 hari pasca syahidnya Imam Husain As di Karbala beserta para sahabat-sahabatnya tahun 61 H yang lebih populer dengan istilah Arbain Husaini.

Peristiwa penting ini diperingati setiap tanggal 20 bulan Shafar menurut perhitungan kalender tahun Hijriah. Secara umum dikenal sebagaimana catatan sejarah, bahwa tanggal 20 Shafar tahun 61 H adalah hari kembalinya para tahanan yang terdiri dari keluarga Nabi Saw setelah melalui perjalanan panjang yang melelahkan dan menyedihkan dari Syam ke Madinah dan kembali ke Karbala untuk menziarahi jenazah Imam Husain As. Pada hari itu, Jabir bin Abdullah al-Anshari menziarahi makam Imam Husain As.

Pada peringatan hari Arbain, di Iran dan negara-negara mayoritas berpenduduk muslim Syiah lainnya diliburkan secara resmi. Umat muslim Syiah pada peringatan hari Arbain disibukkan dengan penyelenggaraan majelis-majelis duka yang dilakukan di tempat-tempat umum dan secara terbuka. Mereka dengan berjalan kaki di jalan-jalan utama, sambil menyenandungkan syair-syair duka mengenang kesyahidan Imam Husain As dan para pahlawan Karbala.

Dari hadis yang diriwayatkan Imam Askari As, ziarah Arbain adalah salah satu ciri dari orang-orang Mukmin. Berdasarkan hadis tersebut, umat muslim Syiah dari berbagai penjuru negeri melakukan perjalanan yang dimulai dari kota Najaf menuju kota Karbala dengan berjalan kaki.

Ritual-Ritual dalam Perjalanan Haji Syiah ke Karbala

Perjalanan haji Syiah ke Karbala diawali dengan persiapan dan perjalanan menuju kota Karbala. Setelah tiba di sana, jamaah haji Syiah akan melakukan beberapa ritual-ritual yang memiliki makna yang sangat penting bagi mereka. Berikut adalah beberapa ritual yang dilakukan dalam perjalanan haji Syiah ke Karbala:

  1. Ziarah ke Makam Imam Husain. Ziarah ke makam Imam Husain merupakan salah satu ritual paling penting dalam perjalanan haji Syiah ke Karbala. Saat melakukan ziarah, jamaah haji Syiah menyampaikan salam kepada Imam Husain dan para pengikutnya, serta membaca doa-doa yang diiringi dengan air mata. Ziarah ini diyakini dapat memperkuat ikatan jamaah haji Syiah dengan Imam Husain, serta mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.
  2. Ziarah ke Makam Abbas bin Ali. Selain ziarah ke makam Imam Husain, jamaah haji Syiah juga melakukan ziarah ke makam Abbas bin Ali. Abbas bin Ali sendiri merupakan saudara dari Imam Husain yang sangat berani dan pemberani dalam peristiwa Tragedi Karbala. Ketika itu, Abbas bin Ali mempertahankan air untuk pasukan Imam Husain, meskipun harus menghadapi serangan pasukan musuh yang sangat kuat. Dalam ziarah ke makam Abbas bin Ali, jamaah haji Syiah menyampaikan salam kepadanya, serta membaca doa-doa yang diiringi dengan air mata. Ziarah ini diyakini dapat memperkuat ikatan jamaah haji Syiah dengan Abbas bin Ali dan para pengikutnya, serta mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.
  3. Menaburkan Air di Atas Makam Imam Husain. Saat melakukan ziarah ke makam Imam Husain, jamaah haji Syiah juga menaburkan air di atas makamnya. Air ini diambil dari sumur Zamzam di Mekah, dan diyakini memiliki kekuatan sebagai obat dan penyembuh. Menaburkan air di atas makam Imam Husain juga diyakini dapat memberikan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.
  4. Membaca Munajat. Munajat merupakan doa-doa yang dibaca oleh jamaah haji Syiah dalam perjalanan haji ke Karbala. Doa-doa tersebut berisi pujian dan permohonan kepada Allah SWT, serta mendesak agar umat muslim Syiah selalu mempertahankan kesucian dan ketaqwaannya. Membaca Munajat diyakini dapat memperkuat ikatan jamaah haji Syiah dengan Allah SWT dan pengikut Imam Husain.
  5. Berziarah ke Tempat-Tempat Suci Lainnya. Selain ziarah ke makam Imam Husain dan Abbas bin Ali, jamaah haji Syiah juga melakukan ziarah ke tempat-tempat suci lainnya di kota Karbala. Beberapa tempat suci tersebut antara lain makam Habib bin Mudhahir, makam Muslim bin Aqeel, dan makam syuhada Tragedi Karbala lainnya. Ziarah ke tempat-tempat suci ini diyakini dapat memperkuat ikatan jamaah haji Syiah dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam.
Baca juga:   Benarkah Imam Syafi'i Berfaham Syiah?

***

Allah swt memberikan nikmat yang besar kepada umat Islam di hari raya Idul Adha, pertama dengan penyembelihan hewan qurban dan kedua Allah Subhanahu Wata’ala telah menyingkap kesesatan Syiah di khalayak umum. 

Berita yang sudah tersebar ini bukan hoax atau kebohongan, bahwa Iran iri dengan Saudi yang menerima banyak devisa dari penyelenggaraan haji, dan Iran ingin mengubah prosesi haji di Karbala juga bukan hoax atau berita bohong. 

Dengan tegas dan terang-terangan pimpinan tertinggi Syiah Iran berfatwa boleh berhaji di “tanah suci” kaum Syiah, Karbala!! Maka diberitakan bahwa jutaan kaum Syi’ah, termasuk di dalamnya satu juta warga Iran, “berhaji” ke Karbala!!

Alhamdulillah…. Semakin jelas dan terang benderang. Kenyataan ini semakin membuktikan bahwa,

  • Syi’ah BUKAN Islam, namun merupakan agama tersendiri!!!
  • Karbala bagi Syiah lebih suci daripada Makkah dan Madinah!!

Gambar di bawah ini menunjukkan jamaah haji dari Irak sedang berangkat menuju Karbala untuk mengunjungi kuburan Imam Husain mengendarai unta-unta mereka. Foto diambil pada tahun 1920an.

Haji Syiah di Karbala

Karbala menurut Syiah adalah tanah yang suci dan diberkahi dan karbala menjadi tanah paling mulia di Surga. Dalam buku Kamil az-Ziyarat, Ibnul Quluwiyah, hlm. 450 disebutkan: “Allah akan jadikan Karbala sebagai tanah paling mulia di surga, dan tempat yang paling afdhal, yang akan diberikan oleh Allah, untuk dihuni para wali-Nya di surga.”

Aqidah Syiah tentang Karbala dan Baitullah

Aqidah Syiah tentang Karbala dan Mekah adalah topik yang menarik. Bagi Syiah, tanah Karbala lebih mulia dibandingkan tanah Mekah atau Madinah. Mereka mengagungkan Karbala dan menganggapnya sebagai tempat suci yang paling penting bagi mereka. Pertempuran Karbala dianggap sebagai peristiwa yang menandai dimulainya perpecahan Islam Sunni dan Syiah.

Bagi syiah, tanah Karbala lebih mulia dibandingkan tanah Mekah atau Madinah.

Kita akan sebutkan bagaimana aqidah mereka tentang Karbala yang dicantumkan dalam kitab-kitab rujukan Syiah,

Pertama,  keterangan dalam at-Tahdzib karya at-Thusi,

خلق الله كربلاء قبل أن يخلق الكعبة بأربعة وعشرين ألف عام وقدسها وبارك عليها، فما زالت قبل أن يخلق الله الخلق مقدسة مباركة ولا تزال كذلك

Allah menciptakan Karbala 24 ribu tahun sebelum Allah menciptakan Ka’bah. Lalu Allah mensucikannya dan memberkahinya. Dia terus menjadi kota suci yang diberkahi, sebelum Allah menciptakan makhluk yang lain, dan terus akan menjadi kota suci. (at-Tahdzib li at-Thusi, 6/72)

Kedua, karbala menjadi tanah paling mulia di surga,

حتى يجعلها الله أفضل أرض في الجنة، وأفضل منزل ومسكن يسكن الله فيه أولياءه في الجنة

Allah akan jadikan Karbala sebagai tanah paling mulia di surga, dan tempat yang paling afdhal, yang akan diberikan oleh Allah, untuk dihuni para wali-Nya di surga. (Kamil az-Ziyarat, Ibnul Quluwiyah, hlm. 450). 

Baca juga:   Biografi dan Pemikiran Tasawuf Ibnu 'Arabi

Syiah memusuhi jamaah Haji

Mari simak, bagaimana semangat ulama mereka untuk memusuhi jamaah haji,

Pertama, mereka menceritakan mimpi Ja’far as-Shodiq

كأني بحمران بن أعين وميسر بن عبد العزيز يخبطان الناس بأسيافهما بين الصفا والمروة

Seolah aku bersama Humran bin A’yun dan Maisar bin Abdul Aziz, keduanya sedang mengibas-ngibaskan pedang ke arah manusia antara shafa dan marwah. (Bihar al-Anwar, al-Majlisi, 53/40)

Kedua, memotong tangan dan kaki jamaah haji

كيف بكم (يعني الحجبة على الكعبة كما يعبر النص) لو قطعت أيديكم وأرجلكم وعلقت في الكعبة، ثم يقال لكم: نادوا نحن سراق الكعبة

Bagaimana kalian – wahai para manusia yang berlindung di Ka’bah – andai tangan kalian dan kaki kalian dipotong, lalu digantung di Ka’bah. Kemudian kalian diseru, “Teriakkan, kami pencuri Ka’bah.” (al-Ghaibah, karya an-Nu’mani, hlm. 156).

Mereka juga mengatakan tentang kehadiran Mahdi versi Syiah,

إذا قام المهدي هدم المسجد الحرام … وقطع أيدي بني شيبة وعلقها بالكعبة، وكتب عليها: هؤلاء سرقة الكعبة

Apabila Mahdi datang, dia akan membongkar masjididl haram… memutus tangan-tangan bani syaibah dan digantung di ka’bah. Lalu ditulis di sana,  “Mereka para pencuri Ka’bah.” (al-Irsyad al-Mufid, hlm. 411)

Ketiga, setiap harta ahlus sunnah, halal bagi syiah. Siapa yang mendapatkannya, maka 1/5 diserahkan ke Imam Syiah.

 Para tokoh mereka mengatakan,

خذ مال الناصب حيثما وجدته وادفع إلينا الخمس

Ambillah harta an-Nashibah (gelar yang diberikan syiah untuk ahlu sunah) dimanapun kalian mendapatkanya, dan serahkan 1/5 untuk kami. (Tahdzib al-Ahkam, at-Thusi, 1/384).

Di tempat lain, mereka menyatakan,

مال الناصب وكل شيء يملكه حلال

Harta milik an-Nashibah dan semua yang mereka miliki, itu halal (untuk dirampas). (Wasail as-Syiah, al-Amili, 11/60)

Keempat, menuduh jamaah haji sebagai anak zina

Dalam salah stau rujukan pokok syiah, kitab al-Wafi, dinyatakan,

إن الله يبدأ بالنظر إلى زوار الحسين بن علي عشية عرفة قبل نظره إلى الموقف؛ لأن في أولئك (يعني حجاج بيت الله) أولاد زناة وليس في هؤلاء أولاد زنا

Sesungguhnya Allah terlebih dahulu melihat para peziarah kuburan Husain bin Ali di siang hari arafah, sebelum Allah melihat ke tempat wukuf. Karena mereka (para jamaah haji) adalah anak-anak zina, sementara para peziarah ini tidak ada yang statusnya anak hasil zina. (al-Wafi, 2/221).

Kelima, Hajar Aswad harus pindah ke Karbala

Dalam salah satu kitab rujukan mereka, al-Wafi, al-Kasyani menyatakan,

يا أهل الكوفة لقد حباكم الله عز وجل بما لم يحب أحد من فضل مصلاكم بيت آدم وبيت نوح وبيت إدريس وصلى إبراهيم .. ولا تذهب الأيام والليالي حتى ينصب الحجر الأسود فيه

Wahai penduduk Kufah, Allah telah memberikan banyak keutamaan kepada kalian yang tidak diinginkan untuk diberikan kepada seorangpun. Tempat shalat kalian adalah rumah Adam, rumah Nuh, rumah Idris, dan tempat shalatnya Ibrahim. .. kiamat tidak akan terjadi, sampai Hajar Aswad dipindah ke Kufah (Irak). (al-Wafi, karya al-Faidh al-Kasyani, 2/215)

Laa haula wa laa quwwata illaa billaaah.

Artikel Terkait di Website:

Referensi:

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

2 Comments

  1. Terima kasih komentarnya.
    Terima kasih telah berkunjung di blog sederhana kami.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *