Pengetahuan Metakognitif dalam Kurikulum 2013

Problematika di dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah beragam salah satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, kemudian siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pemelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, sehingga siswa tidak mampu mengaplikasikan pembelajaran yang ia terima kedalam kehidupan sehari-harinya.

Pada kurikulum 2006 fungsi dan tugas guru adalah sebagai fasilitator dalam kegiatan pembalajaran siswa, adapun peran guru dalam kurikulum 2013 adalah untuk mengedepankan kecerdasan kemandirian siswa. Perumus kurikulum 2013 mengatakan bahwa kurikulum yang sekarang ini lebih menekankan pada kemampuan siswa untuk bersikap mandiri dan tahu apa yang telah dipelajari, apa yang sedang dipelajari, dan apa yang harus dipelajari yang diistilahkan dengan Pengetahuan Metakognitif.

Narasumber Kurikulum 2013 memasukkan Metakognitif mengacu pada pendapat pakar pendidikan yang bernama Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam bukunya A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives (Taksonomi untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian: Revisi Taksnomi Pendidikan Bloom) yang diterbitkan tahun 2001.

Mereka memasukkan metakognitif sebagai salah satu jenis pengetahuan. Bahkan, menempatkan metakognitif pada urutan tertinggi di atas pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural.

Metakognisi adalah kemampuan manusia untuk mengendalikan atau pemantauan pikiran, kalau diterapkan dalam dunia pendidikan bahasa aplikasinya adalah kemampuan  peserta didik atau siswa dalam memonitor (mengawasi), merencanakan serta mengevaluasi sebuah proses pembelajaran.

Metakognisi merupakan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran serta pengetahuan tentang kemampuan kognitif diri sendiri. Jika teori metakognitif diterapkan maka seorang siswa diharapkan bisa bersikap mandiri dalam hal materi atau ilmu yang dipelajari, bersikap jujur terhadap kemampuan masing-masing diri baik kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dan berani mencoba perkara baru guna menggali pengetahuan dan meningkatkan kemampuannya.

Selain itu, siswa yang memiliki metakognisi berarti mengetahui macam-macam strategi untuk menyelesaikan tugas belajarnya, contohnya siswa yang memiliki kemampuan metakognisi bisa menggunakan bermacam strategi untuk memonitor pemahaman mereka saat membaca, siswa juga mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka dalam membaca dan selanjutnya memunculkan motivasi diri untuk menyelesaikan tugas membacanya.

Metakognisi penting diajarkan kepada siswa mengingat masih banyak siswa yang lemah dalam penguasaan metakognisi. Padahal metakognisi bisa bermanfaat bagi siswa sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau terjun ke masyarakat, dengan metakognisi mereka mempunyai bekal menghadapi dan memecahkan masalah yang dijumpainya.

Quote dari Larry Ferlazzo, yang konsen mengembangkan metakognisi siswa sangat menarik untuk kita cermati untuk mengembangkan metakognisi siswa.

Too-often-we-teach-2l8iyqs

Info grafis dari Edutopia tentang Metacognition.

Metakognisi telah menjadi suatu bidang yang menarik bagi para peneliti pendidikan sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Telah banyak literatur yang mengkaji topik ini, baik yang berupa teoritis maupun empiris. Meskipun demikian, hanya beberapa studi yang menyimpulkan tentang langkah-langkah instruksional yang spesifik untuk meningkatkan kemampuan berpikir metakognitif siswa.

Demikian pula, sedikit sekali bukti yang menunjukkan seberapa spesifik langkah-langkah tersebut dapat diimplementasikan untuk meningkatkan prestasi siswa. Saya pernah menerjemahkan tulisan Jurnal tentang kesenjangan dalam bidang metakognisi ini melalui kajian pustaka.

Tautan makalah bisa disimak di akun Researchgate saya disini: https://www.researchgate.net/publication/335104663_Analisis_Penelitian_tentang_Strategi_Pengajaran_Metakognitif.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *