“Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang meremehkan shalat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesaatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh.” (Qs. Maryam : 59-60)
Ibnu Katsir dalam kitab kitab tafsirnya al-Quran al-‘Adzim telah menyebutkan pendapat para ulama dalam mengomentari ayat di atas di antaranya; Muhammad bin Ka’ab, as-Sa’di dan Ibnu Jarir berpendapat bahwa yang disebut meremehkan shalat adalah meninggalkan shalat secara keseluruhan (tidak shalat).
Al-Auza’i berkata bahwa Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan, “Meremehkan shalat bukan berarti meninggalkannya akan tetapi meremehkan waktunya.” Dan Hasan al-Bashri berpendapat bahwa maksud meremehkan shalat adalah meninggalkan masjid.
Sa’id bin Musayyib mengatakan, “Pengertian meninggalkan shalat bukan berarti meninggalkan shalat itu sama sekali, akan tetapi Orang itu tidak shalat Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu Maghrib, tidak shalat Maghrib hingga datangnya waktu Isya’ dan tidak shalat Isya’ hingga datangnya Fajar.”
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Maka celakalah orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un : 4-5)
Sa’ad bin Abi Waqqash ra berkata, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang mereka yang melalaikan shalatnya, maka beliau menjawab, “Yaitu mengakhirkan waktu.“ Yakni mengakhirkan waktu shalat.
Akibat Meremehkan dan Meninggalkan Shalat
Pertama, Orang yang meremehkan shalat termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munaafiqun : 9)
Menurut Ahli Tafsir bahwa kata “dzikrullah“ (mengingat Allah SWT) yaitu shalat lima waktu. Barang siapa yang disibukkan dengan harta, jual beli, mencari penghidupan, mengurus anak-anaknya sehingga melalaikan shalat (keluar dari waktunya), maka mereka termasuk orang-orang yang rugi.
Rasulullah SAW bersabda, “Pertama kali yang akan dihisab pada seseorang pada hari kiamat dari amalnya, yaitu shalatnya. Jika shalatnya benar, maka ia beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya itu kurang (tidak benar), maka ia akan rugi dan menyesal.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, dan al-Hakim)
Kedua, Orang yang meremehkan shalat termasuk orang yang tidak memiliki agama.
Umar bin Khathab ra berkata, “Telah datang seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata, ‘Ya Rasulullah! Amal apakah yang paling dicintai Allah dalam Islam?’ Nabi SAW menjawab, ‘Shalat pada waktunya. Barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia tidak beragama, dan shalat itu adalah tiang agama.'”
Ketiga, Meremehkan shalat termasuk dosa besar setelah syirik.
Ibnu Hazm berkata: “Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, kecuali bagi orang yang mengakhirkan shalatnya dari waktu yang sebenarnya, dan juga membunuh seorang mukmin dengan cara yang tidak benar.”
Keempat, Shalat akan berdo’a agar Allah SWT mengabaikan orang yang mengabaikan shalat.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang shalat pada awal waktunya, maka shalat itu akan naik ke atas langit menyerupai cahaya hingga berhenti di ‘Arsy. Lalu shalat itu memintakan ampun untuk pelakunya hingga hari kiamat sambil mengatakan, ‘Semoga Allah melindungimu, sebagaimana engkau telah menjaga aku. Dan jika seorang shalat di luar waktunya, maka shalatnya itu naik ke atas langit dengan diliputi kegelapan. Kemudian jika telah sampai ke atas langit, lalu dilipatlah shalat orang itu seperti melipat kain yang robek, dan kemudian dipikulkan kepada pelaku shalat tersebut sambil berucap, ‘Semoga Allah mengabaikan kamu sebagaimana engkau telah mengabaikan aku.” (HR. Ath-Thabrani).
Kelima, Orang yang meremehkan shalat telah mendatangi salah satu pintu dari pintu-pintu dosa besar.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengumpulkan dua shalat tanpa berhalangan, maka sungguh dia telah mendatangi pintu besar dari pintu-pintu dosa besar.” (HR. At-Tirmidzi dan al-Hakim).
Anjuran Menunaikan Shalat Berjama’ah
Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk menunaikan shalat secara berjama’ah. Sebagaimana sabda beliau: “Sungguh aku bermaksud untuk memerintahkan shalat, maka dirikanlah shalat. Kemudian aku memerintahkan orang untuk menjadi imam shalat diantara manusia. Lalu aku pergi, dan bersamaku beberapa orang yang membawa ikatan-ikatan kayu menuju orang-orang yang tidak mau menunaikan shalat berjama’ah itu. Lalu aku membakar rumah-rumah mereka dengan api.” (HR. Bukhari Muslim)
Ka’ab al-Akhbar berkata: “Demi Allah tidaklah turun ayat ini (Qs. al-Qalam 42-43) kecuali pada mereka yang tidak mau bershalat berjama’ah.”
Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Tidak ada shalat bagi orang yang bertetangga dengan masjid, kecuali di masjid.” Seseorang bertanya, “Siapakah tetangga masjid itu?” Ali menjawab, “Yaitu orang yang mendengarkan suara adzan.” (HR. Al-Hakim)
Ibnu Umar ra berkata, “Kami jika melihat ada orang yang ketinggalan shalat Isya” dan Shubuh dengan berjama’ah, maka kami buruk sangka bahwa dia itu adalah orang yang munafiq.” (HR. Thabrani dan Ibnu Khuzaimah). Wallahu a’lam bishshawab.
Alhamdulillah… banyak ilmu disini… terimakasih sudah mengundang saya kesini… salam kenal…
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga kita bisa lebih bersemnagat lagi untuk memberi manfaat kepada yang lain.
Oh ya…Ramadhan Mubarak…semoga ramadhan kali ini menjadi yang terindah dalam hidup kita. Amin…