Marah Dalam Pandangan Islam

Emosi adalah suasana hati seperti marah, senang, sedih, gembira dan takut. Islam memberikan perhatian yang tinggi kepada aktivitas emosi ini misalnya emosi marah. Rasulullah saw memberikan panduan bagaimana mengatasi marah dan melarang marah serta melarang beberapa kegiatan emosi negatif lainnya seperti dengki, kasar dan keras.

Islam memberikan perhatian terhadap emosi yang diarahkan untuk merespon peristiwa-pertistiwa yang membangkitkan emosi, Islam tidak membebaskan individu dari emosi, karena emosi mempunyai pengaruh yang vital dalam kehidupan. Kepribadian seseorang dianggap kurang sampai dia bisa mengontrol sarafnya, menjaga ketenangannya dan keseimbangannya pada saat emosi, agar dia kuat, kokoh dan berkepribadian seimbang.

Rasulullah saw menyuruh kita untuk bersikap lemah lembut, menyayangi dan memberikan maaf. Dalam beberapa nasihatnya, Rasulullah saw mengutamakan pencapaian susana bahagia melalui amal shalih dan melarang berbuat jahat.

  • Maka karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lebut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri sekitarmu. Maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam sesuatu urusan. (Qs. Ali Imran (03): 159)
  • Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada kedengkian kecuali dalam dua hal: seorang yang diberi harta oleh Allah, lalu dia diberikan kemampuan untuk menafkahkannya di jalan kebenaran, dan seorang yang diberi hikmah oleh Allah, lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari)
  • Ibnu Mas’ud ra berkata: “Orang yang bahagia adalah orang yang dia dapat mengambil nasihat dari orang lain”. (HR. Muslim)
  • Luqman berkata, “Wahai putraku, hendaklah kamu bergaul dengan para ulama dan dengarkanlah ucapan orang bijak. Karena sesunguhnya Allah swt menghidupakn hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana hujan deras menghidupkan bumi yang gersang.

Menurut sebuah ungkapan, kelembutan hati terhadap suatu kejahatan lebih mudah dari sikap yang lain. Biasakan bersikap ramah dalam berhubungan, bila sudah terbiasa tidak mudah marah terhadap hal yang kecil maupun besar, niscaya anda akan hidup bahagia.

Tentang sikap ini, Aisyah ra telah menuturkan sebagaimana berikut:

  1. Rasulullah saw tidak pernah menyimpan dendam dalan dirinya.
  2. Beliau tidak pernah memukulkan suatu pun dengan tangannya, beliau tidak pernah memukul seorang pun termasuk istrinya dengan tangan kecuali ketika berjihad di jalan Allah.
  3. Tidak ada satu pun perkara yang beliau dendam karenanya. Namun, jika perlakuan tersebut melanggar salah satu larangan Allah maka beliau dendam semata mata karena Allah.  (HR.  Muslim) 

Dalam Fathul Baari, Ibu Hajar menuturkan percinian yang detail tentang bentuk-bentuk dan pengaruh emosi dalam lahir dan batin: “Allah menciptakan amarah dari api, dan menjadikannya sebagai insting dalam diri manusia. Setiap kali dia mengejar tujuan tertentu, api amarah berkobar dan bergelira, hingga wajah dan kedua mata memerah, karena kulit mengungkapkan warna apa yang ada dibaliknya. Ini kalau dia marah terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan dia merasa mampu mengambil tindakan atasnya. Kalau orang yang dia marahi lebih tinggi kedudukannya, darahnya terkumpul dari permukaan kulit ke dasar jantung sehingga warna mukanya menguning karena sedih. Kalau yang dia marahi rekan sebaya (setingkat derajatnya), darah mengalami perubahan antara menggalir dan tertatahn, sehingga wajah memerah dan menguning.

Amarah menimbulkan perubahan lahir dan batin, seperti perubahan warna kulit, gemetar tangan dan kaki, munculnya tindakan-tindakan tanpa beraturan, dan perubahan wajah (hingga seandainya orang yang marah melihat dirinya saat marah tentu dia malu karena begitu buruknya penampilannya). Ini semua pada lahiriah, karena amarah melahirkan kedengkian dalam hati, hasad dan menyembunyikan niat jahat dengan berbagai jenisnya.

Adapun pengaruhnya pada lidah, adalah lidah melontarkan caci maki dan kata kata kotor yang tidak akan dilakukan oleh orang yang waras otaknya dan yang akan mendatangkan penyesalan bagi pelakunya setelah amarahnya reda. Pengaruh amarah juga tampak pada perbuatan, dengan memukul dan membunuh. Kalau pun hal itu tidak terjadi karena orang yang dimarahi lari, dia akan melampiaskannya kepada dirinya: merobek-robek pakaiannya sendiri, menampar pipinya, bahkan kadang sampai tersungkur tewas, atau pingsan. Kadang juga dia merusak perabot dan memukul orang yang tidak berdosa”. (Fathul Baari)

Tanda-tanda yang disebutkan Ibnu Hajar di atas bisa kita ringkas sebagai berikut:

  1. Wajah menghitam.
  2. Wajah memerah
  3. Mata memerah
  4. wajah Menguning
  5. Darah Tertahan
  6. Darah berubah antara tertahan dan mengalir (sehingga warna kulit menjadi merah dan kuning)

Islam mengelompokkan marah sebagai suatu sifat yang memiliki dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif.

Sisi positif kemarahan merupakan suatu sifat yang mutlak harus dimiliki oleh seseorang. Marah yang seperti ini yaitu marah manakala agama dan harga diri seseorang terhinakan. Dalam keadaan seperti ini seorang tidak boleh diam serta pasrah akan tetapi wajib untuk menunjukkan sifat marahnya sebagai suatu pembelaan terhadap hargadirinya maupun martabat agamanya.

Disisi lain islam memandang bahwa marah merupakan pekerjaan syaitan yang menghendaki kehancuran manusia. Marah yang demikian adalah marah yang negatif. Biasanya marah yang dipengaruhi oleh perbuatan syaitan cenderung menimbulkan kemudlaratan oleh karenya marah yang semacam ini marah yang harus dikendalikan.

Islam sangat melarang marah yang disebabkan adanya dorongan hawa nafsu. Pernah sutu saat shahabat Ali b in Abi Thalib akan memenggal kepala seorang musuhnya karena ia telah meludahinya, akhinya tidak jadi kemudian ditanyakan kepadanya kenapa tidak jadi membunuh, ia mengatakan bahwa ia tidak akan membunuh karena marah.

Marah dilihat dari sudut pandang psikologi marah sebagai suatu reaksi emosional akibat ada stimulus yang tidak sesuai dengan keinginannya. Tidak ada perbedaan yang siknifikan antara sudut pandang psikologi dan islam mengenai marah, hanya saja islam melihat lebih luas bahwa ada faktor ghaib yang juga mempengaruhi kemarahan seseorang. Dalam psikologi juga melihat bahwa kemarahan tidak selamanya negatif tapi juga bisa bermanfaat. Seperti kemarahan akibat ejekan yang akhirnya menyebabkan seseorang termotivasi untuk berusaha secara maksimal, merupakan kemarahan yang positif.

Marah dalam Islam terbagi menjadi tiga

Abû Sa’îd Al-Khudriy r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah orang yang tidak mudah marah serta cepat memaafkan. Dan seburuk-buruknya orang adalah orang yang cepat marah serta tidak mudah memaafkan.”

(Al-Suyûthiy, “Al-Jâmi’ al-Shaghîr”, hadits shahih, no. 1604)

Demikian penjelasan kami tentang Marah dalam Islam, semoga bisa memberikan sedikit ilmu kepada pembaca sekalian.

Referensi:

  • Ketika Anak Marah, Dr. Irwan Prayitno
  • Tarbiyatul Murahiq Bainal Islam wa Ilmun Nafsi (Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa), Dr. Muhammad Sayyid Muhammad Az-Za’balawi
  • Istamti’ bihayaatika, Syaikh Muhammad Al’Uraifi
Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *