Mengenal Syiah Lebih Dekat

Membahas sekelumit tentang Syiah, semoga bisa menjadi pengantar memahami dan mengenal Syiah lebih dekat.

Sejarah Awal Syiah

Syiah secara bahasa mempunyai arti “Sekumpulan orang yang menyepakati suatu perkara, pengikut seseorang atau pendukung”. (Tahdzibu al-Lughah 3: 61).

Sedangkan menurut istilah bermakna mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya, bahwasannya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. (Al-Fishal fil-milali wal-ahwa wal-nihal, Ibn Hazm 2:113).

Pada awal kemunculannya syiah hanyalah merupakan politik yang setia dan membela khalifah Ali ra dan tidak ada keyakinan khusus sebagaimana syiah saat ini. Pada peristiwa tahkim antara Ali dan Muawiyah, posisi khalifah Ali dan Muawiyah semakin sempit, terutama sekali setelah peperangan antara pasukan Ali dan Khawarij di Nahrawain.

Hal ini mendorong mereka untuk membentuk pasukan berani mati yang terdiri dari: Abdurrahman bin Muljam untuk membunuh Ali di Kuffah, Hajaj bin Abdillah as-Sarimi untuk membunuh Muawiyah di Damaskus, dan Zadawih untuk membunuh Amr bin Ash di Mesir. Akan tetapi dua petugas yang disebut terakhir gagal mencapai maksudnya, dengan demikian posisi Muawiyah semakin kuat.

Dan kelahiran Syiah sebagai suatu aliran keagamaan bermula sejak munculnya tuntutan penduduk Kuffah pendukung Ali, agar masalah ke-khalifahan dikembalikan kepada Ahlul-Bait. Yang dimaksud dengan Ahlul-Bait oleh Syiah hanya dibatasi kepada Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan keturunan Husein. Mereka tidak menganggap para istri Nabi saw, putra-putra Ali selain Hasan dan Husein, saudara-saudara perempuan Fathimah seperti Ruqayah, Ummu Kultsum dan Zainab, begitu pula keturunan Hasan bin Ali sebagai Ahlul-Bait.

Dengan demikian lahirnya Syiah pada dasarnya bersamaan waktunya dengan pengangkatan Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai Imam kaum Syiah. Pada masa ini posisi kaum Syiah semakin goyah karena derasnya fitnah, perselisihan dan perpecahan dikalangan mereka yang sengaja ditanamkan oleh golongan Syabaiyyah pengikut Abdullah bin Saba.

Lemahnya kepemimpinan Hasan bin Ali menjadi faktor yang mempersulit kaum Syiah. Usaha Hasan menumpas Syabaiyyah dan menentang pemerintahan Muawiyah, membuat banyak pendukung meninggalkannya dan berpaling kepada Muawiyah, sebagian bergabung dengan Syabaiyyah dan Khawarij. Akhirnya Hasan bin Ali memilih jalan damai dengan mengundurkan diri dari jabatan sebagai khalifah pada tahun 41H/661M.

Sesudah Hasan bin Ali wafat diangkatlah saudaranya (yakni) Husein bin Ali sebagai Imam. Putera Ali kedua ini tampak memiliki semangat dan daya juang seperti bapaknya, namun sayang ia harus tewas diujung pedang tentara Yazid bin Muawiyah di padang Karbala secara memilukan pada tanggal 1 Oktober 680 M.

Perubahan corak Syiah dari politik menjadi gerakan keagamaan antara lain dipengaruhi oleh kedengkian Yahudi dan Majusi (Persia) terhadap Islam. Kedengkian Yahudi timbul karena Islam-lah yang telah menghancurkan dan mencabut akar-akar Yahudi dari jazirah Arab, negeri yang dianggap sangat penting bagi Yahudi, mereka telah lama menetap di Madinah dan Syan’a (Yaman) dan sebagian ujung-ujung jazirah Arab.

Adapun Persia, mereka adalah bangsa kaya dan pernah berkuasa atas bangsa-bangsa lain termasuk bangsa Arab. Persia yang besar kerajaannya, kewibawannya tidak runtuh ditangan bangsa Romawi ataupun Mongol, tapi justru jatuh ditangan kaum muslimin yang berjumlah relative kecil dimasa kehkalifahan Umar Ibn al-Khathab ra.

