Sejarah Syi’ah Membunuh Jamaah Haji dan Mencuri Hajar Aswad

AHMADBINHANBAL.COM – Qaramithah adalah kelompok Syiah Ismaili yang berpusat di al-Hasa (Arabia Timur), dikenal karena melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah. Mereka juga melakukan penyerangan dan pembantaian terhadap jamaah haji dan penduduk Makkah, serta mencuri Hajar Aswad dari Ka’bah.

Baca selengkapnya dan bagikan kepada yang lain.

Mengenal Daulah Qaramithah

Daulah Qaramithah adalah kerajaan yang berideologi Syi’ah Isma’iliyah sebuah ideologi sesat yang meyakini imamah (kepemimpinan) Ismail bin Ja’far Ash Shadiq.

Setelah wafatnya Ja’far bin Muhammad Ash Shâdiq, kaum Syi’ah terpecah menjadi dua kelompok.

  • Satu kelompok menyerahkan kepemimpinan kepada anaknya, yaitu Mûsâ Al Kâzhim, mereka inilah yang kemudian disebut Syi’ah Itsnâ ‘Asyariyah (aliran Syi’ah yang meyakini adanya imam yang berjumlah dua belas orang).
  • Dan satu kelompok lagi menyerahkan kepemimpinan kepada anaknya yang lain, yaitu Ismâ’il bin Ja’far, kelompok ini kemudian dikenal sebagai Syi’ah Ismâ’iliyah. Kadang kala mereka dinisbatkan kepada madzhab bathiniyah dan kadang kala dikaitkan juga dengan Qarâmithah. Akan tetapi, mereka lebih senang disebut Ismâ’iliyah. [ Al Milal wan Nihal (I/191-192)]. Mereka percaya pada tujuh imam Ismailiyah, yaitu Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Ali bin Husain Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Isma’il bin Ja’far, dan Muhammad bin Isma’il¹. Mereka menolak imam-imam Ismailiyah yang lain yang kemudian mendirikan Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.

Daulah Qaramithah dinisbahkan kepada Hamdan bin al-Ash’ath, yang dikenal sebagai Qarmat, seorang tokoh sekte Ismailiyah di wilayah Kufah yang kemudian dikenal dengan Hamdân Qirmith, pemimpin mereka. Kemudian pengikut-pengikutnya dikenal dengan sebutan Qarâmithah (قرامطة) atau Carmathians dalam bahasa Inggris. Daulah ini didirikan oleh Abu Said Al Jannabi tahun 278 H berpusat di Bahrain. Daulah ini berkuasa selama kurang lebih 188 tahun. Menguasai daerah Ahsa’, Hajar, Qathif, Bahrain, Oman, dan Syam.

Ketika mereka sudah memiliki kekuatan dan berhasil mendirikan daulah Bahrain, mereka melakukan perampasan, pembunuhan dan pemerkosaan, kekejaman yang mungkin tidak dilakukan oleh bangsa Tatar maupun kaum Nasrani sekalipun. Mereka inilah, yang telah bersekutu bersama kaum Nasrani dan Tatar (Mongol) untuk melawan Islam dan kaum Muslimin. Di antara tokoh mereka yang menimpakan fitnah besar terhadap kaum Muslimin adalah Abu Thâhir Sulaimân bin Hasan Al Janâbi.

Aqidah dan Pemikiran Qaramithah

Qaramithah memiliki yang berbeda dengan mayoritas ummat Islam, seperti aqidah bada’, aqidah rafidhah, dan aqidah raj’ah.

Qaramithah juga memiliki doktrin-doktrin radikal dan sesat, seperti menolak shalat, puasa, haji, zakat, dan syariat Islam lainnya. Mereka juga menganggap Ka’bah sebagai berhala dan menghina Nabi Muhammad saw. Mereka mengklaim memiliki ilmu batin yang lebih tinggi daripada ilmu lahir. Mereka juga melakukan tindakan-tindakan kekerasan dan terorisme terhadap kaum Muslimin lainnya, seperti merampok karavan dagang, membakar masjid-masjid, dan membunuh ulama-ulama.

Al-Qaramithah memiliki pemikiran bahwa mereka tidak menganggap suci Makkah dan Ka’bah, tetapi tanah Karbala lebih utama daripada Makkah, dan Masyhad Husaini (baca artikel kami: Dimana Kepala Imam Husain Dimakamkan?) lebih utama daripada Ka’bah. Juga mereka menganggap orang-orang yang berhaji ke Baitullah Al-Haram tidak mendapatkan kemuliaan apa-apa. Mereka lebih mengutamakan berziarah ke makam Al-Husain dan menggangap itu sama dengan pergi haji.

Rentetan Peristiwa

Tahun 294 H, Qaramithah dipimpin Zakrawaih menghadang kepulangan jamaah haji dan menyerang mereka pada bulan Muharram.

Terjadilah peperangan besar kala itu. Di saat mendapat perlawanan sengit, Syi’ah Qaramithah menarik diri dengan nada bertanya, “Apakah ada wakil sultan di antara kalian?”

Jamaah haji menjawab, “Tidak ada seorang pun (yang kalian cari) di tengah-tengah kami.”

Qaramithah lalu berujar, “Maka kami tidak bermaksud menyerang kalian (salah sasaran).”

Peperangan pun berhenti. Sesaat kemudian, ketika jamaah haji merasa aman dan melanjutkan perjalanannya, maka para pengikut Syi’ah kembali menyerang mereka. Banyak jamaah haji yang terbunuh disana. Adapun mereka yang melarikan diri, diumumkan akan diberi jaminan keamanan oleh Syi’ah. Ketika sisa jamaah haji tadi kembali, maka pasukan Syi’ah berkhianat dan membunuh mereka.

Peran kaum wanita Syi’ah pun tidak kalah sadisnya. Paska perang, kaum wanita Syi’ah mengelilingi tumpukan-tumpukan jenazah dengan membawa geriba air. Mereka menawarkan air tersebut di tengah-tengah korban perang. Apabila ada yang menyahut, maka langsung dibunuh. Jumlah jamaah haji yang terbunuh saat itu mencapai 20.000 jiwa, ditambah dengan harta yang dirampas mencapai dua juta dinar. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Tahun 312 H, Qaramithah dipimpin Abu Thahir, putra Abu Said, menyerang jamaah haji asal Baghdad ketika pulang dari Mekah pada bulan Muharram. Mereka membunuh dan merampas hewan-hewan bawaan jamaah haji tersebut. Adapun sisa jamaah haji, ditinggalkan begitu saja sehingga mayoritasnya mati kehausan di tengah teriknya matahari. [Târîkh Akhbâr Qarâmithah hlm. 38]

Tahun 315 H, Qaramithah berjumlah 1.500 tentara dipimpin oleh Abu Thahir maju menuju Kufah pada bulan Syawwal. Mereka dihadapi oleh pasukan Khalifah saat itu sebanyak 6.000 tentara. Walhasil, pasukan Syi’ah memenangkan peperangan dan berhasil membunuh mayoritas pasukan Kufah.

Al-Mas’udi menyebutkan bahwa orang-orang Qaramithah terus menyerang pinggiran Mekah, dan rute ziarah Haji yang datang dari Irak, Syam dan lainnya, yang secara negatif mempengaruhi jumlah peziarah Haji yang datang, dan tahun demi tahun jumlah peziarah dan pelaku umrah mulai berkurang, dan citra Abbasiyah semakin runtuh di kalangan masyarakat umum, dan pada tahun 317 H banyak ulama mengeluarkan fatwa yang membatalkan haji untuk melindungi jiwa dan kehormatan jamaah Haji.

Sampai bencana besar datang pada tahun yang sama, Abu Thahir al-Qarmati, pemimpin mereka, memutuskan untuk memasuki Makkah sendiri dan melakukan apa yang mereka sukai!

Sebanyak 700 tentara dipimpin Abu Thahir, membunuh jamaah haji yang sedang menunaikan manasiknya. Sementara itu, Abu Thahir duduk di depan Ka’bah dan berseru, “Aku adalah Allah, demi Allah, aku menciptakan seluruh makhluk dan yang mematikan mereka.”

Tentara Abu Tahir menyerbut jamaah haji dengan ganas, membunuh dan menginjak-injak dengan barbarisme yang tragis, meneriaki korban dengan ejekan dan kebrutalan: “Wahai keledai! Bukankah kamu mengatakan di rumah ini bahwa siapa pun yang memasukinya aman? Di mana kehormatannya sekarang?” (Akhbar Makkah, 3: 103)

Mereka menyerang jamaah haji di Masjidil Harâm, dan membunuhi para jamaah yang berada dalam masjid lalu membuang mayat mayat ke sumur Zamzam. Mereka membunuh orang orang di jalan-jalan kota Mekah dan sekitarnya. Jumlah korbannya mencapai 30.000 jiwa.

Bahkan ia merampas kelambu Ka’bah dan membagi-bagikannya kepada pasukannya. Ia menjarah rumah-rumah penduduk Mekah dan mencungkil Hajar Aswad dari tempatnya untuk ia bawa ke Hajar (ibukota daulah mereka di Bahrain). [Târîkh Akhbâr Qarâmithah hlm. 54]

Abu Thahir segera memerintahkan pasukannya untuk mengambil pintu Ka’bah, dan menyobek-nyobek tirai Ka’bah. Salah seorang tentaranya memanjat Ka’bah untuk mengambil talangnya, namun tewas terjatuh. Ia juga memerintahkan salah satu tentaranya untuk mengambil Hajar Aswad.

Tentara tersebut mencongkelnya dan dengan angkuhnya berseru,

“Mana burung yang berbondong-bondong itu? Mana pula batu dari neraka Sijjil (yang menimpa pasukan Raja Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah menjelang masa kelahiran Nabi)?”

Imam Ibnu Katsir rahimahullah merekam kekejaman yang dilakukan oleh Abu Thâhir Al Janâbi Al Bâthini ini dengan berkata:

“Ia menjarah harta penduduk Mekah dan menghalalkan darah mereka. Ia membunuhi manusia di rumah-rumah mereka hingga yang berada di jalan-jalan. Bahkan menjagal banyak jamaah haji di Masjdil Haram dan di dalam Ka’bah. Lalu pemimpin mereka, yakni Abu Thâhir –semoga Allâh Azza wa Jalla melaknatnya- duduk di pintu Ka’bah, sementara orang-orang disembelihi di hadapannya dan pedang-pedang berkelebatan membantai orang-orang di Masjidil Haram pada bulan haram (suci) di hari Tarwiyah yang merupakan hari yang mulia.

Sementara Abu Thâhir ini berseru, “Aku adalah Allâh, Allâh adalah aku. Aku menciptakan makhluk dan akulah yang mematikan mereka. Orang-orang pun berlarian menyelamatkan diri dari kekejaman Abu Thâhir ini. Di antara mereka bahkan ada yang bergantung pada kelambu Ka’bah. Namun itu tidak menyelamatkan jiwa mereka sedikit pun. Mereka tetap ditebas habis dalam keadaan seperti itu. Mereka dibunuhi meskipun mereka sedang bertawaf…”

Ibnu Katsir melanjutkan,

“Setelah pasukan Qarâmithah ini melakukan aksi brutal mereka itu –semoga Allâh melaknat mereka- dan perbuatan keji mereka terhadap para jamaah haji, Abu Thahir ini menyuruh pasukannya agar melemparkan mayat-mayat yang tewas ke sumur Zamzam. Dan sebagian lain dikubur di tempat-tempat mereka di tanah haram bahkan di dalam Masjidil Haram.

Lalu kubah sumur Zamzam pun dirobohkan. Kemudian Abu Thâhir memerintahkan agar mencopot pintu Ka’bah, melepaskan kelambunya, untuk ia koyak-koyak dan bagikan kepada pasukannya.”  [Al Bidâyah wan Nihâyah (XI/160)]

Setelah berlalu enam hari, mereka pulang membawa Hajar Aswad.

Gubernur Mekah dengan dikawal pasukannya segera menemui pasukan Syi’ah tersebut di tengah jalan. Berharap agar mereka mau mengembalikan Hajar Aswad dengan imbalan harta yang banyak. Namun Abu Thahir tidak menggubrisnya. Terjadilah peperangan setelah itu.

Pasukan Qaramithah menang dan membunuh mayoritas yang ada di sana. Lalu melanjutkan perjalanan pulang ke Bahrain dengan membawa harta rampasan milik jamaah haji. Setelahnya, dibuatlah maklumat menantang umat Islam bila ingin mengambil Hajar Aswad tersebut, bisa dengan tebusan uang yang sangat banyak atau dengan perang.

Hajar Aswad pun berada di tangan mereka selama 22 tahun. Mereka lalu mengembalikannya pada tahun 337 H, setelah ditebus dengan uang sebanyak 120.000 emas dinar oleh Al Muthi’ Lillah, seorang khalifah Daulah Abbasiyah.

Penyerangan Era Modern

Pada tahun 1987, Syiah Iran menyerang Ka’bah di Makkah. Mereka pergi ke sana untuk menaklukkan Ka’bah dan menjatugkannya. Tetapi karena kasih karunia dari Allah dan doa semua jamaah Haji Muslim yang mulia, Pasukan Keamanan Saudi Arabia berhasil mengusir mereka pergi. Sekitar 405 orang tewas saat keluar dari Masjidil Haram dari mereka  dan 50 orang jamaah haji lain dari seluruh dunia.

Faiz Syakir, salah seorang juru bicara Syi’ah Hizbullah Libanon, berbicara secara langsung dalam sebuah program wawancara di OTV. “Hizbullah tidak akan dapat dimusnahkan. Hizbullah pasukan terkuat di kalangan negara-negara Arab. Lebih kuat daripada seluruh peradaban di dunia dari segi ekonomi, kekuatan militer dan sosial,” ujar Syakir, Agustus 2013.

Pernyataan Syakir ini sehubungan dengan adanya ancaman Bandar bin Sultan—putera mahkota Raja Qatar yang akan menyerang Basyar al-Assad. “Apa lagi yang kalian pikirkan? Kami tidak takut pada ancaman itu? Bahkan kami tidak takut pada Saudi, sekalipun dengan seluruh kekuatannya, dari raja hingga rakyat mereka yang terakhir. Mereka pikir, mereka siapa?”

“Jika mereka membom Gunung Qasiun di Damaskus, pusat kekuatan militer Basyar, maka kami akan menyerang Mekah di depan kepala mereka sendiri!”

Wartawan yang hadir di situ sontak melontarkan pertanyaan, “Mekkah? Bukankah itu tempat suci bagi mereka?”

“Biarkan saya berbicara. Saya tidak peduli lagi semuanya. Ini fakta. Kami akan memusnahkan Mekkah dan Madinah, juga Jeddah dan Riyadh, dengan semua yang ada di dalamnya, yang tinggal dalam kota-kota ini. Ini fakta dan strategi kami. Keberadaan kami lebih penting dari ‘batu-batu’ dan ‘bukit-bukit’ mereka.”

Wartawan yang masih dalam keadaan terkejut, kembali bertanya, “Siapa yang akan memusnahkan Mekkah? Iran? Suriah? Hizbullah? Tempat itu adalah tempat suci bagi mereka…”

“Saya tidak akan mengatakannya. Tapi jika mereka mengancam kami, kami tahu bagaimana membalas ancaman itu,” pungkasnya.

Sumber:

Kitab Al-Milal wal Nihal dan Al-Bidayah wan Nihayah

Imad Ali Abdus Sami’. 2006. Pengkhianatan-Pengkhianatan SYIAH dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Ummat Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Muhammad Syu’ban Ayyub, لقرامطة.. يوم سرقوا الحجر الأسود واحتلوا الكعبة المشرفة, aljazeera.net. الرابط: https://www.aljazeera.net/midan/intellect/history/2019/5/17/ (diakses pada 19 Juni 2023)

Jumal Ahmad. 2012. Biografi Imam Ja’far As-Shadiq, Perbandingan Sunni Syiah dan Serial Imamul Fuqaha’, link: https://ahmadbinhanbal.com/biografi-imam-jafar-as-shadiq/

Majalah Miratuna, القرامطة.. سرقوا الحجر الأسود واحتلوا الكعبة!, Youtube: 06: 42, https://youtu.be/T4X0qq4DBks (diakses pada 19 Juni 2023)

Informasi update: 1) 19 Juni 2023: ditambah keterangan dari video kajian di YT.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

2 Comments

  1. Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Silakan.
    Terima kasih sudah berkunjung di blog sederhana kami.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *