Kemana Perginya Kerikil Lempar Jumrah Jamaah Haji?

Ada lebih dari 1.000 ton kerikil lempar Jumrah dibuang setiap tahun selama musim haji, tanpa adanya mekanisme untuk mengangkut kerikil lempar Jumrah ini secara berkala, kelak akan menumpuk menjadi gunung tinggi.

Melempar jumroh merupakan ritual wajib bagian ibadah haji. Artinya setiap tahun ada jutaan orang calon haji melemparkan sedikitnya 49 butir kerikil per orang ke tiga pilar Jamarat. Jamaah Haji melemparkan kerikil jumrah selama tiga hari dengan berbagai macam bentuk batu dari yang kecil, menengah sampai yang terbesar, jamaah haji mengambil kerikil dari Mina dan Muzalifah.

Para ulama menyebutkan hikmah dari melempar jumrah adalah menghina setan, mempermalukannya, menunjukkan pelanggarannya, dan mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Khudzuu anni manaasikakum.” Yang artinya, “Berhajilah sesuai dengan yang aku sunahkan (ajarkan).”

Lalu, kemana Perginya Kerikil Lempar Jumrah Jamaah Haji?

Sejauh ini tempat pelemparan jumroh di Mina tidak terbenam timbunan kerikil. Apa rahasianya?

Ke mana perginya berton-ton kerikil itu?

Jawabannya adalah bahwa kerikil Jumrah itu melewati beberapa tahap setelah dilemparkan jamaah Haji. Di bawah tembok dinding jamarat ada celah gelap sebagai mulut corong. Dari sana, kerikil lemparan jumroh meluncur turun masuk ke tabung pilar dan mendarat di tempat penampungan yang ada di bagian paling bawah gedung Jamarat. Penampungan tersebut memiliki pintu yang secara otomatis membuka, menutup dan menentukan arah dan jumlah kerikil, dan ada sistem yang memiliki sensor untuk menyaring mana kerikil mana yang bukan kerikil.

Jemaah Haji kini melaksanakan lempar jumrah dalam rangkaian ibadah haji
Menteri Agama dan Jamaah Haji sedang melempar jumrah (sumber Twitter)

Setelah kerikil terkumpul di ruang bagian bawah di lantai gedung Jamrat, sistem otomatis ini kemudian mendorong kerikil ke atas dengan alat kompresor melewati lorong ke atas, di sana sudah ada truck yang siap mengangkut kerikil. Kerikil kemudian ditimbun, menurut statistik resmi, jumlahnya diperkirakan sekitar 1.000 ton per tahun. Usai musim haji, timbunan kerikil yang terkumpul disebarkan kembali di Musdalifah agar bisa dipungut jemaah calon haji musim berikutnya.

Mega Proyek Al-Jamarat

Al Jamarat adalah salah satu proyek paling menonjol di tanah Mina, dengan total biaya lebih dari 4,2 miliar Saudi Arabia ($ 3,75), kapasitas 300.000 peziarah per jam dan dilaksanakan dengan panjang 950 meter dan lebar 80 meter, dan merancang fondasi bangunan yang dapat menahan 12 lantai, dan 5 juta peziarah di masa depan jika diperlukan.

Proyek ini terdiri dari 5 lantai, masing-masing setinggi 12 meter, dan memiliki semua layanan yang mendukung kenyamanan jamaah haji, termasuk terowongan darat untuk mengangkut jamaah haji yang memisahkan lalu lintas kendaraan dari pejalan kaki.

Baca juga:   Realita Umat Islam Hari Ini

Proyek ini mencakup 11 pintu masuk dan 12 pintu keluar, serta helipad darurat, terowongan tanah, dan sistem pendingin AC gurun yang canggih yang memompa semacam semprotan ke peziarah dan mengurangi suhu hingga sekitar 29 derajat.

Proyek ini adalah salah satu proyek paling menonjol yang ingin dilaksanakan Arab Saudi untuk memberikan keamanan dan keselamatan kepada peziarah Rumah Allah, menghilangkan risiko yang terjadi di daerah Al-Jamrat, dan menghindari semua masalah yang disebabkan oleh lalu lintas padat yang terjadi ketika melempar jumrah.

Sejak didirikan pada tahun 1974, Al-Jamarat telah mengalami sejumlah pembangunan, seperti dengan pelebaran jalan selebar 40 meter. Pembangunan berlanjut lagi dengan pembuatan tebing beton bertulang ke tingkat dua gedung jumrah di kedua sisi jembatan yang berseberangan dengan jumrah yang lebih kecil.

Pada tahun 1982, jembatan ini diperluas dengan peningkatan 20 meter dan panjang 120 meter dari sisi utara permada bawah, pada tahun 1987, ditambah lebarnya menjadi 80 meter dan panjang sebesar 520 meter, memperluas lereng pendakian menjadi 40 meter kali 300 meter, membangun 5 menara layanan di kedua sisi jembatan dan menerapkan rambu-rambu, pencahayaan, dan ventilasi dengan luas total 57.600 meter persegi.

Pada tahun 1995, Jembatan Jamrat memasuki fase baru organisasi dan pengembangan, dengan proses modifikasi yang dilakukan dalam berbagai tahap, menggabungkan pandangan jembatan dengan representasi pergerakan jamaah haji, diikuti oleh amandemen serupa pada tahun 2005, termasuk struktur jembatan, modifikasi bentuk cekungan dari bentuk melingkar ke oval, modifikasi angka-angka, pembentukan pintu keluar darurat baru di jumrah Aqabah dan pemasangan panel panduan yang berisi informasi untuk mendidik jamaah haji dan memberi peringatan jika ada kerumunan.

proyek jumrah di Mina

Agar tidak terulang peristiwa di Mina yang menewaskan ratusan jamaah karena berdesak-desakan saat melempar jumrah, Pemerintah Saudi mulai memberlakukan jam-jam tertentu untuk setiap negara dalam melempar jumrah.

Sekarang ini mulai diberlakukan apa yang disebut dengan tafwij yakni pembagian waktu bagi setiap negara untuk melempar jumrah. Setiap negara akan diberlakukan jam-jam tertentu untuk melempar jumrah. Dengan demikian diharapkan tidak akan terjadi lagi penumpukan jam pada waktu yang bersamaan. Sekarang tidak mungkin lagi bersamaan waktunya. Setiap negara sudah ada pembagian waktunya yang jelas.

Diinfokan dari Saudi Gazette bahwa untuk tahun 2022 ini akan dilakukan banyak peningkatan fasilitas modern untuk jamaah haji, seperti sambungan teknis penuh akan dilakukan selama musim haji, dengan integrasi bersama pihak lain di tempat-tempat suci, sistem keamanan dan sistem manajemen kerumunan.

Baca juga:   Biografi Khalid bin Walid dalam Buku "The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns"

Bagaimana Sejarah Lempar Jumrah Saat Ibadah Haji

Salah satu rangkaian dalam ibadah Hadi adalah lempar jumrah. Kegiatan dalam ibadah haji ini biasanya dilakukan dengan melempar batu kerikil sesuai waktu, tempat dan jumlah yang telah di tentukan.

Aktivitas lempar jumroh termasuk hukumnya wajib haji, sehingga umat muslim yang meninggalkan lempar jumroh harus membayar dam. Sebuah riwayat pernah membahas kewajiban melaksanakan lempar jumrah tersebut yang berbunyi, “pada tahun haji wada, Rasullah SAW memerintahkan kami agar melempar jumrah dengan pada batu kecil (kerikil).” (HR At-Thabrani).

Sejarah lempar jumrah saat ibadah haji ini berhubungan dengan kisah Nabi Ibrahim AS. Saat itu, Nabi Ibrahim hendak menyembelih putranya, Nabi Ismail atas perintah Allah SWT. Di tengah perjalanan menuju tempat penyembelihan, Nabi Ibrahim bertemu dengan setan yang menjelma menjadi manusia di atas sebuah batu besar.

Setan tersebut mencoba menggoda Nabi Ibrahim agar mengurungkan niatnya untuk menyembelih Nabi Ismail. Namun meskipun segala rayuan dan tipu daya setan dikerahkan, Nabi Ibrahim tetap berpegang teguh terhadap keimanannya. Di waktu yang sama, Malaikat Jibril berbisik kepada Nabi Ibrahim, “rajamlah dia!”.

Seketika, Nabi Ibrahim langsung mengambil batu kerikil dan melemparkan tujuh batu kerikil tersebut ke hadapan setan hingga setan menghilang. Tak berselang lama, setan kembali menampakkan diri di atas sebuah batu untuk menggoda Nabi Ibrahim untuk yang kedua kalinya agar mengurungkan niat menyembelih putranya.

Mengetahui hal tersebut Malaikat Jibril langsung datang dan berbisik kepada Nabi Ibrahim, “rajamlah dia!”. Nabi Ibrahim seketika melakukan hal yang sama dengan melemparkan tujuh batu kerikil ke hadapan setan hingga menghilang.

Untuk yang ketiga kalinya, setan mencoba merayu Nabi Ibrahim dan datanglah Malaikat Jibril sambil berbisik, “rajamlah dia!” Nabi Ibrahim tetap bergegas melemparkan tujuh batu kerikil ke hadapan setan.

Setelah pelemparan batu kerikil ketiga, setan tidak nampak lagi untuk menggoda Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih putranya. Tak berhenti di situ, setan masih berusaha menggoda Nabi Ibrahim tetapi dengan cara yang lain, yakni melalui sang istri, Hajar.

Namun karena keimanan yang kuat, Hajar juga melakukan hal yang sama untuk menghindar dari godaan setan seperti yang dilakukan oleh sang suami. Hajar langsung mengambil tujuh batu kerikil dan melemparkannya ke hadapan setan. Tak mau menyerah, setan pun menggoda Nabi Ismail agar mau menolak ketika disembelih oleh sang ayah.

Baca juga:   Muslim Mentawai Masih Makan Babi dan Solusinya

Namun Nabi Ismail melakukan hal yang sama seperti kedua orangtuanya dengan melempar tujuh buah kerikil kepada setan. Dengan demikian, penyembelihan Nabi Ismail tetap terjadi pada waktu itu. Hanya saja, Allah SWT mengganti Nabi Ismail menjadi domba ketika hendak disembelih.

Demikian sejarah lempar jumrah saat ibadah haji yang menjadi simbol bagi umat muslim untuk menghindarkan diri dari godaan setan.

Kisah ini disebutkan oleh Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Imam Ibnu Khuzaimah di Sahihnya dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dan Said Al-Khudri yang marfu’ sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

وعنه رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رميت الجمار كان لك نورا يوم القيامة

Diriwayatkan oleh ibnu ‘Abbas beliau berkata : Rosul bersabda ” ketika engkau melempar jumroh maka ia akan menjadi cahaya pada hari kiamat “

وعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال قلنا يا رسول الله هذه الجمار التي ترمى كل سنة فنحسب أنها تنقص قال ما تقبل منها رفع ولولا ذلك رأيتموها مثل الجبال

Diriwayatkan oleh Abi Sa’id al-Khudry belaiu berkata: kami bertanya ” ya Rasulallah, batu-batu yang kami lempar setiap tahunnya kami kira berkurang ?” Rosululloh menjawab ” apa yang diterima dari lemparan-lemparan tersebut itu diangkat, andaikan tidak demikian pasti kalian akan melihatnya seperti gunung”

وعن ابن عباس رضي الله عنهما رفعه إلى النبي صلى الله عليه وسلم قال لما أتى إبراهيم خليل الله صلوات الله عليه وسلامه المناسك عرض له الشيطان عند جمرة العقبة فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ثم عرض له عند الجمرة الثانية فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ثم عرض له عند الجمرة الثالثة فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض قال ابن عباس رضي الله عنهما الشيطان ترجمون وملة أبيكم إبراهيم تتبعون

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas dan di marfu’kan olehnya pada Nabi Muhammad SAW beliau bersabda ” ketika Nabi Ibrahim Khalilullah mendatangi Manasik, syetan menghalanginya disamping Jamroh ‘Aqabah kemudian Nabi Ibrahim melemparnya dengan tujuh batu sehinga dia tenggelam dalam tanah, kemudian syetan datang lagi menghalanginya disamping jumroh yang kedua kemudian Nabi Ibrahim melemparnya dengan 7 batu sampai ia tenggelam dalam tanah lalu datang lagi dan menghalanginya pada jamroh ketiga dan dilempar lagi dengan 7 batu sehinga ditenggelamkan dalam bumi” Ibnu Abbas RA berkata ” lemparilah syetan dan ikutilah sunnah ayah kalian Ibrahim “.

Sumber: Aljazera, Saudi Gazette, Masrawy

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *