Dari dahulu kegiatan para Misionaris memang luar biasa. Dengan gigih mereka mengadakan berbagai konfrensi yang bertujuan hendak mengkristenkan Islam. Taring-taring mereka tak henti-hentinya menggigit dan mengoyak kaum muslimin. Dengan berbagai upaya mereka tak putus-putusnya mengkristenkan dunia kaum muslimin.
Sampai sekarang tidak ada seorangpun yang mengingkari kebesaran toleransi Islam dalam sepanjang sejaranya dan dalam perlakuan Islam terhadap orang-orang yang berbeda aqidah dan pikiran, Islam tidak berusaha menghapus kepribadian seseorang dan sejarahnya. Islam mengatur hubungan itu atas dasar konsepsi yang belum pernah dikenal manusia, baik dari zaman dahulu maupun dalam masyarakat modern dewasa ini.
Hubungan baik itu bukan isapan jempol belaka tapi Islam memang merupakan agama dan wahyu dari Allah swt. Sebagaimana firman-Nya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. ( 9 ) Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Surat 60 Al-Mumtahanah: 8-9)
Sejarah pun telah membuktikan kepada kita tentang makna toleransi dalam Islam. Sebagaimana ketika pasukan Tartar menguasai Syam dan berhasil menawan penduduknya yang muslim dan non muslim. Pemimpin pasukan Islam saat itu yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pergi menghadap komandan Tartar dan meminta agar orang-orang yang tidak bersalah dibebaskan.
Komandan Tartar menyetujui tetapi hanya membebaskan orang Islam saja. Melihat hal itu Syaikhul Islam menolak dan mengatakan: “Kami tidak setuju pelepasan sebagian kami. Kami menuntut semuanya dibebaskan, karena umat Yahudi dan Nasrani itu adalah ahli dzimmah kami. Kami tidak sudi ahli dzmimmah atau ahli millah kami ditawan.” Mendengar pernyataan tersebut komandan pasukan itu melepaskan semua tawanannya.
Di bawah naungan pemerintahan Islam, keadilan dan keamanan dapat direalisasikan dan dibuktikan. Tetapi meskipun lembaran sejarah menjadi saksi kejayaan Islam dengan berbagai toleransi, keadilan dan kelunakannya, tetap saja dari dahulu sampai sekarang Islam tetap saja dihadang dengan kekerasan, kekejaman dan kekejian. Bahkan yang lebih mengherankan lagi bahnyak ahli sejarah yang ‘bermuka badak” memutar balikkan toleransi dan keadilan Islam.
Pada tahun 1907 tekah terbentuk suatu panitia yang terdiri dari pada cendekiawan dan guru besar dari berbagai universitas di Inggris. Tujuan utama pembentukan panitia tersebut adalah untuk membahas cara dan upaya paling efektif dalam mengabadikan penjajahan mereka di dunia Timur.
Setelah membahas sejarah secara mendalam, akhirnya mereka menarik kesimpulan bahwa sumber petaka bagi para penjajah itu adalah daerah-daerah yang terletak di kawasan Laut Tengah yakni daerah sepanjang pantai Laut Tengah di selatan mulai dari Rabat sampai Iskandariyah. Daerah-daerah tersebut adalah jembatan darat yang menghubungkan Asia dengan Afrika yaitu terusan Suez. Dan dua sisi Laut Merah sepanjang pantai Samudra Hindia dan Laut Arab hingga Teluk Basra, di kawasan ini hidup suatu bangsa yang sensitife, memiliki kesatuan sejarah dan agama, kesatuan bahasa dan cita-cita yaitu umat Islam.
Panitian itu kemudian mempertanyakan “Bagaimana keadaannya bila berbagai sasrana modern masuk dalam kawasan ini? Bagaimana pula bila berbagai ilmu merata di kalangan bangsa ini? Bila hal itu sudah terjadi maka tak diragukan lagi, semua kerajaan dan pemerintahan mereka akan tergilas habis.
Dari pertemuan itu panitian akhirnya menemukan jalan ke luar yang kemudian dijadikan sebagai keputusan bersama. Mereka menyebarkan keputusan tersebut dan memberi nasihat kepada para penjajah Barat Nasrani agar memperketat hal-hal di bawah ini.
- Berusaha keras memecah-belah dan menjadikan penduduk kawasan ini sebagai manusia yang terbelakang.
- Berupaya terus agar kaum muslimin tetap terpecah-belah dan berselisih.
- Sebagai upaya mendesak, panitia itu juga menganjurkan kepada penjajah Barat agar berusaha memisahkan bagian Afrika dengan Asia.
Sistem pemisahan tersebut dilakukan dengan mendirikan tembok pemisah pada jembatan darat yang menghubungkan benua Asia dan Afrika dan yang menghubungkan keduanya dengan Laut Tengah. Jika sudah tercipta begini, maka didekat kawasan terusan Suez itu akan terbentuk kekuatan penjajah dan musuh penduduk kawasan tersebut. Demi merealisasikan rencana itu, disusun dan dilakukanlah suatu surat keputusan Balfour Declaration pada tahun 1917, yang isinya menetapkan tanah air bangsa Yahudi adalah Palestina.
Selain itu, mereka juga menggalakkan kristenisasi di kawasan tersebut. Salah seorang pastur kawakan yang bernama Pastur Samuel mengatakan sebenarnya hasil yang dicapai para penginjil di Negara-negara Islam memiliki dua keistimewaan yaitu membangun dan menghancurkan atau dengan kata lain ‘mengurai dan menyusun kembali’.
Sebenarnya pekerjaan menyiarkan agama Nasrani kepada non Nasrani sudah lama dilakukan misionaris, berbagai cara mereka laukan untuk membujuk dan menarik kaum muslimin, namun hal ini tidak sampai menimbulkan kekeruhan dan kebencian masyarakat. Tapi sekarang sudah beda, pihak gereja sudah berani menempuh cara-cara fanatic yang membangkitkan emosi kaum muslimin.
Salah satu propaganda gereja yang paling berbahaya adalah memfitnah Islam dengan keji selama perang Salib dan sesudahnya. Mereka melukiskan seolah-olah agama Islam terbelakang dan sesat. Hal ini membuat jiwa bangsa Eropa merasa sangat benci dan muak terhadap Islam dan kaum muslimin. Perasaan semacam itu kemudian diwariskan kepada generasi di bawahnya tanpa ada pembuktian dan penelitian. Hal itu seolah-olah sebagai aksioma yang tidak bisa dibantah lagi.
Raimond Loll adalah misonaris pertama dari Spanyol yang melancarkan kegiatan itu sesudah perang Salib. Untuk melancarkan rencananya ia sengaja mempelajari bahasa Arab dan dengan gigih berusaha mengatasi segala macam dan setelah siap, ia mengembara ke berbagai negara Islam.
Pada umumnya semua orang terutama pelajar mengetahui bahwa kebangkitan Eropa berkaitan dengan revolusi umat Nasrani melawan keangkuhan gereja. Pada wakti itu revolusi tidak bisa dipadamkan. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan menyingkirkan gereja dari berbagai pentas kehidupan. Bahkan dalam sebagian besar lapangan hidup gereja sudah diasingkan. Akhirnya fungsi gereja hanya untuk menyelenggarakan upacara-upacara seperti upacara pernikahan, menerima pengakuan dosa, dan memberikan khotbah pada hari Ahad. Sejak saat itu gereja tidak berhasil memulihkan kekuasaannya lagi terhadap umatnya di Barat. Gereja telah gagal memecahkan berbagai problema dan tidak lagi berdaya menyuguhkan keamanan rohani.
Orang-orang Barat, terutama pada pemudanya, sudah mengetahui dengan jelas ketidakberdayaan gereja dalam memecahkan berbagai problema yang dihadapi. Akhirnya mereka menjauhkan diri dari lingkungannya dan bertindak sendiri dalam mengobati berbagai penyakit yang menyerang diri dan melemahkan kalbunya. Akhirnya para pemuda itu menciptakan obat penenang hasil imajinasinya yang sesat dan merusak. Inilah yang telah menjerumuskan generasi muda ke dalam berbagai dekadensi moral, kekacauan masyarakat dan keagamaan.
Dari sini kemudian mereka mengembangkan budaya dan pergaulan telanjang laki-laki dan perempuan di tempat terbuka di suatu daerah tertentu, biasanya di sebuah pulau terpencil. Pada saat itu mereka menganggap seolah-olah mereka hidup lebih bahagia dalam masyarakat hewani daripada hidup dalam masyarakat insani yang tidak mampu memberikan ketenangan jiwa dan kebahagiaan rohani.
Semakin lama gaya hidup mereka pun muali berkembang ke dalam gaya hidup play boy, hippy dan gejala seks bebas yang abnormal. Mereka banyak mengunakan ganja, mariyuana dan narkotik. Mereka bahkan cenderung melakukan kerusakan dan kejahatan.
Maka ketika gereja melihat tidak ada lahan baru buat mereka, gereja mencari lahan baru. Apalagi gereja memang diberi kesempatan luas, perlindungan yang mapan dan dana yang cukup banyak dari penjajah Barat yang menggerogoti negara-negara Islam. Gereja kini menemukan jalan yang terbentang luas, mereka bekerja sama dengan penjajah Barat yang memang mendorong gerekan missionaris di negara-negara Islam.
Mereka melakukannya tanpa mengindahkan norma dan aturan permainan yang ada, sehingga menimbulkan kegelisahan dan kebencian masyarakat muslim. Kekuatan atau pengaruh penjajahan di negara-negara Islam merupakan kesempatan emas gereja. Kesempatan ini tidak mungkin disia-siakan, terutama bila ditinjau dari beberapa segi di bawah ini.
- Pengaruh asing telah berhasil menguasai kekuatan-kekuatan umat Islam. Ini merupakan kesempatan baik untuk merenggut kewibawaan umat dan untuk membangkitkan keberanian para missionaris terhadap agama anak pribumi yang sudah ditaklukkan.
- Mengandalkan pengaruh orang-orang Nasrani negeri itu. Ini dilakukan dengan membangkitkan kesombongan golongan yang mereka miliki. Mereka mengarahkan golongannya untuk bekerjasama memukul Islam.
Salah seorang missionaris senior mengatakan bahwa kegiatan agama Nasrani yang tersebar di kalangan missionaris Amerika bergerak terutama di tengah-tengah umat Islam. Dalam melancarkan kegiatan missinya itu mereka menggunakan pengaruh Inggris yang pada waktu itu (antara tahun 1945-1955) mempunyai pengaruh yang cukup kuat di negara-negara Islam. Missionaris itu berhasil menempatkan kedudukan gereja sehingga ia dapat melaksanakan missinya dengan lebih hebat lagi. Dari sinilah bertemunya tujuan-tujuan gereja dengan tujuan-tujuan penjajah dan akhirnya mereka bekerjasama menghancurkan Islam. Keduanya bekerjasama demi mempertahankan hidup.
Para penjajah dan gereja memang sudah bersepakat akan menggalakkan program missionaris berselubung atas dasar ilmiah dan spiritual sehingga mereka tidak mengalami kegagalan seperti yang telah dialami kaum Salib dahulu. Untuk melapangkan jalan para missionaris itu, mereka melandaskan semua kegiatannya pada berbagai bidang studi psikologi.
Untuk mempererat kerjasama dalam melancarkan gerakan missionaris, mereka kemudian sepakat mengadakan konfrensi-konfrensi missionaris yang sampai saat ini telah dilakukan berulang kali. Konfrensi yang terpenting di antaranya.
- Konfrensi Kairo yang diselenggarakan di rumah ‘Arabi pada tahun 1906 M/1324 H
- Konfrensi Edenburgh di Inggris yang diselenggarakan pada tahun 1910 M/ 1328 H
- Konfrensi Lucknow di India pada tahun 1911 M/ 1329 H
- Tiga konfrensi di Yerussalem Palestina pada tahun 1924, 1935 dan tahun 1961 M.
Pada abad 20 ini kegiatan missionaris semakin ditingkatkan dan semakin disempurnakan. Ini dimaksudkan untuk menjamin suksesnya program menumpas Islam di kandangnya sendiri. Tapi yang aneh, mereka tidak pernah mempunyai gagasan apalagi melaksanakan konfrensi untuk mengembalikan Eropa ke pangkuan gereja, padahal bangsa Eropa telah mencuci bersih tangannya dari agama Nasrani dan gereja sudah putus asa merangkul mereka.
Intisari konfrensi Lucknow menganjurkan pendirian sekolah khusus bagi para missionaris di Mesir dipercepat. Mereka juga memutuskan untuk melibatkan kaum wanita dalam kegiatan missionaris yang akan diarahkan untuk mengkristenkan wanita-wanita Islam dan anak-anaknya.
Konfrensi-konfrensi itu mengkhususkan bahasannya kepada hal-hal yang berkaitan dengan masalah penyebaran agama. Mereka sama sekali tidak menyinggung masalah politik dan ekonomi. Tetapi konfrensi yang diselenggarakan penjajah Jerman banyak berbicara tentang berbagai aspek, baik politik, ekonomi, missionaris dan sebagainya. Konfrensi ini diselenggarakan khusus untuk membahas aspek-aspek penjajahan Jerman di Afrika. Konfrensi ini memiliki kesitimewaan dengan dua ciri.
- Mereka membahas masalah-masalah industri dan ekonomi
- Memutuskan keharusan mempersatukan tujuan-tujuan politik penjajahan Jerman
Keterangan ini berdasarkan pernyataan Chanical, direktur Kamar Dagang di Hamburg yang mengatakan bahwa peningkatan kekayaan jajahan tergantung pada kualitas orang-orang yang dating ke daerah-daerah jajahan. Cara yang paling penting untuk mensukseskan cita-cita itu ialah dengan memasukkan agama Nasrani ke negara-negara jajahan karena ini merupakan syarat untuk meraih cita-cita.
Begitulah, kini anda dapat mengetahui sendiri bahwa dunia Islam dikepung dengan berbagai program penyerbuan yang ketat dan cermat. Penyerbuan ini dimulai dari hasil bumi dan kekayaan lainnya sampai kepada agama dan aqidah. Ini dilakukan melalui sarana pendidikan, pengajaran serta nilai kepribadian lainnya. Musuh-musuh Islam sepertinya ingin cepat menghabisi korbannya yang sudah terbius, sehingga apabila umat Islam sudah mulai siuman, ia menemukan dirinya asing dari agama dan kebudayaannya sendiri.
Dalam menghadapi dan mengatasi serangan dan gencatan ini, sudah sejauh manakah upaya yang dilakukan kaum muslimin?
Sumber:
Aktharut Tanshir fi Biladil Muslimin oleh Muhammad Andurrahman Awwab
Tarikhu Jam’iyyati Muqawwamati Tanshir fil Mishriyyah oleh Dr. Khalid Na’im