Dalam era digital ini, akses terhadap berbagai jenis konten semakin mudah, termasuk konten yang dapat merusak kesehatan mental dan spiritual kita.
Salah satu masalah yang semakin merajalela adalah kecanduan pornografi. Banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan, terjerat dalam kebiasaan ini tanpa menyadari dampak buruknya.
Pornografi bukan sekadar hiburan sesaat, tetapi dapat menimbulkan efek negatif jangka panjang terhadap hubungan pribadi, kesehatan emosional, dan bahkan kehidupan beragama seseorang.
Artikel ini akan membahas bagaimana cara berhenti dari kecanduan pornografi, dilengkapi dengan data statistik serta kisah nyata yang menggugah hati.
Dengan memahami masalah ini secara mendalam, diharapkan kita dapat menemukan solusi yang efektif untuk keluar dari jerat adiksi ini dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bermakna.
Ada satu kisah yang sangat menyentuh hati tentang seorang lelaki yang telah hilang selera terhadap istrinya. Setelah beberapa tahun menikah, lelaki itu sudah tidak merasa isterinya menarik.
Hal ini mengganggi fikirannya, ‘kenapa rasanya sudah tidak sama lagi?’ pikirnya. Dia merasa ada yang keliru pada dirinya tetapi dia tidak tahu sebabnya. Walau begitu, dia tidak sampai hati memberitahu istrinya. Dia coba mencari solusi sendiri dan menemui seorang ustadz.
Setelah mendengar aduannya, si ustadz bertanya, ‘apakah istri kamu sudah tidak cantik?”. Lelaki itu menjawab tidak, wajahnya masih sama seperti awal menikah.
Ustadz itu bertanya lagi, ‘apakah berat badannya bertambah?’ jawabannya hampir sama dengan tadi, tak banyak berubah.
“Apakah perhatiannya terhadap kamu mulai dingin?”. Lelaki itu menjawab tidak, perhatiannya masih sama seperti dulu.
Si ustadz terus bertanya dengan pertanyaan lain agar mendapat gambaran yang jelas. Semua jawabannya tetap tidak, semuanya tidak ada yang berkurang sejak awal menikah.
Keadaan mulai diam, dan ustadz bertanya soal terakhir, ‘Apakah anda suka menontoh video pornografi?’ Lelaki itu terkejut dan perlahan kepalanya mengangguk. Dia mengaku gemar menonton video porno.
Inilah masalah sebenarnya, kata sang ustadz ‘jika kamu terbiasa dengan yang haram maka yang halal akan menjadi jijik bagimu’.
**
Menurut Aiman Psikologi, pengalaman dan kesan antara onani dan hubungan intim menghasilkan hormon dan kesan yang berbeda.
Onani menghasilkan hormon dopamin dan endorfin pada tahap sederhana. Menghasilkan kepuasan fisik biasa dan meredakan tekanan sementara saja. Selain itu, kurangnya sentuhan dan kasih sayang menyebabkan tahap oxytocin (hormon kebahagian) yang rendah.
Sementara itu, kegiatan berhubungan intim dengan pasangan yang halal. Merangsang lebih banyak hormon positif – dopamin, endorfin, oxytocin dan serotonin pada tahap yang tinggi. Selain itu, kepuasan fisik, sentuhan dan kemesraan sepanjang proses intim, akan meningkatkan ikatan emosi melalui oxytocin tadi.
Hal ini tidak akan dapat dicapai dari tontonan pornografi.
Realitas Kecanduan Pornografi
Sebuah situs bernama Covenant Eyes didedikasikan sebagai sumber untuk membantu orang berhenti dari kecanduan pornografi. Situs ini menyediakan ratusan sumber daya dan alat bantu, termasuk aplikasi yang dapat memonitor perangkat seseorang guna membantu mereka menghindari konten pornografi.
Covenant Eyes juga merilis berbagai laporan penelitian mengenai dampak pornografi terhadap masyarakat, salah satunya dapat diakses melalui halaman pornstats.
Beberapa statistik yang menunjukkan dampak pornografi dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
- 54,3% laki-laki dan 18% perempuan dewasa menggunakan pornografi setidaknya sekali dalam seminggu.
- 90% remaja dan 96% orang dewasa cenderung bersikap suka, menerima, atau netral ketika berbicara tentang pornografi dengan teman-teman mereka.
- Hanya 55% orang dewasa di atas usia 25 tahun yang percaya bahwa pornografi itu salah.
- 1 dari 5 pendeta junior dan 1 dari 7 pendeta senior menggunakan pornografi secara rutin dan sedang berjuang untuk berhenti. Ini berarti lebih dari 50.000 pemimpin gereja di AS terkena dampak kecanduan ini.
- 51% siswa laki-laki dan 32% siswa perempuan pertama kali melihat film porno sebelum memasuki masa remaja.
- 56% perceraian disebabkan oleh salah satu pihak yang memiliki ketertarikan obsesif terhadap situs web pornografi.
Narkolema
Saat ini pornografi disebut dengan Narkolema yaitu Narkoba Lewat Mata karena menimbulkan hasrat dan menyebabkan kecanduan.
Awalnya muncul dari hasrat menggebu, lalu menimbulkan perasan senang dan rileks namun jika berterusan akan mampu merusak otak manusia.
Al-Qur’an sudah menjelaskan dampak bagi mereka yang suka dengan konten pornografi
وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ
“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi,” (QS Al-An’am: 151)
Maksud dari potongan ayat tersebut adalah Zina. Zina tidak selalu hubungan seks, tetapi ada juga zina kecil seperti melihat hal-hal yang kurang baik yang akhirnya memunculkan hasrat seseorang. Hal itulah yang terdapat pada Pornografi.
Pornografi Merusak Prefrontal
Personality Development Center (PDC) menyebutkan bahwa produsen pornografi menyasar anak-anak remaja yang struktur otaknya belum terbentuk sempurna untuk menjadi target pornografi hingga kecanduan.
Kecanduan pornografi dapat merusak bagian penting di otak kita, yaita Prefrontal. Jika ini rusak kita akan mengalami penururan dalam kemampuan berpikir kritis, membedakan benar dan salah dan kurang mampu berkonsentrasi.
Bukan hanya itu, Kecanduan pornografi juga dapat menimbulkan perilaku-perilaku negatif seperti; meniru dan melakukan tindakan seksual, merendahkan lawan jenis, tertutup dan tidak percaya diri.
Pornografi dan Kesehatan Mental
Menurut Dadang Hawari, dalam bukunya Pornografi dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental, menurut perspektif psikologis, paparan pornografi dapat melemahkan mekanisme kontrol diri, khususnya dalam mengendalikan dorongan agresif, baik secara fisik maupun seksual.
Pornografi berpotensi menjadi pemicu dan faktor provokatif dalam munculnya perilaku impulsif akibat menurunnya kemampuan pengendalian diri (Hawari, 2005).
Penelitian lain dalam Owens, E. W., Behun, R. J., Manning, J. C., & Reid, R. C. juga menunjukkan bahwa konsumsi pornografi yang berlebihan dapat berkontribusi terhadap peningkatan agresivitas dan perilaku berisiko, terutama pada individu dengan kontrol diri yang rendah (Owens et al., 2012).
Menurut psikiater Dr. Robert Roferger, Sp.KJ, secara psikologis, seks pra-nikah dapat berkontribusi terhadap munculnya depresi. Hal ini disebabkan oleh perasaan bersalah (guilty feeling) yang terus menghantui pelakunya, sehingga berdampak pada kondisi mental mereka.
Akibatnya, semakin banyak individu mengalami gangguan psikologis, termasuk depresi dan ketidakstabilan emosi, yang salah satunya dipicu oleh perilaku seksual yang tidak sehat.
Beberapa penelitian mendukung pandangan ini. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Sex Research menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam hubungan seksual di luar pernikahan cenderung mengalami tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi, terutama jika mereka memiliki nilai-nilai moral atau religius yang bertentangan dengan tindakan tersebut (Vrangalova, 2015).
Selain itu, penelitian oleh Hallfors et al. (2005) dalam American Journal of Preventive Medicine menemukan bahwa perilaku seksual berisiko pada remaja berhubungan dengan peningkatan tingkat depresi dan kecenderungan bunuh diri.
Tahapan Ketagihan Pornografi
Kecanduan pornografi berkembang melalui beberapa tahapan yang saling berkaitan. Berikut beberapa tahapan ketagihan pornografi yang kami rangkum dari berbagai penelitian para ahli di bidangnya.
- Pertama, individu mengalami perasaan tidak nyaman atau dorongan emosional tertentu yang memicunya untuk kembali mengakses konten pornografi sebagai mekanisme pelarian (Kraus et al., 2016).
- Kedua, paparan terhadap konten tersebut merangsang pelepasan dopamin dalam otak, mengaktifkan jalur reward pathway yang menciptakan sensasi kesenangan sementara (Nestler, 2005).
- Ketiga, dorongan untuk kembali menonton semakin kuat akibat efek penguatan dopamin, sehingga individu mulai menunjukkan tanda-tanda adiksi (Kuhn & Gallinat, 2014).
- Keempat, setelah paparan yang berulang, otak mengalami desensitisasi, yaitu berkurangnya respon kesenangan terhadap konten yang sama, sehingga individu mencari stimulasi yang lebih tinggi (Hilton & Watts, 2011).
- Kelima, muncul peningkatan level konsumsi konten pornografi, baik dari segi frekuensi maupun eksplisitnya materi yang diakses (Wéry & Billieux, 2017).
- Keenam, individu mungkin mulai mencoba mempraktikkan adegan yang dilihat, yang dalam beberapa kasus dapat berdampak pada hubungan sosial dan perilaku seksual yang menyimpang (Love et al., 2015).
Aiman Amri (@AimanPsikologi), seorang ahli psikologi klinik dari Malaysia menyebutkan 4 tahapan ketagihan pornografi dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Kami sebutkan penjelasan setiap tahapan yang kami ambil dari keterangannya di media sosial.

Menurut Aiman, ketagihan terbagi menjadi dua:
- Ketagihan berbentuk bahan (substance) seperti narkoba dan alkohol.
- Ketagihan berbentuk tingkah laku (behavior) seperti main game dan berjudi.
Sementara ketagihan pornografi, ia tidak dianggap sebagai ketagihan secara resmi yang bisa sembuh dengan beberapa kali penanganan atau obat, ia dimasukkan ke dalam jenis “Compulsive Pornographic Use”.
Tahapan seseorang dalam mengonsumsi pornografi dapat dijelaskan melalui empat tahap utama, yaitu Experimental/Recreational, Circumstantial/Situational, Regular/Normalised, dan Compulsive/Addictive. Berikut adalah penjelasannya:
Experimental/Recreational
Tahap awal di mana seseorang mulai mengakses pornografi secara coba-coba atau karena rasa ingin tahu.
Biasanya terjadi pada remaja atau individu yang belum memiliki pengalaman dengan konten pornografi sebelumnya. Konsumsi masih bersifat sporadis dan belum menjadi kebiasaan.
Circumstansial/Situational
Pada tahap ini, seseorang mulai mengakses pornografi karena situasi tertentu, seperti stres, kesepian, atau tekanan emosional. Pornografi menjadi cara untuk menghilangkan kebosanan atau mengatasi masalah sementara.
Contoh sederhana, pulang sekolah, tidak ada kegiatan, dia buka youtube atau yang lain dan lihat video porno.
Konsumsi mungkin meningkat, tetapi masih bisa dikendalikan dan tidak selalu menjadi kebiasaan tetap.
Regular/Normalise
Pada tahap ini, konsumsi pornografi menjadi lebih sering dan mulai dianggap sebagai bagian normal dari kehidupan sehari-hari atau rutinitas.
Ada waktu tertentu dia nonton porno, misal setiap malam atau sebelum tidur, kalau tidak nonton ada perasaan tidak lengkap.
Individu mungkin mulai mengembangkan toleransi, membutuhkan konten yang lebih ekstrem untuk mendapatkan efek yang sama. Pola ini bisa memengaruhi cara pandang terhadap hubungan dan seksualitas.
Compulsive/Addictive
Tahap terakhir di mana konsumsi pornografi menjadi sulit dikendalikan dan bersifat adiktif. Otaknya sudah mula menjadikan tingkahlaku menonton pornografi bagian dari “daily sustaining activities”.
Seseorang mungkin merasa terdorong untuk menonton pornografi meskipun menyadari dampak negatifnya, seperti mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, atau hubungan pribadi. Pada tahap ini, intervensi atau bantuan profesional mungkin diperlukan untuk mengatasi kecanduan.
Pemahaman tentang tahapan ini penting untuk mengenali pola konsumsi pornografi dan dampaknya, serta mengambil langkah-langkah pencegahan jika diperlukan.
(Video lengkap Aiman Amri di ML Studio. Link: https://youtu.be/cu1l99trjL4, Akhi Fairuz tentang Ketagihan Pornografi. Link: https://youtu.be/sE0Y8bpt-5s)
Cara Berhenti dari Kecanduan Pornografi
Banyak orang merasa sulit untuk keluar dari jeratan pornografi, tetapi bukan berarti mustahil. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Kesadaran dan Keinginan untuk Berubah
Langkah pertama adalah menyadari bahwa pornografi adalah masalah yang perlu diatasi. Tanpa kesadaran dan tekad kuat, akan sulit untuk berhenti.
2. Hindari Pemicu dan Akses ke Pornografi
- Instal aplikasi pemblokir konten dewasa seperti Covenant Eyes atau aplikasi serupa.
- Batasi penggunaan internet di waktu-waktu rentan.
- Hindari media sosial atau situs yang sering menampilkan konten eksplisit.
3. Bangun Kebiasaan Positif
Mengalihkan perhatian ke aktivitas yang lebih produktif dapat membantu mengurangi keinginan untuk menonton pornografi:
- Olahraga secara rutin.
- Perbanyak membaca buku atau mendalami ilmu agama.
- Habiskan waktu lebih banyak dengan keluarga dan teman-teman yang mendukung perubahan positif.
4. Cari Dukungan
Bergabung dengan komunitas atau kelompok yang memiliki tujuan serupa bisa menjadi motivasi tambahan. Jangan ragu untuk berbicara dengan orang yang dipercaya, seperti mentor, ustadz, atau konselor.
5. Perbaiki Hubungan dengan Allah
- Perbanyak sholat, dzikir, dan doa agar diberikan kekuatan untuk meninggalkan kebiasaan buruk.
- Renungkan konsekuensi spiritual dari kecanduan ini dan tanamkan dalam diri bahwa Allah Maha Melihat segala perbuatan kita.
Tips Islami Berhenti dari Ketagihan Pornografi
Simak kisah-kisah pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam yang sangat memberikan inspirasi untuk menghindari dari pornografi dan pornoaksi.
[1] Kisah Tsa’labah
Kisah emosional dari Sahabat Nabi yang masih remaja di masa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihiwasallam, umurnya 13 tahun, ada yang mengatakan 16 tahun atau di antara itu.
Namanya Tsa’labah bin Abdurrahman radhiyallahu anhu. Dia sangat setia melayani Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam. Suatu ketika Rasulullah mengutusnya untuk sesuatu kepada suatu rumah atau suatu desa.
Hari itu cuaca sangat dingin dengan angin kencang. Rumah-rumah di desa itu tidak memiliki pintu, sehingga pada hari dengan angin kencang, tirai akan terbuka. Saat dia melewati sebuah rumah, tidak sengaja dia melihat tirai di sebuah pintu terbuka. Dia melihat seorang wanita di dalam rumah itu sedang mandi sendiri.
Begitu melihat, dia segera berbalik dan mulai menangis dan melarikan diri. Dengarkan apa yang dipikirkan anak berusia tiga belas tahun itu. Dia berkata, Ya Allah! Saya baru saja melihat wanita ini dan Allah sekarang akan menempatkan saya dalam api neraka.
Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam menyangkut perbuatannya itu. Maka dia pun pergi kabur sehingga tidak orang yang mendengar kabar darinya lagi.
Dia menuju ke sebuah gunung yang berada di antara Makkah dan Madinah dan terus mendakinya. Selama empat puluh hari Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam kehilangan dia.
Lalu Jibril alaihissalam turun kepada Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, ‘Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.‘”
Maka Nabi Shallallahu Alaihiwasallam berkata, “Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa’laba bin Aburrahman, lalu bawa kemari.” Keduanya pun lalu pergi menyusuri perbukitan Madinah.
Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah. Umar bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu seorang pemuda di antara perbukitan ini?” Penggembala itu menjawab, “Jangan-jangan yg engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?”
“Bagaimana engkau tahu bahwa dia lari dari neraka Jahanam?” tanya Umar. Dzaufafah menjawab, “Karena, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan! ” “Ya, dialah yg kami maksud,” tegas Umar. Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.
Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan!” Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya.
Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?” “Aku tidak tahu, yang jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu.” Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan salat”
Ketika mereka menemukan Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam tengah salat, Umar dan Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa’laba mendengar bacaan Nabi, dia tersungkur pingsan.
Setelah Nabi Shallallahu Alaihiwasallam mengucapkan salam, beliau bersabda, “Wahai Umar! Salman! Apakah yang telah kau lakukan kepada Tsa’labah?” Keduanya menjawab, “Ini dia, wahai Rasulullah!” Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa’labah yang membuatnya tersadar.
Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam berkata kepadanya, “Mengapa engkau menghilang dariku?” Tsa’labah menjawab, “Dosaku, ya Rasulullah!” Beliau mengatakan, “Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang dapat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?” “Benar, wahai Rasulullah.”
Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam bersabda, “Katakan. . . Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.” (QS al-Baqarah: 201). Tsa’labah berkata, “Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar.” Beliau bersabda, “Akan tetapi kalamullah lebih besar.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam menyusul agar pulang ke rumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama delapan hari. Mendengar Tsa’labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa’labah? Dia sekarang sedang sakit keras.”
Rasulullah datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa’labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa’labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan Beliau. “Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?” tanya Rasulullah. “Karena penuh dengan dosa,” jawabnya
Beliau bertanya lagi, “Bagaimana yang engkau rasakan?” “Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku.” Jawab Tsa’labah. Beliau bertanya, “Apa yang kau inginkan?” “Ampunan Tuhanku.” Jawabnya.
Turunlah Jibril Alaihissalam dan berkata,
“Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, ‘Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula.’
Segera Rasulullah saw memberitahukan hal itu kepadanya. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa’labah dan langsung ia meninggal. Lalu Rasulullah saw memerintahkan agar Tsa’labah segera dimandikan dan dikafani.
Ketika telah selesai menyalatkan, Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam berjalan sambil beijingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil beijingkat-jingkat.” Beliau bersabda, “Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! Karena, banyaknya malaikat yang turut melayat Tsa’labah.”
[2] Pemuda yang Minta Izin Berzina
Abi Umamah dalam hadits riwayat Ahmad, mengisahkan bahwa seorang pemuda telah dating menghadap Nabi saw seraya berkata: “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.”
Orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dan memaki, “Celaka engkau, celaka engkau!” Rasulullah saw mendekati pemuda itu dan duduk di sampingnya. Kemudian terjadilah dialog yang panjang antara Rasulullah saw dengan pemuda itu.
Rasulullah saw: Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?
Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.
Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?
Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.
Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudari-saudari mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan bapakmu?
Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.
Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan ibumu?
Pemuda: sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.
Rasulullah saw: Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan ibu mereka.
Kemudian Rasulullah saw memegang dada pemuda itu seraya berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya!” Setelah peristiwa itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif.
[ ] Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam melakukan diskusi dengan sistem tanya jawab. Cara seperti ini merupakan solusi pendidikan yang paling cemerlang karena jawaban akan langsung keluar dari murid itu sendiri.
Ketika Rasulullah saw bertanya Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu? Jawaban pemuda merupakan dalil pelarangan zina untuk dirinya sendiri. Selain itu jawaban “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.”
Merupakan pengakuan atas kesalahan yang paling gambling. Secara rinci manfaat yang bisa kita ambil adalah:
- Terjadinya interaksi esensial antara seorang anak didik dengan pendidiknya.
- Pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.
- Jawaban yang menggunakan kalimat negative merupakan metode pendidikan yang ilmiah dan realistis serta menjadi hujjah atas pelanggaran terhadap perbuatan tertentu, baik secara kemasyarakatan maupun kemanusiaan.
