Panduan Nabi tentang Penyakit Mewabah: Coronavirus 2019

Hasib Noor dari The Legacy Institute yang berpusat di Inggris menuliskan satu buku panduan menghadapi wabah Coronavirus berdasarkan perspektif Islam dari sisi fikih, sejarah dan doa dari Nabi Muhammad Saw. Buku ini memberikan ilmu pengetahuan baru bagaimana wabah sudah dialami oleh umat Islam sebelumnya pada masa Sahabat dan bagaimana mereka menghadapi wabah dengan tawakal kepada Allah Swt.

Secara ringkas buku Panduan ini berisi beberapa bahasa berikut;

  • Firman Ilahi
  • Fiqih tentang Penyakit Menular dan Wabah
  • Mengatasi Cobaan dan Musibah
  • Doa-doa Nabi untuk Wabah dan Penyakit
  • Dan banyak lagi…

Buku ini aslinya berbahasa Inggris dan sudah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia oleh Anne Risalona dan Alwi Hadi. Buku bisa diunduh di tautan ini.

Salah satu pelajaran dalam buku ini adalah pelajaran spiritual bagaiamaimana seorang mukmin menghadapi musibah pandemik seperti yang dicontohkan oleh para Sahabat radhiyallahu anhum.

Pada masa pemerintahan Umar ra, terjadi wabah Amawas di sebuah kota di Palestina, 30 km dari Baitul Makdis dan banyak Sahabat Nabi menjadi korban. Al Jauhari berkata “ini adalah wabah pertama di Islam,”.

Hari itu Khalifah Umar bin Khattab ra bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam. Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha’un Amawas yang melanda negeri tersebut. Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yg akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.

Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar ra, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan. Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah. Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang2 yg ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..

Baca juga:   Cara Berhenti Donasi di Yayasan Sayangi Tunas Cilik (Save The Children)

Bahkan Abu Ubaidah ra menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT? Lalu Umar ra menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada 2 lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah. Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain.

Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra mengucapkan hadist Rasulullah SAW. Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya
(HR. Bukhari & Muslim)

Mereka pun pulang ke Madinah.. Umar ra merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yg dikaguminya, Abu Ubaidah ra.. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah.

Namun beliau adalah Abu Ubaidah ra, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Umar ra pun menangis membaca surat balasan itu. Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha’un di negeri Syam.

Muadz bin Jabal sendiri kehilangan anak dan keluarganya sebelum beliau sendiri meninggal, dan selalu dengan sabar berkata sebagaimana Abu Ubaidah pernah berkata kepadanya, “Sesungguhnya ini merupakan rahmat untuk kalian semua, merupakan doa Nabi kalian, serta banyak orang sholeh yang meninggal sebelum kalian.”

Al Harits bin Hisyam, sahabat Nabi (radhiallahu’anhuma), pindah ke Syam sebelum wabah menerpa dengan 70 anggota keluarganya, dan semuanya meninggal kecuali 4 orang. Beliau termasuk yang meninggal.

Baca juga:   Rangkuman Ceramah Syaikh Ghayyats Abdul Baqi di Islamic Center Al-Islam tentang kesesatan dan kekejaman Rezim Suriah

Syurahbil bin Hasanah, panglima besar pada penaklukan kekaisaran Persia dan Romawi dan diantara para jenderal pasukan Baitul Makdis (Yerusalem), juga meninggal karena wabah ini.

Fadl bin Abbas, sepupu Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, juga meninggal karena wabah ini. Yazid bin Abu Sofyan, saudara dari Muawiyah, juga meninggal. Sahabat besar dan orator masa pra-Islam dan Islam,
Suhail bin Amr bersama anaknya, Abu Jandal, begitu pula Abu Malik Al-Asy’ari, dan masih banyak lagi sahabat dan orang-orang sholeh meninggal karena wabah ini. 40 anggota keluarga Khalid bin Al Wahid meninggal pada wabah Amawas.

Tercatat sekitar 25.000 hingga 30.000 yang terkena wabah di daerah yang terdampak tersebut, dan hanya 6.000 yang selamat.

Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam. Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam. Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini. Amr bin Ash berkata: Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jauhilah dan berpencarlah dengan menempat di gunung-gunung..

Mereka pun berpencar dan menempati gunung-gunung. Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar.

Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu bersikap. Maka inilah panduan untuk kita semua.

  • Kebersihan
  • Orang yang sakit harus dikarantina dan menjauh dari berkumpul dengan orang-orang yang yang sehat
  • Isolasi
  • Penutupan area umum dan tidak menghadiri salat berjamaah dan jumat di masjid-masjid.

Keterangan lebih lengkap sila dibaca di tautan artikel di atas. Mohon bantu sebarkan informasi ini agar lebih banyak memberikan manfaat sebagaimana keinginan dari penulis. Wallahu A’lam. []

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *