Memanfaatkan OSF.IO untuk publikasi dan Indeks Google Scholar

Artikel ini membahas lengkap bagaimana memanfaatkan OSF.io untuk publikasi jurnal yang masih belum matang atau sudah siap dan memasukkannya dalam indeks google scholar

Google Scholar

Dari hasil penelusuran, saya mendapatkan informasi berguna tentang manfaat membuat profil di Google Scholar.

Google Scholar berguna sebagai branding personal dalam bidang tertentu, karena Google scholar adalah mesin pengindex untuk makalah, buku dan karya-karya cendekia lainnya dalam bentuk tertulis. Selain google mesin index = scopus, Copernicus, ProQuest, IEEE-Xplore, ANED dll.

Google Scholar berguna dalam meningkatkan visibilitas di dunia maya, Visibilitas di google scholar ini juga menjadi parameter dalam penilai rangking seorang individu (peneliti/ dosen/ mahasiswa) versi webometric.

Visibilitas juga membantu meningkatkan penilaian oleh lembaga pemeringkat perguruan tinggi dunia seperti THES, sebab salah satu kriteria pemeringkatan perguruan tinggi adalah jumlah citation index yang dikumpulkan oleh mesin pencari.

Perbandingan Google Scholar dan Normal Google

Lebih jelas, silahkan lihat tabel berikut.


Beberapa poin yang perlu diperhatikan ketika membuat profil GS.

  • Kita wajib punya akun e-mail google.
  • Email yang terverivikasi berakhiran ac.id, or.id,org ataupun com.
  • Setting akun google scholar menjadi “manual” (istilahnya sebagai filter karya tulis), berdasarkan pengalaman salah satu penulis di suatu artikel adalah banyak tulisan yang bukan karya kita masuk ke gogle scholar kita jika kita pilih otomatis.

Cara agar dokumen ilmiah yang di upload, di indeks oleh Google Scholar.

  • Teks lengkap dari paper disimpan dalam PDF (Portable Document Format) yang memiliki file dengan kodenama “.pdf”Judul paper ditampilkan dengan huruf berukuran besar pada bagian atas halaman pertama.
  • Untukpemakai MS Word, gunakan pilihan style ‘Title’ atau ukuran huruf minimal 24 point.
  • Nama penulis dibuat persis dibawah judul pada baris baru yang terpisah dengan style ‘Heading 1’ atauhuruf dengan ukuran 16 – 23 point.
  • Buat bagian Daftar Pustaka dengan judul “References” atau “Bibliography” pada akhir paper.Referensi pada tubuh artikel menggunakan format “[1] – [2] – [3]” dan diambil dari menu ‘references’pada MS Word.
  • Ukuran file PDF tidak lebih dari 5 MB, karena untuk ukuran tersebut sudah harus dimasukkan ke GoogleBooks.
  • Cukup dengan format tersebut, robot pencari pada server Google Scholar akan menemukan dokumen/papertersebut dalam beberapa minggu.

Pengalaman pertama membuat profile kemarin saya memasukkan link dari artikel blog saya tanpa menjadikannya file berbentuk .PDF dan itu kesalahan ternyata. Jadi saya masuk ke Google Scholar, klik tombol + dan masukkan artikel secara manual. Tampilan GS jadi ramai, saya biarkan algoritma Google mengindeks artikel jika ada sitasi. Hasilnya, beberapa artikel di blog mendapatkan sitasi jurnal, di antaranya; Biografi Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Perihal Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013.

Setelah mencari info lebih lanjut, agar terindeks harus upload dokumen di media ilmiah yang berbeda seperti academia dan researchgate. Artikel di Researchgate dan Academia akan dimasukkan secara online ke Google Scholar, tanpa harus di entry secara manual.

Di atas adalah profil Google Scholar saya, di antara tulisan yang terindeks GS adalah makalah yang saya upload di Academia dan ResearchGate.

Terlihat pada gambar profil GS di atas bahwa H index saya sudah mencapai 3. Semakin tinggi nilai H index seseorang maka diindikasikan bahwa semakin bagus profil kecendiakawan seseorang tersebut. Lalu bagaimana sebenarnya menghitung H index secara gamblang tanpa menggunakan rumus yang susah?

H Indeks adalah jumlah publikasi (n) yang masing masing publikasi tersebut dirujuk sebanyak minimal n kali. Maka dari definisi di atas, H indeks 3 berarti adalah ada 3 buah publikasi yang dirujuk minimal 2 kali. Pada screen shoot di atas saya memiliki 2 buah publikasi yang dirujuk 3 kali dan 7 kali (3 dan 7 > 2).

Artinya jika saya ingin meningkatkan H index Saya dari 3 menjadi 4 maka Saya harus memiliki sebanyak 4 buah publikasi yang sudah dirujuk minimal 4 kali. Agar hal ini bisa terealisasi maka publikasi saya pada tahun 2015 yang masih dirujuk 2 kali harus ditingkatkan menjadi 3 sehingga nantinya ada 3 buah publikasi yang masing masing dirujuk minimal 3 kali yaitu: 7 kali (2007), 3 kali (2015) dan 3 kali (2015).

Katakan jika Anda ingin memiliki H Index yang tinggi seperti yang diperingkatkan oleh Sinta di sini (misal H Index 23) maka anda harus punya 23 publikasi yang masing masing telah dirujuk minal sebanyak 23 kali.

Tentunya usaha yang perlu dilakukan agar publikasi kita dirujuk oleh penulis lain pada publikasi mereka adalah dengan berbagai cara. Pertama menulis publikasi yang sedang trend di bidang kita, Kedua berusaha menulis publikasi kita dengan baik dan benar dan mudah dimengerti oleh penulis lain sehingga menggugah mereka merujuk publikasi kita.

Sebenarnya gampang bukan?

Selamat berkarya, biarkan hasilnya bercerita di kemudian hari. Jika publikasi anda belum dirujuk oleh penulis lain maka jangan kecewa dan bersabara sajalah. Bisa jadi suatu saat akan ada yang merujuknya.

Apa Itu h-index

Menurut Wikipedia, “The h-index is an index that attempts to measure both the productivity and impact of the published work of a scientist or scholar”. yaitu indeks yang mencoba mengukur baik produktivitas atau dampak dari karya yang diterbitkan seorang ilmuan atau akademisi (http://en.wikipedia.org/wiki/H-index, Juni 2021). Menurut Terry Mart, “Seorang ilmuwan memiliki indeks-h jika ia memiliki paper sebanyak h dengan jumlah kutipan untuk setiap paper tersebut minimal sama dengan h”. (http://staff.fisika.ui.ac.id/tmart/h_indeks.html, Maret 2021). Secara gampangnya h-index misalnya pada sitasi jurnal Buletin Penelitian Kesehatan, h-index bernilai 7 artinya terdapat 7 artikel yang dikutip oleh minimalnya 7 artikel lain.

h-index dikenalkan oleh seorang fisikawan dari University of California, San Diego yang bernama Jorge Eduardo Hirsch pada tahun 1985. Maka dari itu kadang index ini dikenal dengan Hirsch index atau Hirsch number.

Dalam tulisan yang lain dikatakan bahwa pengukuran h-index ini mempunyai kelemahan, yaitu mudah dimanipulasi melalui swasitasi (self citation). (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks-h, Maret 2021)

Apa Itu i10-index

Menurut Wikipedia, “The i10-index indicates the number of academic publications an author has written that have at least ten citations from others”. (http://en.wikipedia.org/wiki/I10-index, Juni 2021). Pada sitasi jurnal Buletin Penelitian Pengkajian Islam di Google Scholar, i10-index bernilai 2 artinya terdapat 2 artikel yang dikutip oleh minimalnya 10 artikel lain.

Tulisan yang disarankan terkait cara membuat profil Google Scholar.

  1. Help Us Google Scholar dari Warwick Library https://studyblog.warwick.ac.uk/2020/06/09/inside-the-librarys-labyrinth-4-dont-googlewhack-google-scholar/
  2. Panduan Membuat Profile Google Scholar. Link: http://research.ui.ac.id/research/wp-content/uploads/2017/02/Panduan-Membuat-Profil-Google-Scholar.pdf diterbitkan Januari 2017
  3. Mendaftarkan artikel pada Google Scholar. Link: http://musa.blog.undip.org/2016/03/31/mendaftarkan-artikel-pada-google-scholar/ ditulis 31 Maret 2016.
  4. Jurnal oleh Anne-Wil K. Harzing tentang Google Scholar as a new source for citation analysis. Link PDF

Open Science Framework

Hari ini banyak media online yang menyediakan ruang untuk meletakkan paper kita yang membuatnya menjadi mudah untuk diakses orang pembaca lain. Saya menggunakan OSF untuk membagi paper saya yan tidak diterbitkan dalam prosiding atau masih dalam prosiding namun berbentuk print out. Linknya dapat diakses di sini: https://osf.io/

OSF tidak hanya menawarkan ruang untuk berbagi file publikasi namun juga bisa mengenerate DOI untuk publikasi kita yang belum memiliki DOI dan selanjutnya bisa anda tambahkan di google scholar profile anda. DOI juga bisa digenerate langsung.

Tampilan OSF

OSF
Open Science Framework

Tampilan Dashboard OSF

dashboard OSF

Lebih lengkapnya bisa dibaca di Slide berikut:

Saya telah memasukkan beberapa makalah di OSF, di antara makalah tersebut, ada yang cepat masuk ke indeks Google Scholar, yaitu makalah pre print berjudul ‘Religious Subjectivity Mahasiswa Pendidikan Keguruan‘.

Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *