Mengenal Al-Hasan bin Shafi, Rajanya Ahli Nahwu ~ JUMAL AHMAD

Daftar Isi

Siapa Al-Hasan bin Shafi?
Menggelar diri Raja para Ahli Nahwu
Syair Abu Nizar yang memuji Nabi Muhammad SAW

Siapa Al-Hasan bin Shafi?

Abu Nizar al-Hasan bin Abi al-Hasan Shafi bin Abdullah bin Nizar bin Abi al-Hasan an-Nahwi (bahasa Arab: أبو نزار الحسن بن أبى الحسن صافى بن عبد الله بن نزار بن أبى الحسن النحوي) atau lebih dikenal dengan Al-Hasan bin Shafi atau Malik an-Nuhat (Raja para ahli nahwu) (lahir di Bagdad pada tahun 489 H wafat di Damaskus pada tahun 568 H) adalah seorang ulama dibidang Nahwu.

Guru-gurunya:

Abu Abdillah al-Qairawani, dalam bidang fikih mazhab Syafi’i dan Ushuluddin.
As’ad al-Maihani, dalam bidang fikih perbandingan.
Abu al-Fath bin Burhan, Penulis al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh dan al-Wasith fi Ushul al-Fiqh, dalam bidang ushul fiqh.
Al-Fashihi, dalam bidang nahwu.

Keempat gurunya mengajarkannya di Bagdad. Kemudian ia pergi ke Khurasan, Kerman dan Ghazni, dan sempat tinggal di Syam beberapa waktu.

Menggelar diri Raja para Ahli Nahwu

Abu Nizar memiliki sikap sombong dengan ilmu nahwunya, mengangkat dirinya dengan gelar Raja Ahli Nahwu. Dia suka meremehkan ahli nahwu yang lain, menyebut ulama lain dengan sebutan ‘anjing yang menyalak’.

Suatu hari ada seseorang yang menegurnya jika ia menyebut anjing kepada orang lain, katanya, ‘jika semua ahli nahwu adalah anjing, maka Anda bukan Raja Ahli Nahwu tetapi Raja para Anjing!!’.

Tapi jangan main-main dengan Abu Nizar, pendapat nahwunya disambut oleh Ibnu Hisham dan dimuatk di kitab Mughninya.

Perkataan ulama tentangnya:

‘Imad al-Asbahani berkata:

“Ia merupakan orang mulia yang terkemuka, unggul dalam ilmu nahwu hingga menjadi ahli nahwu terbaik pada zamannya, ia sangat baik dalam memahami, fasih dan pandai, namun ia memiliki rasa sombong terhadap dirinya sendiri, ia memberikan gelar untuk dirinya raja nahwu, dan ia akan marah bagi orang-orang yang berkhutbah dengan namanya tanpa membawa gelar tersebut.

Ia memiliki banyak karya tulis dibidang fikih, ushul dan nahwu, dan ia memiiki kumpulan bait-bait syair, pujian untuk nabi Muhammad S.A.W yang berbentuk qasidah, ia wafat di Damaskus pada tahun 568 H.”

Meski ketika di dunia dia dikenal sombong dengan keilmuan nahwunya, disebutkan dalam buku ‘Kabar Rahasia dari Alam Kubur’ oleh Dr. Kamil Yusuf Al-Atum, Allah SWT senang dengan syair Abu Nizar. Syairlah yang membuat dia selamat di akhirat.

Fityan bin Ali bin Fityan al-Asadi, seorang pengajar di Damaskus berkata, ‘Aku melihat Abu Nizar dalam mimpi setelah wafatnya, lalu aku bertanya, ‘Apa yang Allah lakukan kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Aku mengungkapkan syair yang tak ada duanya di surga, lalu Dia terkesan dengan beberapa bait syair berikut:

Ya Tuhan, inilah diriku datang kepada-Mu
dengan mengakui, segala dosa yang telah
dilakukan kedua tanganku.

Keduanya dipernuhi dosa,
tanpa membawa amal kebaikan

Bagaimana mungkin aku takut pada api yang
menyala-nyala, sedangkan Engkau wahai
Tuhanku pada hari kiamat adalah peolongku