Keriuhan umat di hari raya telah dibahas dengan menarik oleh Ibul Jauzi dalam bukunya Shaidul Khatiir, salah satu buku favorit semenjak di pesantren.
Beliau menganalogikan hari raya dengan hari kiamat.
Berikut ini nukilan saya dari buku beliau.
Aku memperhatikan hal ihwal manusia di Hari Raya, ternyata ia sama dengan kondisi mereka di hari kiamat kelak. Sesaat sesudah bangun dari tidur mereka pergi ke tempat mengerjakan shalat, persis seperti orang mati yang keluar dari kuburannya ke Padang Mahsyar.
Sebagian mereka berpenampilan amat necis dan menunggangi binatang paling mahal, sebagian berpakaian biasa dan sebagian yang lain malah berpakaian sangat usang. Memang seperti itulah hal-ihwal manusia di hari kiamat.
“(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke Neraka Jahannam dalam keadaan dahaga” (Qs. Maryam: 85-86)
Nabi Muhammad saw bersabda, “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan dengan berkendaraan, jalan kaki atau telungkup” , “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan dengan berkendaraan, jalan kaki atau telungkup” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Sebagian orang di Hari Raya terinjak-injak dalam desakan orang banyak; demikian juga orang zalim, pada hari kiamat mereka diinjak-injak oleh orang lain.
Sebagian orang di Hari Raya adalah orang kaya yang mengeluarkan sedekah, dan di hari kiamat orang yang berbuat kebajikan di dunia akan berbuat baik pula.
Sebagian orang di Hari Raya adalah orang miskin yang meminta-minta, dan di hari kiamat sebagian orang adalah orang-orang yang meminta, sebagian peminta ini ada yang diberi, “Aku menyiapkan syafaatku untuk para pelaku dosa besar” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Namun sebagian yang lain tidak dikasihani, “Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman akrab” (Qs As-Syuara: 100-101)
Panji-panji di Hari Raya dikibarkan, dan pada hari kiamat panji-panji orang yang bertaqwa juga dikibarkan.
Bila Hari Raya orang-orang dikhutbahkan, maka pada hari kiamat orang-orang juga akan diberitahu tentang nasib seorang manusia.
“Hai penduduk Mahsyar, si A telah mendapatkan kebahagiaan yang tak akan berubah menjadi kesusahan selamanya, dan si B sudah memperoleh kesusahan yang tak akan berubah menjadi kebahagiaan selamanya”.
Kemudian orang-orang paling bahagia di antara mereka pulang ke tempatnya dan diberitahu, “Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah) (Qs Waqiah: 11), lalu disusul dengan keputusan “Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (Qs Al Isra: 19).
Sedang orang-orang selain mereka adalah orang-orang yang berkedudukan lebih rendah, sebagian mereka pulang ke rumah yang mewah, “Disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” (Qs Al-Haqqah: 24),
sebagian pulang ke rumah kelas menengah, namun sisanya malah pulang ke rumah yang reot! Maka, ambillah pelajaran, hai orang-orang yang punya akal!!!
Demikian sebuah nasihat dari Al-Wa’idz (ahli nasihat) Abdurrahman bin Ali bin Muhammad al-Jauzi yang nasabnya tersambung sampai Abu Bakar As-Shidiq.
Ibnul Jauzi dalam nasehat yang lain mengajak agar mencari teman dan sahabat yang akan memasukkan kita ke surga, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya,
إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك
”Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Rabb kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.”
Kemudian beliau menangis.
Sumber: Shaidul Khatir