Keinginan mengobarkan dendam lama nampak dari ucapan Imam Khomaeni: “Sesungguhnya aku mengatakan dengan keberanian bahwa bangsa Iran (dulu Persia) dengan jumlah jutaan pada saat ini lebih utama dari pada bangsa Hijaz dimasa Rasulullah saw dan dari bangsa Kufah, Irak pada masa Amirul Mukminin Al-Husein bin Ali (Al-Washiyah Al-Ilahiyah hal.16).

Seorang orientalis Inggris Dr.Brown yang cukup lama tinggal di Iran untuk studi kesejarahan dalam Tarikh Adabiyat Iran jilid 1 hal 217 mengatakan :

“… Diantara faktor terpenting yang menyebabkan permusuhan penduduk Iran terhadap khalifah Ar-Rasyid kedua, Umar adalah karena dialah yang telah menaklukan Negara-negara non-Arab dan telah meruntuhkan kekuatan mereka. Hanya saja permusuhan mereka dibungkus dengan baju agama dan madzhab”.

Di bagian lain dia menjelaskan bahwa kebencian mereka kepada Umar bukan karena merampas hak-hak Ali dan Fathimah, melainkan karena dialah yang telah menaklukan Iran dan menumbangkan dinasti Sasaniyah. Kemudian dia menukil sebuah Syair lagu Persia:

“Umar telah mematahkan punggung-punggung singa yang ganas dikandangnya dan telah mencabut keluarga Jamsyid (raja terbesar dari Persia), bukanlah pertentangan itu karena ia merampas hak Ali, tetapi dendam lama ketika ia menaklukan Persia. (ibid, jilid 4 hal 49)

Setelah bertemunya kepentingan Sabaiyyah dan Majusiyah, mereka menggunakan makar dengan mengeksploitasi terbunuhnya Ali bin Abi Thalib ra dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, kemudian membumbuinya dengan fatwa-fatwa yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib dan keluarganya untuk kemudian membawa agama baru yang berdiri sendiri. Memiliki akidah dan syariah yang berbeda atau berpisah dari Islam, yang dibawa oleh As-Shadiq Al-Amin Muhammad saw.

Maka dengan demikian tasyayu’ (dukungan) dibangun dan berdiri diatas ucapan-ucapan dan perbuatan para Imam. Jika ditentang dengan ucapan atau perbuatan Imam itu sendiri yang dimuat dalam kitab mereka, dengan ringan mereka menjawab “Itu kan Taqiyyah”. Jika ditentang dengan Al-Quran, mereka menjawab “Al-Quran yang ada telah diubah dan diganti”. Jika dibantah dengan Sunnah yang shahih, mereka dengan mencibir berkata “Itu riwayat dari orang-orang yang murtad”.

Abdullah bin Saba’ dan Syiah

Pencetus pertama dari Syiah (rafidhah) adalah seorang Yahudi dari Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba al-Himyari atau Ibnu Sauda, yang mengaku sebagai seorang muslim, mencintai Ahlul Bait, berlebih-lebihan dalam menyanjung Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan mendakwakan adanya wasiat baginya tentang kekhalifahannya, yang pada akhirnya ia mengangkatnya sampai ke tingkat ketuhanan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :”Asal usul faham ini dari munafiqin dan zanadiqah. Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba al-Zindiq. Ia menampakan sikap ekstrim didalam memuliakan Ali, dengan satu slogan bahwa Ali yang berhak jadi Imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum” (Majmu’ al-Fatawa 4:435).

Para ulama Syiah mutaakhirin banyak yang menyanggah tentang keberadaan dan keterlibatan Ibnu Sauda ini. Salah satunya Sayyid Muhammad Ali Kasyif Al-Ghitha, ketika ditanya oleh Sayyid Husain al-Musawi tentang Abdullah bin Saba, ia menjawab : “Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah khurafat yang dibikin-bikin oleh golongan Umawiyah dan Abbasiyah karena kedengkian mereka kepada Ahlul-Bait yang suci” (Mengapa Saya Keluar dari Syiah :11).

Padahal kitab-kitab Syiah yang dianggap mu’tabar dengan jelas mengakui keberadaan dan peran Abdullah bin Saba. Diantaranya :

Al-Kassyi dalam kitab “Rijal”-nya hal 257 menceritakan dari Ibnu Sinan, dari Abu Abdillah berkata : “Kami ahlul-bait adalah orang-orang yang jujur, tetapi selalu ada pendusta yang berdusta atas nama kami. Maka runtuhlah kejujuran kami dimata manusia. Adalah Rasulullah saw manusia paling jujur ucapannya, dan adalah Musailamah Al-Kadzab telah berani berbuat dusta atasnya. Adalah Amirul Mukminin (Ali) orang yang paling jujur yang dibersihkan oleh Alloh sepeninggal Rasululllah saw. dan Abdullah bin Saba -semoga laknat Allah- telah berani berdusta. Dan adalah Abu Abdillah Al-Husain bin Ali telah diuji dengan al-Mukhtar (Ats-Tsaqafi)”.

Al-Qummi, pengarang kitab Al-Maqalat wal Firaq mengaku dan menetapkan akan adanya Abdullah bin Saba’ ini, dan menganggapnya orang yang pertama kali menobatkan keimaman (kepemimpinan) Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu serta munculnya kembali (sebelum kiamat) di samping ia juga termasuk orang yang pertama mencela Abu Bakar, Umar, Utsman dan para sahabat yang lainnya.

Begitu juga An-Nubakhti dalam bukunya Firaqus Syi’ah, Al-Kasyi dalam bukunya yang terkenal Rijalul Kasyi, mengakui akan hal ini, dan sudah menjadi aksiomatif, bahwa pengakuan adalah bukti yang paling kuat, ditambah lagi mereka adalah pembesar-pembesar Rafidhah.

Diantara ajaran yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba dalam rangka merusak akidah dan memecah belah umat :

  1. Bahwa Ali bin Abi Thalib ra telah menerima wasiat sebagai pengganti Rasulullah saw. (An-Nubakhti, Firaq asy-Syiah, hal.44).
  2. Bahwa Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan ra adalah orang-orang dzalim yang telah merampas hak khalifah Ali sepeninggal Nabi saw. Umat Islam yang telah ikut membai’atnya dinyatakan murtad (An-Nubakhti, op.cit, hal 44).
  3. Bahwa Ali bin Abi Thalib adalah pencipta semua makhluk dan pemberi rizki (Ibnu Badran, Tahdzib At-Tarikh ad-Dimasq, 7 :430).
  4. Bahwa Ali bin Abi Thalib adalah pencipta semua makhluk dan pemberi rizki (Ibnu Badran, Tahdzib At-Tarikh ad-Dimasq, 7 :430).
  5. Bahwa Nabi Muhammad saw akan kembali lagi ke bumi sebelum hari kiamat, sebagaimana akan kembalinya Nabi Isa as (Ibnu Badran, op.cit. 7:428).
  6. Bahwa Ali ra tidak mati melainkan tetap hidup diangkasa, petir adalah suaranya ketika marah dan kilat adalah cemetinya (Ath-Thahir Ibnu Muhammad Al-Baghdadi, Al-Farq Baina Al-Firaq, hal 234)
  7. Bahwa Ruh al-Quds berinkarnasi kedalam diri Imam Syiah (Al-Bad’u wa At-Tarikh, juz 5, hal 129)

Hujatan-hujatan Syiah terhadap Rasulullah, Istri-istri, Ahlul Bait dan Sahabat

Untuk menggambarkan penghinaan Syiah kepada Nabi saw, para istri Nabi saw, Ahlul Bait dan sahabat beliau, bisa diperhatikan beberapa kutipan dari buku Gen Syiah yang ditulis oleh Mamduh Farhan Al-Buhairi sebagai berikut:

Hujatan Syiah terhadap Rasulullah saw

An-Nu’mani meriwayatkan dari Imam Muhammad al-Baqir as, ia berkata : Ketika Imam Mahdi muncul ia didukung oleh para Malaikat, dan orang yang pertama kali membai’atnya adalah Muhammad saw dan Ali as. Syaikh At-Thusi meriwayatkan dari Imam Ar-Ridha as bahwa diantara tanda-tanda munculnya Al-Mahdi adalah dia akan muncul dalam keadaan telanjang di depan bulatan matahari. (Al-Kafi Al-Ushul, I:504)

Ar-Ridha berkata dalam menafsirkan (QS.al-Ahzab 37): Sesungguhnya Rasulullah saw pergi menuju rumah Zaid bin Haritsah dalam urusan yang dia inginkan, lalu ia melihat istrinya sedang mandi, maka dia berkata kepadanya, maka ia (Nabi) berkata kepadanya: Maha Suci Alloh yang telah menciptakan kamu. (Ibnu Bawaih al-Qunni, Uyunu Akhbar Ar-Ridha, hal 113).

Sayyid Ali Gharwi, salah seorang pembesar Syiah berkata: Sesungguhnya Nabi saw kemaluannya pasti akan masuk neraka, karena ia menyetubuhi beberapa wanita musyrik. Yang dimaksud wanita musyrik adalah Aisyah dan Hafshah (Mengapa Saya Keluar dari Syi’ah :27).

Hujatan Syiah terhadap Istri-istri Nabi saw

Muhammad bin Mahmud bin Iyasy didalam tafsir al-Iyasy I:200, -dengan dusta- berkata bahwa Abu Abdillah Ja’far Ash-Shadiq pernah berkata : Tahukah kalian apakah Nabi saw meninggal dunia atau dibunuh? Sesungguhnya Allah swt telah berfirman : Apakah jika dia (Muhammad) mati atau dibunuh kalian akan murtad? (QS.Ali Imran 144) Beliau sebenarnya telah diberi racun sebelum meninggalnya. Sesungguhnya dua wanita itru (Aisyah dan Hafshah) telah meminumkan racun kepada beliau sebelum wafatnya. Maka kami menyatakan : Sesungguhnya kedua wanita itu dan kedua bapaknya (Abu Bakar dan Umar) adalah sejelek-jeleknya makhluk Allah.

Ali Ibrahim al-Qummi dalam tafsirnya Al-Qummi  2:192 ketika menerangkan sababu an-nuzul QS.al-Ahzab :28 mengatakan : Sebab turun ayat ini ketika Rasulullah saw pulang dari perang Khaibar, beliau membawa harta keluarga Abu al-Haqiq. Maka mereka (para istri Nabi) berkata : Berikanlah kepada kami apa yang engkau dapatkan itu. Beliau menjawab : Aku akan bagikan kepada kaum muslimin sesuai perintah Allah. Maka marahlah mereka, lalu berkata : Sepertinya engkau menganggap kalau seandainya engkau menceraikan kami, maka kami tidak akan menemukan para pria berkecukupan yang akan menikahi kami. Maka Allah menentramkan hati Nabi dan memerintahkan untuk meninggalkan mereka.

Hujatan Syiah terhadap Ahlul Bait Nabi

Disebutkan oleh al-Ashfahany dari Abu Ishaq bahwa ia berkata : Aku dimasukkan oleh ayahku kedalam mesjid pada hari jum’at. Ia mengangkatku, maka aku melihat Ali berkhutbah diatas mimbar, dia adalah orang tua yang botak, menonjol dahinya, bidang dadanya, jenggotnya memenuhi dadanya, dan lemah penglihatannya. (Muqatil Ath-Thalibin hal 27)

Dari Abu Abdillah as berkata : Seseorang wanita yang buruk rupa datang kepada Amirul Mukminin, sedang ia ketika itu ada dimimbar, maka wanita itu berkata : Ini adalah pembunuh kekasihnya, maka Ali melihat kepadanya dan berkata : Wahai Salfa, wahai wanita yang lancang, wahai orang yang keji, wahai yang mengingatkan, yang tidak haid seperti haidnya wanita lain, wahai orang yang pada kemaluannya terdapat sesuatu yang jelas menggantung. (Al-Majlisi, Bihar al-Anwar 41 : 293). Ini jelas penghinaan terhdapa Ali !!

Hujatan Syiah terhadap para Sahabat Nabi saw

Al-Kulaini didalam kitabnya Furu’ul Kafi Kitab Ar-Raudhah hal 115 menyebutkan dari Abu Ja’far as : Semua manusia telah murtad sepeninggal Nabi saw kecuali tiga orang. Saya bertanya : Siapakah ketiga orang itu? Beliau menjawab : Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi.

Muhammad Al-Baqir Al-Majlisi dalam kitabnya Haqqul Yakin : 533 menjelaskan bahwa Abu Hamzah At-Tamali menceritakan bahwa dia bertanya kepada Imam Zainal Abidin tentang Abu baker dan Umar. Maka Imam menjawab : Keduanya adalah kafir dan orang-orang yang membai’at keduanya juga kafir.

Al-Mula Kazhim dalam Ajma’u al-Fadhaih : 157 dari Imam Zainal abiding : Barang siapa melaknat al-Jibti (Abu Bakar) dan ath-Thaghut (Umar) dengan sekali laknat, maka Allah mencatat 70 juta kebaikan dan dihapus sejuta dosa, Allah mengangkat derajatnya 70 juta derajat.

Orang-orang Syiah mempunyai sebuah doa yang mereka namai Do’a Shanamai Quraisy (Permohonan Untuk dua berhala quraisy, yakni Abu Bakar dan Umar). Do’a tersebut berbunyi :

Ya Allah laknatilah kedua berhala Quraisy, kedua patung Quraisy, kedua pendusta Quraisy dan kedua putrinya. Keduanya telah menyalahi perintah-Mu, mencintai musuh-musuh-Mu, melupakan semua karunia-Mu, menelantarkan hukum-Mu, dan mengingkari bukti-bukti kebenaran-Mu. Ya Allah laknatlah keduanya dalam relung rahasiah-Mu dan dalam alam nyata-Mu, laknat yang banyak, terus-menerus, abadi selama-lamanya, tidak pernah berhenti dan tidak pernah putus, tidak pernah habis dan tidak pernah pupus, menerjang awalnya dan tidak kembali akhirnya, untuk mereka, pembantu mereka, penolong mereka, pecinta mereka, para mawali mereka, yang pasrah kepada mereka, yang cenderung kepada mereka, yang meninggikan mereka, yang meneladani ucapan mereka dan membenarkan hukum  mereka. Ya Allah siksalah mereka dengan siksa yang penduduk neraka-pun berlindung dari padanya, Amin ya Rabbal-Alamin. (Tuhfah al-Awam, Manshur Husain, hal 423 dan Bihar al-Anwar, Al-Majlisi, jilid 82 hal 260).

Pandangan Ahlu Bait kepada Syiah

Banyak kitab Syiah yang menjelaskan tentang kemarahan Ahlul Bait kepada para pengikutnya, sebagai contoh :

Amirul Mukminin Ali ra berkata : Kalaulah aku bisa membedakan pengikutku, maka tidak akan aku dapatkan kecuali orang yang memisahkan diri. Kalaulah aku menguji mereka, maka tidak akan aku dapatkan kecuali orang-orang murtad. Kalaulah aku menyeleksi seribu orang dari mereka, maka tidak akan ada yang lolos seorangpun. (al-Kafi, kitab Ar-Raudhah 8 : 338)

Imam Husein bin Ali dalam mendoakan pengikutnya berkata : Ya Allah, jika Engkau memberi ni’mat kepada mereka, maka cerai beraikanlah mereka sejadi-jadinya, jadikanlah mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, janganlah Engkau ridhai kepemimpinan mereka untuk selamanya, karena mereka menyeru untuk menolong kami, kemudian mereka memusuhi kami dan membunuh kami. (al-Irsyad, Muhammad An-Nu’man Al-Mufid 2 : 10)

Imam Hasan bin Ali berkata : Demi Allah, saya melihat Muawiyah lebih baik bagiku dari pada mereka, mereka mengaku sebagai pengikutku, namun mereka berusaha membunuhku dan merampas hartaku. Demi Allah untuk mengambil dari Muawiyah apa yang dapat melindungi darahku dan merasa aman ditengah-tengah keluargaku lebih baik dari pada mereka membunuhku, sehingga menjadi sia-sialah Ahlu Baitku. (Al-Ihtijaj, Ath-Thubrusi 2 : 10)

Imam Zainal Abidin berkata kepada penduduk Kufah: “Apakah kamu sekalian mengetahui bahwa kalian menulis kepada bapakku lalu kalian menipunya. Kalian memberi sumpah dan janji kepadanya atas kerelaan diri kalian sendiri, tapi kemudian kalian memeranginya dan toidak menolongnya. Dengan mata yang mana kalian melihat Rasulullah saw ketika beliau bersabda : Kalian memerangi keturunanku, merusak kehormatanku, maka kalian bukanlah ummatku. (al-Ihtijaj 2 : 29)

Imam Abu Ja’far Muhammad Al Baqir, salah seorang dari 12 imam syi’ah: “Jika seluruh manusia menjadi syiah kami, maka 3/4nya ragu-ragu terhadap kami dan sisanya adalah orang dungu.” ( Rijalul Kisyi hal. 179 ). [ ]

Diagram Hubungan Ahlul Bait dan Sahabat Nabi

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

One comment

  1. Saya syiah…terima kasih penjelasannya…semoga allah memberikan pintu surga bagi kita semua…semoga amal ibadah anda,dan seluruh manusia yang menyembah allah di selamatkan dari lahapan api neraka…hanya allah lah yang berhak menentukan mana yang baik dan yang buruk…

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *