Mengenal Sejarah, Isi dan Peletak Dasar Kitab Talmud

AHMADBINHANBAL.COM – Bangsa Yahudi sejak dahulu kala bahkan ribuan taun yang lalu sudah berulang kali merusak kitab suci yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada mereka. Bermula dari Taurat, Injil, dan mereka berusaha untuk merusak kitab suci umat Islam, Al-Quran. Tetapi untuk yang terakhir ini mereka tidak akan pernah berhasil sedikit pun karena Zat yang Maha Kuasa yang akan menjaganya dari segala tangan-tangan jahat sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Hijr: 9.

Studi komprehensif tentang Yahudi dan Talmud masih sedikit, diperlukan uraian faktual dan analisa yang besar porsinya untuk mengenal musuh bebuyutan kita itu. Menurut Muhammad Husain Haikal, umat Islam baru menseriusi polemik Yahudi setelah terjadinya perang tahun 1967. Dan untuk mengetahui karakter bangsa Yahudi ini, kita harus lebih dahulu mengenal kitab suci mereka, Talmud. Sebuah kitab suci yang sangat dibanggakan oleh manusia-manusia yang menyebut dirinya sebagai Bangsa Pilihan Tuhan.

Sejarah Kitab Talmud

Talmud berarti ajaran atau pengetahuan, derivasi dari kata laumid dalam bahasa Ibrani yang artinya pelajaran, ada yang mengatakan pengajaran dengan perantara kitab suci, dan setelah pertengahan abad kedua maeshi ditetapkan Talmud sebagai kitab yang berisi hukum-hukum syariat kaum Yahudi.[1]

Pada prinsipnya kitab Talmud terbagi dalam dua bagian: Pertama, Mishnah sebagai naskah asli (Matan) adalah kepingan-kepongan udang-undang yang dibuat oleh bangsa Yahudi untuk kepentingan mereka sendiri, guna melengkapi kitab Taurat (Perjanjian Lama). Kitab Mishnah ini disusun sekitar tahun 190-200 SM oleh seorang bernama Judah Hanasi, kira-kira 1 abad setelah Titus dari Romawi menghancurkan Haikal (Kuil Yahudi).

Kedua, Gemara yang tersusun atas Gemara Jerussalem (Palestina) yang berisi rekaman diskusi para tokoh agama (Hakhom) yang ada di Palestina, khususnya para tokoh agama jebolan Thabariyah, saat mereka menafsirkan nash-nash kitab Mishnah. Gemara Jerussalem ini selesai dikodifikasikan pada sekitar abad ke IV Masehi. Sementara Gemara Babilon adalah hasil rekaman penafsiran MIshnah oleh para tokoh agama Yahudi di Babilonia, penyusunannya selesai sekitar tahun 500 Masehi.

Mishnah dengan tafsir Gemara Jerussalem disebut dengan nama “Talmud Jerussalem”, sedangkan Mishnah dengan tafsiran Gemara Babilon disebut “Talmud Babilon”, keduanya sejenis. Mishnah sendiri adalah kodifikasi Undang-Undang Lisan (Oral Law atau Oral Tradition) yang pindah dan beredar dari mulut ke mulut para Hakhom sejak lahirnya gerakan Pharisi. Undang-undang lisan ini disusun menurut kehendak para Hakhom itu sendiri. Gerakan Pharisi ini mencapai puncak aktifitasnya pada zaman nabi Isa u, yang kemudian melahirkan suatu aliran destruktif yang melandasi gerakan Pharisi di kemudian hari. Isa Al-Masih, Nabiyullah mengutuk gerakan kaum Pharisi.[2]

Dalam muqaddimah “Tafsir Mishnah”, filosof Yahudi Maimonides telah menuliskan definisi Mishnah sebagai berikut:

“Sejak dari guru kita Musa sampai pada Hakhom kita yang suci Judah Hanasi, para ulama belum pernah bersepakat tentang prinsip ajaran keyakinan yang harus diajarkan secara terang-terangan atas nama “Undang-Undang lIsan”. Bahkan setiap Ketua Mahkamah, sebagai Nabi pada setiap generasi, selalu membuat catatan sendiri berdasarkan apa yang pernah didengar dari para tokoh sebelumnya, yang kemudian disampaikan secara lisan kepada umatnya.

Jadi setiap ulama menyusun kitab sejenis yang sesuai dengan tingkat kemampuanyyan masing-masing. Jika karya ulama itu cukup berbobot sebagai tafsir kitab Taurat dan Undang-Undang Lisan (yang tertulis itu), maka karya tersebut bias dikukuhkan oleh SANHEDRIN yaitu Mahkamah Tertinggi Yahudi. Demikianlah perkembangannya sampai pada masa Hakhom. Yahudi yang suci- Judah Hanasi, sebagai orang pertama yang menghimpun ajaran hukum, keputusan-keputusan serta uraian undang-udang yang berasal dari Musa –Guru utama kita yang harus ditaati oleh setiap generasi.[3]

Pertumbuhan Mishnah

Mishnah dalam bahasa Ibrani berarti: Ma’rifat atau Learning, juga disebut sebagai Undang-Undang Kedua (Second Law) sesudah Taurat[4]. Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa Mishnah berasal dari wahyu yang dturunkan kepada Nabi Musa di Thur Sinai. Dikisahkan oleh Hakhom Levi ben Chama berasal dari Simon ben Lakish –sebuah ayat yang katanya sebagai tafsiran dari Taurat, “Kau akan kami beri Lah Batu yang telah kami tulis di atasnya Undang-Undang dan Wasiat, untuk kau ajarkan kepada mereka (Exodus 24:12).

Yang dimaksud dengan Lauh adalah sepuluh wasiat (Ten Comandements); Undang-Undang yang dimaksud oleh ayat di atas adalah Undang-Undang tertulis, sedangkan Wasiat adalah Mishnah. “Yang kami tulis” berbarti yang ditulis para Nabi dari berbagai kitab suci –yang dikutip oleh kaum Yahudi- “untuk kau ajarkan” mempunyai arti kitab Gemara. Semua ajaran tersebut telah diberkan kepada Musa di Thur Sinai.

Jelaslah bagaimana para tokoh agama Yahudi iru telah menipu umatnya. Betapa mereka telah membedakan antara Lauh Bati dengan undang-undang tertulis (padahal keduanya adalah satu). Kemudian mereka mencampur adukkan antara Lauh dan Wasiat, serta menganggap bahwa Lauh itu adalah wasiat yang sepuluh, sedangkan wasiat itu adalah Mishnah. Mereka juga membohong umat dengan mengatakan bahwa kalimat “untuk kau ajarkan” bukannya ajaran Taurat tetapi apa yang diajarkan dalam kitab Gemara (mereka menganggap kitab tersebut lebih penting dari seluruh kitab yang ditulis oleh seluruh kitab yang ditulis oleh para pembesar agama Yahudi, masalah ini akan diuraikan di belakang nanti). Mereka juga telah menafsirkan “yang Kam tulis” bahwa sebyeknya kembali kepada para Nabi, padahal yang dimaksudkan adalah Tuhan.

Orang-orang Yahudi telah menambahkan, bahwa Mishnah berasal dari Musa dan telah berpindah-pindah selama 40 generasi sampai Judah Hanasi yang suci. Secara hukum bangsa Yahudi tidak dibenarkan menuliskan (membukukan) ajaran tersebut, selama kuil mereka masih berdiri sebagai Markas Besar Yahudi.

Kitab Yahudi yang terpenting menyerupai Mishnah adalah kitab karya Hakhom Eliezer ben Jacob yang bernama Braitha. Kitab ini dianggap sebagai pasangan kitab Mishnah, disebabkan 102 undag-undang dari hukum syariat Talmud adalah yang ditulis oleh Eliezer ben Jacon, walaupun isinya bertentangan dengan Mishnah.

Beberapa kontribusi Hakhom Eliezer ben Jacob yang terkenal adalah memberikan kepada Israel banyak hukum agraris, seperti hukum-hukum tentang membawa Bikkurim ke Yerusalem dan siapa yang memenuhi syarat untuk membacakan Ikrar, serta hukum-hukum tentang Kil’ayim yang ditanam di kebun anggur . Dia dimakamkan dekat Kefar Hanaiah yang lama, di Galilea .

Pembahasan Mishnah

Mishnah terdiri dari 6 pembahasan yang bernama Seder yang berarti undang-undang yang bersifat perintah, sebagai berikut:

  1. Seder Zeraim (Agriculture), berisi pembahasan mengenai pertanian (agrikultur) yang terdiri atas 11 Bab atau traktat yaitu: Berakhot, Demai, Sheviit, Masroot, Peah, Kilayim, Terumot, Maseer Sheni, Orlah, Challah, Bikkurim.
  2. Seder Moed (Holidays), meliputi masalah hari raya, puasa dan lainnya, terdiri atas 12 Bab yaitu: Shabbat, Pesachim, Yoma, Beitzah, Ta’anit, Moed Katan, Eruvin, Shekalim, Sukkah, Rosh Hashanah, Megillah, Chagigah.
  3. Seder Nashim (family law) yang memuat masalah undang-undang perkawinan, talak, nadzar dan yang bernadzar. Terdapat 7 Bab di antaranya Yevamot, Nedarim, Sotah, Kiddushin, Ketubot, Nazir, Gittin.
  4. Seder Nezikin (damage) berisikan undang-undang perdata dan pidana, sebanyak 10 Bab.
  5. Seder Kodashim (sacrifices), tentang peraturan sembahyang dan penyembahan kepada Tuhan, sebanyak 11 Bab.
  6. Seder Tahoroth (purify), peraturan tentang kesucian dan najis, terdiri dari 12 Bab.

Isi keseluruhan kitab Mishnah ini adalah 63 Bab yang teruarai dalam pasal-pasal. (lihat Mishnah | Sefaria)

Talmud kadangkala juga disebut “Shash” sebagai singkatan dari kata Ibrani “Shisash Sedarin” yang artinya “Enam Hukum”. Sebagai pendamping kitab “Enam Hukum” ini adalah kitab Talmud mini (Minor Tractates) yang isinya sebagai berikut: Sefer Torah, Mezuzah, Tafilin, Tzitzith, Abadin, Kuthim dan Gerim. Selain itu masih ada 6 buah Bab lagi dalam kitab Talmud gaya baru yaitu; Aboth de Rabbi Nathan, Soferim, Semahoth, Kallah, Derech Eretz Isarel dan Derech Eretz Zuta.