[3] Al-Fadhl Melirik Wanita Cantik
Dalam kisah perjalanan Haji Wada’ Nabi saw dari Arafah ke Muzdalifah, beliau membonceng Usamah bin Zaid ra. Beliau menginap di sana sampai pagi. Di pagi harinya beliau meninggalkan Muzdalifah menuju Mina.
Di tengah perjalanan ketika telah melewati lembah Muhassir, beliau ganti membonceng Al-Fadhl bin Abbas ra (sepupu Rasulullah saw). Perjalanan dilanjutkan hingga sampai di Mina tempat lempar Jumroh. Beliau melempar Jumroh.
Selanjutnya beliau pergi ke tempat pemotongan hewan dan berkata: ini tempat pemotongan hewan dan Mina semuanya adalah tempat pemotongan.
Kemudian datanglah seorang wanita muda dari Kha’tsam yang ingin bertanya tentang hukum. Al-Fadhl melihat wanita itu dan wanita itu pun melihat Al-Fadhl. Wanita itu memang cantik. Kecantikannya Nampak membuat Al-Fadhl terkesima. Rasulullah saw memegang tengkuk Al-Fadhl dan memalingkannya ke arah yang lain.
Wanita Kha’tsam itu bertanya: Ayahku sudah sangat tua, sementara ia harus menunaikan kewajiban Haji, apakah boleh saya menghajikannya? Rasulullah saw menjawab: Ya, lakukan untuk ayahmu.
Abbas, Ayah Al-Fadhl bertanya kepada beliau: Ya Rasulullah mengapa kau palingkan wajah anak pamanmu?
Rasul menjawab: Aku melihat mereka adalah pemuda dan pemudi, aku khawatir syaithan masuk di antara mereka berdua. (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
[ ] Tanpa dialog, langsung bertindak. Rasulullah saw yang melihat reflek mata Al-Fadhl yang memandang cantk itu dan semakin lama semakin terkesima, segera melakukan tindakan tanpa dialog. Dipegangnya tengkuk Al-Fadhl dan diputar kea rah lain, agar tidak lagi melihat wanita itu.
Diduga Al-Fadhl telah mengetahui ilmu tentang larangan pandangan mata kepada lawan jenis yang bukan mahrom. Terbukti ia tidak melakukan protes apapun atau setidaknya bertanya. Wallahu a’lam.
Dialog memang sangat penting. Apalagi dalam masalah pendidikan anak muda. Tetapi peristiwa ini menyampaikan kepada kita bahwa dialog ada tempatnya sendiri. Saat tak perlu dialog dan diperlukan langsung sebuah tidankan untuk menghindarkan dari bahaya, maka lakukanlah.
Karena bisa jadi, dialog menjadi sesuatu yang tidak mempan menghentikan. Sementara jelas, tangan Nabi mampu memalingkan sekaligus menghentikan langkah iblis pertama membuka syahwat pemuda.
Larangan Melihat Aurat
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَإِذَا زَوَّجَ أَحَدُكُمْ عَبْدَهُ أَمَتَهُ أَوْ أَجِيْرَهُ فَلَا يَنْظُرُ إِلَى مَا دُوْنَ السُّرَّةِ وَفَوْقَ الرُّكْبَةِ فَإِنَّ مَا تَحْتَ السُّرَّةِ إِلَى الرُّكْبَةِ مِنَ الْعَوْرَةِ (سنن الدارقطني – ج 1 / ص 230)
Nabi Saw bersabda:
“Jika kalian menikahkan budak laki-laki dengan budak perempuan, atau buruh kerja, maka janganlah melihat ke anggota tubuh di bawah pusar dan diatas lutut. Sebab hal itu adalah aurat”
(HR ad-Daruquthni, 1/230. Hadis yang sama diriwayatkan juga oleh Abu Dawud, sanadnya hasan)
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengutip dari ulama Syafiiyah:
وَقَالَ النَّوَوِيُّ : أَمَّا النَّظَرُ بِشَهْوَةٍ وَعِنْدَ خَشْيَةِ الْفِتْنَةِ فَحَرَامٌ اِتِّفَاقًا ، وَأَمَّا بِغَيْرِ شَهْوَةٍ فَالْأَصَحُّ أَنَّهُ مُحَرَّمٌ (فتح الباري لابن حجر – ج 3 / ص 371)
“An-Nawawi berkata: Adapun melihat dengan syahwat dan ketika dikhawatirkan adanya fitnah, maka haram berdasarkan kesepakatan ulama. Sedangkan melihat aurat tanpa syahwat, maka pendapat yang kuat adalah haram”
(Fath al-Bari, Syarah Sahih al-Bukhari, 3/371)
Diperkuat oleh Syaikh Khatib asy-Syirbini dari kalangan Syafiiyah:
أَمَّا النَّظَرُ بِشَهْوَةٍ فَحَرَامٌ قَطْعًا لِكُلِّ مَنْظُورٍ إلَيْهِ مِنْ مَحْرَمٍ وَغَيْرِهِ غَيْرَ زَوْجَتِهِ وَأَمَتِهِ (مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج – ج 12 / ص 40)
“Melihat dengan syahwat sudah pasti haram bagi setiap objek yang dilihat, baik keluarga (mahram) atau lainnya, kecuali istri dan budak perempuan”
(Mughni al-Muhtaj 12/40)
Rasulullah Saw melarang mata melihat hal-hal yang menimbulkan nafsu, termasuk gambar porno, agar tidak menjurus pada zina yang sebenarnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ان رسول الله صلى الله عليه و سلم قَالَ لِكُلِّ بَنِى آدَمَ حَظٌّ مِنَ الزِّنَا فَالْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْيَدَانِ تَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلاَنِ يَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا الْمَشْىُ وَالْفَمُ يَزْنِى وَزِنَاهُ الْقُبَلُ وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ (مسند أحمد بن حنبل – (ج 2 / ص 343)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Setiap manusia memiliki bagian dari zina. Kedua mata berzina, bentuk zinanya adalah melihat. Kedua tangan berzina, bentuk zinanya adalah genggaman. Kedua kaki berzina, bentuk zinanya adalah berjalan. Mulut berzina, bentuk zinanya adalah mencium. Hati memiliki hasrat dan angan-angan. Alat kelamin akan merealisasikan (zina) atau menggagalkan”
(HR Ahmad, Syuaib al-Arnauth mengatakan bahwa sanad ini sesuai kriteria Muslim)
Al-Ghazali berkata:
“Nabi mengingatkan bahwa seseorang tidak bisa menjaga alat kelaminnya kecuali dengan menjaga matanya dari penglihatan. Juga menjaga hati dari berfikir. Juga menjaga perut dari makanan syubhat dan kenyang. Sebab kesemua hal ini dapat menggerakkan syahwat dan tempat tumbuh suburnya syahwat.
Al-Ghazali kemudian berkata: Zina mata merupakan yang terbesar dari jenis dosa-dosa kecil yang dapat menyebabkan melakukan dosa besar yang buruk, yaitu zina kelamin. Barangsiapa tidak mampu menjaga matanya maka ia takkan mampu menjaga agamanya.”
Tidak ada nash yang secara tegas menyebutkan bahwa orang yang melihat atau menyaksikan aurat orang lain, seperti menonton film porno ini dikenakan hukuman (hadd) akan tetapi si pelakunya harus diberikan ta’zir (diserahkan kepada Qadhi/hakim untuk memberikan sangsinya) dan tidak ada kewajiban baginya kafarat.
Ibnul Qoyyim mengatakan,”Adapun ta’zir adalah pada setiap kemaksiatan yang tidak ada hadd (hukuman) dan juga tidak ada kafaratnya. Sesungguhnya kemaksiatan itu mencakup tiga macam :
- Kemaksiatan yang didalamnya ada hadd dan kafarat.
- Kemaksiatan yang didalamnya hanya ada kafarat tidak ada hadd.
- Kemaksiatan yang didalamnya tidak ada hadd dan tidak ada kafarat.
Adapun contoh dari macam yang pertama adalah mencuri, minum khomr, zina dan menuduh orang berzina. Sedangkan contoh dari macam kedua adalah berjima’ pada siang hari di bulan Ramadhan, bersetubuh saat ihram.
Dan contoh dari macam yang ketiga adalah menyetubuhi seorang budak yang dimiliki bersama antara dia dan orang lain, mencium orang asing dan berdua-duaan dengannya, masuk ke kamar mandi tanpa mengenakan sarung, memakan daging bangkai, darah, babi dan yang sejenisnya. (I’lamul Muwaqqi’in juz II hal 183)
Bagi teman-teman yang sedang berjuang menghilangkan adiksi pornografi, setelah bertaubat, merubah perilaku hidup dan teman di sekitar kemudian memperbanyak menuntut ilmu pengetahuan.
Perbanyak membaca zikir ” Subahanallah wa bihamdihi Subhaanallahil Adzim”. Semakin banyak lisan, hati dan pikiran untuk fokus kepada Allah, semakin hilang keinginan maksiat termasuk adiksi pornografi.
Bayangkan Allah (ta’ala) melihat Anda melihat ponografi dan mesum kemudian para malaikat merekam tindakan ini. Pikirkan betapa bahagianya Anda dari kecanduan ini dihapus dari buku perbuatan Anda dan mulailah perjalanan Anda untuk membebaskan diri dari kecanduan pornografi.
Mari jadikan puasa Ramadan sebagai jalan taubat dari pornografi dan segala hal yang membuat hasrat seksual bergejolak.
Lebih penting dari itu, ubah persepsi pornografi, jangan anggap itu sebuah kewajaran. Ia nya adakah eksploitasi yang nyata, eksploitasi aktor, aktris dan konsumennya. Persepsi negatif dibarengi dengan perbanyak puasa.
Referensi:
Huzaemah T. Yanggo, Generasi Muda dan Kehancuran Bangsa, al-Mizan, Vol. 4, No.1, Hlm. 1-136, Juni 2012, ISSN : 2085-6792
Hawari, Dadang. (2005). Pornografi dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. Jakarta: Balai Pustaka.
Owens, E. W., Behun, R. J., Manning, J. C., & Reid, R. C. (2012). The impact of Internet pornography on adolescents: A review of the research. Sexual Addiction & Compulsivity, 19(1-2), 99-122.
Hallfors, D. D., Waller, M. W., Ford, C. A., Halpern, C. T., & Brodish, P. H. (2005). Adolescent depression and suicide risk: Association with sex and drug behavior. American Journal of Preventive Medicine, 29(3), 163-170.
Hilton, D. L., & Watts, C. (2011). Pornography addiction: A neuroscience perspective. Surgical Neurology International, 2(1), 19.
Kraus, S. W., Voon, V., & Potenza, M. N. (2016). Should compulsive sexual behavior be considered an addiction? Addiction, 111(12), 2097-2106.
Kuhn, S., & Gallinat, J. (2014). Brain structure and functional connectivity associated with pornography consumption. JAMA Psychiatry, 71(7), 827-834.
Love, T., Laier, C., Brand, M., Hatch, L., & Hajela, R. (2015). Neuroscience of internet pornography addiction: A review and update. Behavioral Sciences, 5(3), 388-433.
Nestler, E. J. (2005). Is there a common molecular pathway for addiction? Nature Neuroscience, 8(11), 1445-1449.
Wéry, A., & Billieux, J. (2017). Online sexual activities: An exploratory study of problematic and non-problematic usage patterns in a sample of men. Computers in Human Behavior, 75, 577-587.
Vrangalova, Z. (2015). Hooking up and psychological well-being in college students: Short-term prospective links across different hookup definitions. Journal of Sex Research, 52(5), 485-498.
Aiman Amri (Aiman Psikologi). Thread: Ketagihan pornografi bukan berlaku secara tiba-tiba atau dalam satu malam, tetapi mengambil masa bertahun-tahun untuk terbina. 27 Maret 2022. [https://twitter.com/AimanPsikologi/status/1507909591031758850]
Jumal Ahmad, Metode Rasulullah SAW Dalam Menyikapi Anak Usia Puber, 15 April 2014. Link: https://ahmadbinhanbal.com/metode-rasulullah-saw-dalam-menyikapi-anak-usia-puber/ (diakses 28 Maret 2022)
Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com | @JumalAhmad
Baca Juga