Masih terdapat pula kitab mirip dengan Talmud, yaitu kitab yang bernama Midrash. Kitab ini berisi dongeng-dongeng dan hukum yang diciptakan oleh para Hakhom setelah penyusunan Talmud. Para Hakhom itu khawatir jangan sampai dongengan dan hukum yang diciptakan mereka itu tercecer dan hilang, maka mereka terpaksa membukukannya dalam kitab Midrash ini. Padahal mengabadikan Talmud sendiri membutuhkan waktu lebih dari seribu tahun.[5]

Para Arsitek Mishnah

Hakhom Akiba menyusun dan mengkodfikasikan kitab Mishnah, menyusul kemudian muridnya, Meir yang melengkapi Mishnah dan menyederhanakannya. Para pembesar Hakhom telah pula merintis penyusunan Mishnah, masing-masing menurut selera masing-masing, sampai pada Judah Hanasi yang berhasil mengumpulkan seluruh Mishnah yang ada dan menjadikannya satu kitab Mishnah yang standart. Judah Hanasi sukses menghimpun semuanya itu, terutama dalam menukil karya Meir.

Para ulama yang ikut serta dalam penyusunan Mishnah sejak matinya Hillel tahun 10 Masehi hingga selsainya penyusunannya sekitar tahun 200 Masehi disebut dengan nama Tanna’im[6], sedangkan para ulama yang terlibat dalam penyusunan tafsir utama “Gemara”, disebut dengan Amoraim. Mereka yang menambah penafsiran Talmud pada abad ke enam dan ketujuh, dinamakan Saboraim yang berarti cendekiawan (reasoners). Para Hakhom yang menafsirkan Talmud dinamakan Geonim, apabila mereka termasuk tokoh golongan Yahudi, sebutan untuk mereka adalah Posekim (penentu/desiders).

Ada suatu kekhilafan, apakah Judah Hanasi yang menghimpuan kitab Mishnah ini ataukah ilmuan (Saboraim) pada abad keenam? Menurut catatn kaum Yahudi, telah disepakati bahwa Judah Hanasi sebagai penghimpun kitab Mishnah, sedangkan pendatang berikutnya hanyalah sebagai penyunting dan penafsir.

Hukum-hukum dalam kitab Mishnah pada umunya majhul masdarnya, dianggap sebagai hukum yang bisa diterima, mungkin berasal dari pendapat hukama orang yang arif lagi bijaksana Sages (Hachamim), para guru. Pandangan para Hakhom dianggap lebih utama apabila terjadi suatu khilaf atau perselisihan dalam suatu masalah.

Bahasa kitab Mishnah adalah Ibrani Baru (Neo Hebrew) yang sudah dipengaruhi bahasa Yunani dan latin. Edisi terbaik kitab Mishnah adalah yang dicetak di Roma dan diterbitkan di Wilno, ibu kota Polandia Utara. Pada kitab Mishnah terbitab Frankrut, tahun 1927, telah ditambahkan suatu lampiran untuk kata-kata sukar, oleh H.J Kassowsky. Sedangkan Mishnah yang diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh H. Dauby, terbit di Oxford pada tahun 1933.

Ada sebuah kitab penting lainnya lagi, sejenis Mishnah yaitu Braitha, berisikan ajaran para ulama Tanna’im yang hidup sesudah masa Yudah Hanasi sang penghimpun Mishnah. Untuk membedakan kitab Mishnah karya Yudah Hanasi dengan karya para ulama Tanna’im itu (Braitha), maka karya Yudah Hanasi diberi nama Mathnithan (Mishnah kami, Our Mishnah).[7]

Gemara artinya Pelengkap (Completion), penulisannya diawali oleh dua orang putra Yudah Hanasi yaitu Hakhom Gamaliel dan Hakhom Simeon. Kitab ini kemudian disusun kembali oleh Hakhom Ashi, disebuah kota dekat sungai Eufrat, Sura, dari tahun 365 sampai 425 Masehi. Kitab ini akhirnya diselesaikan penulisannya oleh Hakhom Akino (disebut juga sebagai Rabina).

Penutup kitab ini ditulis oleh Hakhom Jose, yang pada khir hayatnya mendapat gelar dari bangsa Yahudi sebagai Pemberi Perintah (Dictator), sekitar tahun 498 Masehi. Para ulama yang mengikuti jejak langkah Hakhom Jose ini diberi gelar sebagai Pencetus Ide (Opinionost), mereka dianggap sebagai sumber hukum dari karya sebelumnya. Mereka jugalah yang kemudian menurunkan para ulama kenamaan (Sublime Doctors). Sesudah masa para ulama ini, lahirlah kemudian masa para Hakhom biasa yang sekarang disebut sebagai para  Rabbi.

Sanhendrin

Dalam bahasa Ibrani kata ini berarti Mahkamah Tertinggi. Tentang lembaga ini tercantum dalam Bab IV kitab Mishnah (Nizkin) yang membahas kedudukan kolese pemerintahan tertinggi dari bangsa Yahudi ini, prinsip dasar dan Anggaran Dasarnya. Bab ini terbagi dalam 11 pasal, setiap pasalnya membahas kemungkinan wewenang Mahkamah Tertinggi Yahudi ini untuk menelorkan berbagai hukum dan kemungkinan ikut campurnya lembaga ini dalam kehidupan keagamaan bangsa Yahudi[8].

Samuel Krauss dalam sebuah bukunya berjudul The Mishnah Treatise Sanhedrin menyamakan Sanhendrin ini dengan laporan Hakim. Ia mengatakan:

“Urgensi dari pasal ini berkisar tentang Yurispudensi Mahkamah Tertinggi Yahudi (Jewish Synhendrion) yang dianggap sebagai cuplikan akhir kehidupan pemerintahan Yahudi. Dan pasal ini mendapat perhatian yang besar sekali dari para peneliti, karena hal ini menyangkut hidup matinya banga Yahudi.[9]

Sanhedrin adalah badan legislatif agung di Israel. Di dalam Perjanjian Baru, Sanhedrin berperan di dalam pengadilan dan penyaliban Yesus.

Talmud Yerussalem (Palestina)

Kitab ini juga dinamakan Talmud (atau Gemara) Tanah Israel-Eretz Israel, atau juga sebagai Talmud Bani Ma’ariba (Maghrib). Selesai dihimpun pada tahun 400 Masehi, setelah selesai melalui suatu proses yang ketat oleh Ursicinus pada tahun 351 di Palestina. Penulisan Talmud Jerussalem didorong oleh keresahan bangsa Yahudi akan kemungkinan hilangnya undang-undang tak tertulis yang tersembunyi itu.[10]

Sebenarnya yang berusaha untuk mengabadikan Talmud Yerussalem adalah ulama Caesarea bukannya para ulama dari Jerussalem sendiri. Digunakannya nama Jerussalem hanyalah sebagai kias saja untuk mewakili seluruh bagian, sebagai pimpinan para ulama yang mengbadikan Talmud ini adalah Hakhom Jochanan.

Talmud Jerussalem –seperti yang ada sekarang- hanyalah terdiri dari 6 bab –termasuk di dalamnya pasal Niddah pada bab keenam. Pada zaman Musa bin Maimun (Maimonides) Talmud Jerussalem hanya terdiri dari 5 bab, sedangkan 1 bab yang terakhir ditiadakan.

Talmud jerussalem ini pertama kali dicetak tahun 1522-1523 di Venezia, Italia. Kemudia terbit cetakan kedua di Cracow, Polandia, sekitar tahun 1602-1605 berikut dengan tafsir dan komentar sehubungan dengan meningkatnya perhatian terhadap Talmud di negeri itu. Edisi Cracow ini dicetak ulang di Krotoschin pada tahun 1886. Diikuti kemudian dengan diterbitkannya Talmud Jerussalem edisi Zhitomir pada tahun 1860-1867.

Meyusul pula terbitan Pioterkiev sekitar tahun 1899-1900 dan edisi Roma, di kota Wilno pada tahun 1922. Talmud Jerussalem edisi Roma ini dilampiri pula dengan tafsirnya yang dicetak pada tahun 1929 dengan nama Tashlum Yerushalmi. Di kota Leipzig wilayah Jerman pada tahun 1925 terbit pula Talmud Jerussalem edisi Venezia yang bergambar, kemudian disusul dengan terbitan Berlin pada tahun 1929.

Talmud Jerussalem Versi Baru

Redaksi Ensiklopedia Umum Yahudi telah menyatakan bahwa dalam periode terakhir ini, Talmud Jerussalem banyak mengalami penggusuran yang disebabkan oleh dua kemungkinan:

  1. Para editor terdahulu teledor atau lalai tidak mencantumkan beberapa pasal (Scibal Ommisions)
  2. Pemalsuan yang disengaja (Deliberete Falsification)

Kami (yaitu penulis: Dhafrul Islam Khan) tidak dapat menerima alasan yang pertama, yaitu karena keteledoran pada editor maka Talmud Jerussalem berubah dalam terbitan terakhirnya. Kami menyakini bahwa para ulama Yahudi sendiri yang melakukan pemalsuan (penggusuran) itu, disebabkan bangkitanya amarah penduduk Kristen Eropa yang mengutuk bangsa Yahudi. Kemarahan penduduk Kristen Eropa ini muncul setelah mereka membaca kitab-kitab Yahudi  yang sangat anti-kristen.

Mengapa kami tidak menerima alasan yang pertama, juga disebabkan adanya kenyataan bahwa kitab Talmud yang lama (sebelum  terbitnya kitab Talmud versi baru abada ini) telah mengalami puluhan kali cetak ulang di abad pertengahan. Kitab Talmud yang orisinil ini –sejenis versi Venezia-, akhirnya dicabut peredarannya oleh gereja.

Redaksi Ensiklopedia Umum Yahudi itu sendiri menyatakan: “Nash Talmud Palestina versi baru itu sebenarnya semrawut. Para editornya bertindak tidak teliti dalam menukil arti kata-kata yang sulit, disebabkan gaya bahasa Talmud yang sangat pelik. Maklumlah, Talmud bukanlah karya tulis biasa. Problem teks asli ini malah memperbanyak kesalahan para editor itu, seperti ketika mereka menemui kata-kata serupa yang berulang-ulang, hilangnya beberaapa huruf, atau bahkan melompati beberapa baris dikarenakan mereka tidak memahami slogan-slogan yang tertulis dalam Talmud”.[11]

Talmud Palestina tertulis dalam bahsa Ibrani atau Arami Barat, keseluruhan terdiri dari kurang lebih 750 ribu kata. Kitab ini 15 persennya berisikan Hanggada, yaitu kisah dongengan dan kisah-kisah Yahudi yang khas. Dongengan inilah yang menjadi dasar kisah-kisah Israiliyat dalam buku-buku yang ditulis oleh ulama Islam.

Talmud Babilonia

Setelah meninggalnya Judah Hanasi, para ulama Yahudi mendapatkan banyak dari karya-karyanya yang belum diabadikan dalam kitab Mishnah. Naskah Talmud Babilonia dihimpun berdasarkan Mishnashnya Judah Hanasi beserta tafsir yang ditulis oleh Hakhom Abba Areka[12] di Sura. Kitab-kitab yang terpenting dari karya Hakhom Abba Areka adalah Tosefta yang memuat Haggadah yang dijadikan sumber hukum.

Setelah hasil diskusi yang telah disepakati oleh para Hakhom itu terkumpul, maka orang yang pertama kali berusaha membukukan Talmud Babilonia ini adalah Ashi yang wafat pada tahun 427 Masehi, dengan bantuan Rabina. Penulisan Talmud Babilonia ini bertujuan agar bangsa Yahudi memiliki sebuah kitab undang-undang yang standart yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk dipelajari para siswa Yahudi.

Hakhom Rabina Bar Huna, yang wafat pada tahun 499 Masehi merampungkan karya mendiang Ashi yang belum selesai. Sedangkan Hakhom Saboraim sekitar abad ke 6 dan ke 7, telah melakukan peletakan dan dasar-dasar tafsir pada naskah milik Rabina serta menambahkan satu bab baru tentang berbagai masalah. Dan perlu diketahui bahwa Kuil Yahudi (Jewish Temple) atapun Mazhab Hakhom tak pernah ada sebelumnya kecualin pada zaman perbudakan di Babilonia. Dengan ini maka selesailah problema pendirian Haikal (Bet Hakenesset). Jelas sekali nama ini menjurus pada kehendak untuk mendirikan kuil-kuil yang sama pula tujuannya saat para ulama Yahudi ketika membukukan Talmud.[13]

Pencetakan Talmud Babilonia

Beberapa bab dari Talmud Babilonia telah dicetak pad tahun 144, sedangkan edsi selengkapnya dari Talmud ini  diterbitkan di Venezia sekitar tahun 1520-1523. Naskah yang dicetak di Bazel terbit di bawah pengawasan gereja Katolik dan mengalami banyak revisi dan koreksi.

Sementara naskah Talmud terbitan Amsterdam tahun 1644-1648, tidak banyak mengalami perubahan walaupun tunduk pada pengawasan gereja Katolik. Talmud yang paling orisinil adalah  edisi Roman yang dicetak di Wilno pada tahun 1886 sebanyak 20 jilid. Edisi paling mewah dari Talmud Babilonia adalah terbitan Stack, tahun 1912, berasal dari naskah yang dipersiapkan di Munich pada pertengahan abad ke 14.

Redaksi Ensiklopedia Umum Yahudi menjelaskan: “Penyebab tiadanya manuskrip asli dari Talmud Babilonia itu adalah fanatisme ekstrim gereje Kristen pada abad pertengahan yang sering melakukan pembakaran missal berpuluh gerobak yang berisikan kitab Talmud atau manuskripnya”.

Terjemaha Talmud Babionia yang asli pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Soncino, London. Abraham Cohin telah menerjemahkan kitab Beracoth di Inggris pada tahun 1921. Edisi ringkasan Talmud Babilonia ini telah terbit dalam berbagai bahasa seperti Latin, Perancis, Italia, Rusia, Yiddi dan bahasa-bahasa lainnya. Edisi baru Talmud Babilonia merangkum artikel-artikel pendek yang dimasukkan dalam bagian terakhir bab ke IV (Nizikin). Talmud ini terdiri dari 2,5 juta kata, sepertiga bagiannya berisi Haggadah, sedangkan sisanya adalah Hallakhah (Hukum-hukum).

Dan berikut ini beberapa ajaran Talmud yang sangat jauh dari kebenaran dan fitrah manusia.

  1. Para Hakhom punya kuasa terhadap Allah
  2. Allah menghabiskan tiga jam setiap siang untuk bermanin dengan ikan-ikan
  3. Yahudi lebih dicintai Allah dari malaikat
  4. Air nutfah selain Yahudi ibarat nutfahnya binatang-binatang
  5. Wajib bagi orang Yahudi untuk mencegah agar umat lain tidak menguasai bumi, sampai kekuasaan bumi hanya milik Yahudi semata
  6. Tidak akan masuk surga kecuali Yahudi
  7. Orang yang keluar dari Yahudi adalah babi-babi yang najis
  8. Arwah Yahudi itu dimuliakan di sisi Allah, sementara arwah selain Yahudi adalah arwah syaitan serupa dengan arwah para hewan
  9. Yahudi tidak dinyatakan salah ketika merusak kehormatan selain Yahudi, karena setiap ikatan pernikahan dengan selain Yahudi adalah batil. Wanita selia Yahudi ibarat binatang ternak, dan akad itu gak ada antar binatang
  10. Zina dengan selain Yahudi baik laki-laki atau perempuan tidak terkena hukuman karena pada dasarnya mereka adalah keturunan binatang
  11. Wanita Yahudi tidak perlu melapor jika suaminya berzina dengan wanita lain di rumahnya sendiri
  12. Liwath dengan istri boleh karena istri diciptakan untuk bernikmat-nikmat
  13. Masih itu penyesat yang telah merusak dan menghancurkan bani Israil
  14. Nasrani adalah anak-anak syaitan. (sumber: beberapa kitab dari Syamilah)

Selanjutnya, berikut kata-kata mutiara dalam Talmud

  1. Ilmuwan itu kekal disebabkan nafas suci murid-murid sekolah
  2. Siapa saja yang menentang ajaran para penulis Taurat patut untuk dibunuh
  3. Siapa saja yang mengajar dihadapan gurunya patut dipatuk ular
  4. Lebih baik anda menjadi kepala serigala daripada ekornya singa
  5. Perbuatan tak senonoh di dalam rumah bagaikan ulat di semak-semak
  6. Anak yang jahat dari anak yang saleh bagaikan cuka
  7. Kalau seorang pencuri gagal mengambil kesempatan, ia berpura-pura seperti seorang yang baik
  8. Pemuda bak mahkota bunga mawar, tapi orang tua renta bagaikan mahkota duri
  9. Banyak orang yang pandai berkhotbah, tapi tak pandai mengamalkannya
  10. Orang yang sombong bagaikan penyembah batu
  11. Tukang fitnah itu pembunuh
  12. Sedekah adalah garamnya harta benda
  13. Rumah yang tidak terbuka pintunya untuk orang miskin akan terbuka untuk dokter
  14. Wanita tua di rumah bak harta pusaka
  15. Mundurlah selangkah saat memilih calon istri, tetapi majukan selangkah saat memilih kawan.

Tokoh-Tokoh Penting Peletak Dasar Kitab Talmud

Kitab Talmud menganggap bahwa mereka yang meyakini dosa turunan seperti anak-anak adalah salah dan keliru. Sementara Talmud menghalalkan Riba, mengizinkan penyerahan bayi sebagai kurban bagi Tuhan Maloch, kesemuanya ini merupakan hal-hal yang sangat diharamkan oleh Taurat. Talmud juga membenarkan melakukan penipuan dalam berdagang, sesuatu yang sangat kontradiktif dengan ajaran Taurat yang mengatakan: “Dengan yang bersih akan menghasilkan sesuatu yang bersih pula, dengan yang najis akan dituai yang najis pula.” (Samuel, XXII, 27).

Para Hakhom Yahudi juga mengindoktrinasi pengikutnya untuk membenci orang Kristen dan orang Asing (Goyim). Di antara mereka jika mengatakan “di hadapan Raja”, yang mereka maksudkan adalah “di hadapan anjing”. Orang Yahudi masih bertahan dengan keyakinannya itu sampai saat ini. Mereka mengambil sikap “Memberikan Dukungan Umum” pada setiap pemerintahan atau rezim di tempat mereka hidup, walaupun itu hanya sekedar berpura-pura. Sedangkan dukungan yang sebenarnya hanyalah mereka berikan pada Negara Israel seperti yang terjadi pada perang Arab –Israel tahun 1967 M. Ribuan Yahudi di seluruh dunia meninggalkan pekerjaan mereka dan bergabung dengan tentara Zionis di Timur Tengah untuk menjarah Hak dan Tanah bangsa Palestina.

Setiap orang Yahudi yang menjadi saksi bagi Yahudi lainnya di hadapan orang asing, berhak untuk melaknat dan mencaci maki secara terang-terangan. Setiap orang Yahudi terbebaskan dari ikatan sumpah dan janji terhadap orang asing. Bahkan, para dokter Yahudi tidak diperkenankan untuk mengobati pasien orang asing kecuali untuk tujuan mencari uang, atau untuk latihan profesinya. Tidak dibenarkan bagi mereka untuk menyelamatkan nyawa orang-orang asing yang tertimpa wabah penyakit.

Jika demikian halnya, sungguh benar apa yang telah diungkapkan oleh Dr. Joseph Barclay tentang kitab Talmud:

Some of Ita sayings are extravagant, some are loath some are some i blashphemous. Butmixed as they are together, They are an extraordinary monumen of human Industry, human wisdomand human folly” (Sebagian isi kitab Talmud berlebih-lebihan, sebagiannya lagi menjijikkan dan sebagian lainnya menghina Tuhan. Tapi, kesemuanya itu tersusun dalam satu campur aduk yang memberikan kesan suatu hasil karya manusia yang luar biasa, kearifan manusia dan kebrutalan manusia.)

Dalam Al-Quran juga disebutkan : 

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(QS Al-Maidah: 13)

Beberapa tokoh penting yang berperan sebagai peletak dasar ajaran kitab Talmud, mereka adalah sebagai berikut:

Akiba bin Joseph

Seorang ahli agama Yahudi yang mendirikan mazhab Hakhomiyah Yahudi. Dikenal sebagai peletak dasar Hukum Tak Tertulis (Talmud), lahir sekitar tahun 40-50 M dan wafat pada tahun 135 M.

Rashi

Nama sebenarnya adalah SalomonbenIssac, lahir di Troyes, Perancis tahun 1040 M. Ia dijuluki Rashi sebagai singkatan namanya sendiri yaitu RabenuShlomoYitzchaki (setelah menjadi Hakhom). Ia dikenal kecerdasannya sehingga mampu menyelesaikan Tafsir Tauratnya dalam usia 33 tahun. Tafsir karya Rashi termasuk dalam kategori terbaik bagi kitab tafsir Yahudi. Rashi telah menulis pula tafsir Talmud. Ia juga telah melakukan kunjungan ke Mesir dan Palestina. Wafat dalam usia 75 tahun.

Shammai

Terkadang dipanggil juga dengan nama Hazakenyang artinya “Paling Besar”. Telah mendirikan sekolah untuk para calon ahli hukum agama Yahudi di Jerussalem pada abad pertama Masehi. Ia menjadi musuh utama kaum Pharisi yang menganut mazhab “seenak perutnya” pimpinan Hillel. BegitupunShammai tetap lebih tinggi martabat ilmunya ketimbang Hillel. Tapi ternyata Talmud mengabadikan tantangan Shammai atas Hillel dan pengikutnya (kaum Pharisi) sebelum terjadinya dialog antara Shammai dengan mereka. Pesantrennya dinamai Beth Shammai.

Bahkan Ensiklopedia Yahudi dalam materi “Shammai” telah menuduhnya berbuat keterlaluan –karena berani mengoreksi kaum Pharisi, pencipta kitab Talmud- ia juga dianggap sebagai pembangkang yang telah menyimpang karena mengajak umatnya mengikuti ajaran agama yang benar. Ia mengatakan antara lain “Jadikan Taurat sebagai bahan yang wajib dipelajari, sedikit berbicara dan perbanyaklah amalan. Hadapilah setiap orang dengan wajah yang berseri-seri dan penuh kasih sayang” (Aboth: 1:15). Jelas sekali disini, bahwa sikap Shammai ini menentang secara keseluruhan isi kita Talmud yang diciptakan oleh kaum Pharisi.

Meir

Ia dijuluki juga Baal Hanes yang artinya “Pembuat Mukjizat”, salah seorang ulama angkatan ketiga dari kelompok Hakhom Tannaim. Ia menjadi tokoh terbesar Talmud setelah gurunya Akiba. Nama sebenarnya adalah Measha, kemudian diubah menjadi Meir yang artinya “Cerah Ilmunya” (Munir dalam bahasa Arab) gelar ini diperoleh karena jasana melengkapi Talmud.

Maemonides (Musa ben Maimun)

Tokoh pemikir Yahudi, salah seorang cucu Hakhom Judah Hanasi –pencipta kitab Mishnah. Maimonides dilahirkan di Cordova, Spanyol pada tanggal 10 Maret 1135. Ditasbihkan sebagai paderi Kenisah Yahudi di Cordova pada usia yang cukup muda. Karya pertamanya adalah tafsir Mishnah, dalam pendahuluan kitabnya itu ia mengatakan “Saya Musa ben Maimun memulai penafsiran kitab ini pada usia 23 tahun dan kurampungkan pada usia 30 tahun di Mesir”.

Musa ben Maimun lari ke Kairo ketika itu karena memperoleh tekanan dari kaum Muwahhidin Andalus. Penguasa Mesir pada masa itu adalah seorang cendekia adil, yaitu Shalahuddin Al-Ayyubi. Musa ben Maimun kemudian diangkat sebagai dokter pribadi raja pertama Dinasti Al-Ayyubi itu. Tak lama sesudah kedatangan Musa ben Maimun, Shalahuddin berhasil membebaskan Jerussalem dan sebagain tanah Palestina dari tangan raja-raja Kristen. Musa ben Maimun berhasil mempengaruhi Shalahuddin untuk mengizinkan orang-orang Yahudi kembali bermukim di Palestina. Bahkan ia sendiri berhasil kembali ke Palestina setelah Shalahuddin wafat.

Tatkala berada di Kairo ia belajar bahasa-bahasa Kaldean dan Yunani. Tujuh tahun kemudian ia menjadi Guru Besar di sebuah sekolah di Fustat. Madrasah ini sebuah tempat pendidikan agama Yahudi, Filsafat, Ilmu Pasti dan Kedokteran, yang didirikan oleh orang-orang Yahudi di Mesir. Orang-orang Arab menjuluki ilmuwan Yahudi ini dengan nama Abu Imran Musa bin Maimun Ubaidillah. Muridnya yang paling menonjol adalah Joseph ben Iqnin yang terkenal di Arab sebagai Abu Hajjaj Yusuf bin Ishaq As-Sabati Al-Maghribi. Maimonides juga dikenal sebagai seorang dokter dan ahli ilmu falak yang tersohor bersama-sama dengan Sa’dia ben Barekat.

Muhammad Bahar Abdul Majid menganggap Musa ben Maimun di akhir hayatnya memeluk agama Islam, sebagai bukti salah seorang tokoh sezamannya telah menyaksikan makamnya dan tertulis pada nisan makam itu kalimat “Telah dikebumikan si makam ini Musa ben Maimun, Orang yang terusir, tercampakkan dan telah kafir”.

Saya (Zafrul Islam Khan) pun belum menemukan pernyataan seperti itu dalam buku-buku Yahudi lainnya, samak sekali bukan masalah pernyataan Islamnya. Musa bin Maimun adalah tokoh pemikir besar Yahudi sehingga mereka mempersamakannya dengan nabi Musa, mereka mengatakan “Dari Musa ke Musa belum pernah terlahir seorang pun yang seperti Musa”.

Karya Maimonides yang terpenting adalah.

  1. Daliilul Haarain, membahas masalah falsafah ketuhanan ditulis dalam bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Guide Of The Perplexed.
  2. Yad Hazakah yang artinya “Tangan Yang Kuat”, terdiri dari 14 bagian, Yad dalam bahasa Ibrani adalah 14.

Musa ben Maimun wafat dalam usia 70 tahun , pada tahun 1204 Masehi.

Hilel

Lahir di Babilonia dan kemudian pindah ke Palestina. Ia menjadi pendiri Sekolah Agama Yahudi dengan nama Beth Hillel di abad pertama masehi. Hillel dikukuhkan sebagai pemimpin agama Yahudi selama 40 tahun di Jerussalem, sejak tahun 30 sebelum masehi sampai tahun 10 Masehi. Dialah tokoh utama kaum Pharisi yang sering disitir dalam kitab Injil karena penyelewengan mereka.

Judah Hanasi

Memperoleh gelar sebagai “Hakhom Yang Suci” atau “Sang Pemimpin”. Dialah tokoh ulama terbesar Yahudi yang menghimpun kitab Mishnah sekitar tahun 190-200 Masehi.

Rujukan utama

Buku Talmud Tarikhuhu wa Ta’alimuhu karangan Zhafrul Islam Khan yang dicetak di Beirut tahun 1972. Unduh kitab di tautan ini.

[ebook] Talmud, Kitab Hitam Yahudi yang Menggemparkan, oleh Prof. Dr. Muhammad Asy-Syarqawi (Dosen Filsafat Islam dan Perbandingan Agama, Univ. Kairo). Link unduh.

Sefaria.org| A Living Library of Jewish Texts Online


[1] Talmud wa Suhyuniyyah, oleh As’ad Zaruq, Kairo, maktab albahts, 1970, hal.87

[2] Kaum Pharisi adalah suatu sekte Yahudi yang lahir menjelang kedatangan nabi Isa u, dikenal sebagai kelompok yang sangat taat melaksanakan tata cara (ritus) dan upacara keagamaan berdasarkan undang-undang tertulis (Taurat) dan diketahui sebagai kaum yang sangat memaksakan keyakinannya tentang keshahihan (validitas) penafsiran (Undang-Undang Lisan) mereka berkenaan dengan hokum-hukum.

[3] Jelas sekali apa yang disebut oleh Musa ben Maimun (Maimonides) bahwa para ulama Yahudi belum pernah sepakat tentang masalah ini.

[4] Kanzul Marshud fi Qawaid Talmud, hal.1:29

[5] (Hakhom) D.A. Fabian, The Babylonian Talmud, hal 5

[6] Tanna’im artinya “Guru”, gelar yang diberikan khusus bagi ulama bangsa Yahudi setelah kematian Hillel dan Shamai, yaitu pada tahun ke 10 SM sampai menginggalnya Judah Hanasi, sekitar tahun 200 M. Jumlah ulama Tannaim mencapai 200 orang ulama Yahudi, sebagian besar bergelar Hakhom yang juga berarti guru atau orang bijak. Jika seorang ilmuan Yahudi itu menjabat sebagai Paderi di kuil mereka, maka ia diberi gelar Rabbi yang berarti guru kita. Sementara Amoraim berasal dari kata Amar yang artinya “Berbicara”, sebutan ini diberikan kepada para penafsir atau pembicara.

[7] Strack Herman L, Introduction to the Talmud and Midrsah, Philadelphia, 1945, hal.4

[8] Kraus, Samuel, Dr. The Mishnah Treatise Sanhedrin, Leiden, 1909 (Semitic Studies Serie-XI), hal V-VI

[9] Kraus, Samuel, Dr. The Mishnah Treatise Sanhedrin, Leiden, 1909 (Semitic Studies Serie-XI), hal VII

[10] Sesuai dengan pernyataan readktur Ensiklopedia Umum Yahudi, Dr. Joseph Barkley dalam bukunya “Kesusastraan Ibrani”: “Saat ditulisnya Talmud Jerussalem dan Babilonia, bangsa Yahudi berada dalam kondisi damai (Comparative Peace). Sejak wafatnya Hakhom Yudah yang suci sampai dengan dinobakatkannya Konstantin sebagai raja (Romawi), biara Thabariyah tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk ataupun tekanan-tekanan”. (hal.12)

[11] Jelas sekali bahwa Talmud Jerussalem saat ini masih tetap ada, tapi dalam keadaan semrawut, sementara Talmud Babilonia menderita banyak kekurangan. Untuk kalangan Yahudi sendiri tetap digunakan Talmud yang asli seperti yang diterbitkan di Venezia.

[12] Lahir di Babilonia pada tahun 175 M dan wafat pada tahun 247 Masehi

[13] Lihat The Babylonian Talmud, karya Dr.  Fabian, hal.7

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

5 Comments

  1. Senang bisa membaca uraian di atas. Saya berterima-kasih karena sudah memberi pencerahan.
    Namun yang saya sesalkan adanya kebencian dari si penulis tentang objek yang di teliti/ditulis.
    Sebagai orang yg menjunjung keilmuan tidak semestinya jadi subjektif

  2. Ketika Allah berfirman dalam kitab-Nya Dia bukan menjadi objek tetapi menjadi subjek yang memberikan informasi benar atau salah.

    Dalam banyak ayat, Allah menjelaskan bagaimana Yahudi merubah kitab suci yang diturunkan kepada mereka.

    Subjektifitas yang saya angkat bersumber dari firman-Nya dan Dia yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang dulu, sekarang dan akan datang.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *